ISTILAH muda hura-hura, renta foya-foya dan mati masuk surga, niscaya udah sering banget Youngsters dengar. Soalnya, istilah ini sering banget diucapin waktu seseorang ditanya cita-cita. Kalau disimak dengan baik, istilah itu pastinya nggak masuk logika banget kan?
Soalnya, segala sesuatu itu niscaya butuh usaha yang nggak mudah. Biar masa renta bisa hidup enak, semasa muda niscaya butuh usaha keras. Begitu juga bagi yang pengen masuk surga, selama di dunia pastinya nggak bisa dihabiskan dengan hura-hura.
Karena untuk bisa masuk nirwana diperlukan proses yang baik dalam kehidupan rohani. Artinya, kehidupan rohani alias ibadah harus jadi bab dari sasaran dalam kehidupan bagi yang pengen masuk surga. Apalagi, sebagai insan normal, setiap orang termasuk Youngsters pastinya butuh keseimbangan dalam hidup.
"Keseimbangan mutlak diperlukan dalam kehidupan. Termasuk keseimbangan jasmani dan rohani,"ungkap Mbak Bibiana Dyah Sucahyani, Psikolog Remaja Kota Batam yang erat disapa Mbak Dhea.
Apalagi, di tengah bahaya yang bersifat moral, baik dari media maupun dari lingkungan kini ini. Membekali diri dengan lebih banyak pengetahuan agama, jadi hal penting dilakuin. Dan tentu saja, terus-menerus mempertebal dan memperbesar ruang rohaninya.
Nggak hanya akan jadi pagar bagi moralitasnya sendiri, tapi lebih dari itu untuk menjawab banyak sekali tantangan duniawi yang tipis batasnya antara kebenaran dan kemungkaran.
"Lewat ilmu agama, seseorang akan mendapat pemahaman yang benar wacana pribadi, diri dan tentu saja paham dengan pedoman agamanya sendiri. Dan bakir balig cukup akal pun perlu berpikir wacana arti pentingnya kehidupan,"ungkap Mbak Dhea.
Lewat pedoman agama, kalian juga akan berbuat dengan benar dan tak menyimpang baik secara sosial, kultural, maupun seksual. Bukan itu aja, kamu-kamu juga akan punya kesadaran dan bekerja dengan rasa penuh tanggung jawab.
Pentingnya mempertebal ruang rohani pastinya juga nggak lepas dari fase perkembangan yang lagi kalian jalani. Matangnya organ-organ fisik alias seksual sehingga bisa berproduksi, juga masa perkembangan perilaku kemandirian, minat-minat seksual, juga pencarian jati diri menciptakan kau butuh arah yang sempurna biar nggak terjerumus di kemudian hari.
Terlebih, di masa pencarian jati diri, kamu-kamu biasanya punya idola. Nah, tanpa bekal ilmu agama yang cukup, idola yang kau panut biasanya lebih mengarah kepada duniawi dan sikap-sikap hedonis alias mendewakan uang. Yang tak akan mencapai kepuasan, selalu mencari yang lebih, dan cenderung menjadikan frustasi. Itulah kenapa seorang bakir balig cukup akal penting untuk berguru agama.
"Sekarang ini berguru agama nggak lagi memakai metode terbelakang dengan mengungkung acara remaja. Justru pusat-pusat ibadah kini sudah menjadi daerah kegiatan remaja,"ungkap Mbak Dhea.
Kelompok bakir balig cukup akal berbasis rohani spiritual pun sudah banyak menyebar di banyak sekali aspek. Misalnya ESQ teens, bakir balig cukup akal masjid, bakir balig cukup akal gereja, bakir balig cukup akal vihara, dan sebagainya. Kegiatan kelompok-kelompok bakir balig cukup akal berbasis spiritual ini pun sarat verbal gaul remaja.
Sebut aja, nonton film dan mendiskusikannya, lomba MTQ, kunjungan-kunjungan, bakti sosial dan sebagainya, dengan tidak menghilangkan cirri khas bakir balig cukup akal yang terus ingin mengeksplor potensinya. Jadi, berguru agama nggak lantas jadi nggak gaul kan? (*)
Bila Perlu Gabung dengan Remaja Masjid JIKA pengen menjadi orang sholeh maka kumpulilah orang yang sholeh. Istilah itu bisa jadi panutan bagi yang masih gamang dalam menentukan lingkungan pergaulan. Soalnya, dengan siapa Youngsters bergaul, menyerupai itulah biasanya hasil yang bakal kau capai.
"Lingkunganmu menentukan sispakah dirimu. Sehingga pemilihan perkumpulan atau organisasi di mana terdiri dari orang-orang dengan banyak sekali latar belakang, akan mempengaruhi perilaku dan cara berpikir remaja,"ungkap Mbak Dhea.
Seleksi dan pemilihan lingkungan yang tepat, bakal membantu Youngsters dalam membentuk adab yang positif. Disamping itu, lingkunganlah yang akan menjaga kamu, mengingatkan, serta terus menerus bisa mengembangkan dalam peningkatan keimanan.
Artinya, kalo kamu-kamu berada di lingkungan yang selalu mengingatkan kau untuk beribadah, setidaknya kau bisa meminimalisir kemungkinan lalai menjalankan kewajiban agama kan?
Nah, menjelang bulan ampunan ini, hal yang paling mungkin kau manfaatin untuk membekali diri dengan pengetahuan agama yang lebih banyak yaitu pesantren kilat. Soalnya, ajang ini kerap dibentuk oleh sekolah selama Ramadan.
"Pesantren kilat bisa berfungsi sebagai charger dalam kehidupan agama remaja. Di pesantren Ramadan, bakir balig cukup akal bakal diingatkan kembali wacana kaidah-kaidah agama yang mungkin saja selama ini makin menjauh dari kehidupan para remaja,"jelasnya.
Apalagi, pesantren kilat pun kini udah mulai dikemas sesuai perkembangan remaja. Bahkan, nggak sedikit juga yang udah mulai dikelola bakir balig cukup akal itu sendiri lho. (*)
Jadikan Agama Kompas Kehidupan HIDUP di dunia yang cuma sekali ini, jangan hingga dibiarkan berlalu begitu saja dan berujung pada penyesalan. Apalagi, yang namanya menyesal, pastilah selalu terjadi di akhir.
Nah, sebelum penyesalan itu terjadi, kenapa nggak dari kini aja Youngsters mulai menyeimbangkan hidup?
Sebagai panduan, Mbak Dhea memperlihatkan tipsnya bagi Youngsters bagaimana caranya menciptakan hidup lebih seimbang. Kita simak aja yuk!
1. Memahami agama dengan sebenar-benarnya yaitu kompas bagi kehidupan seseorang. Dan bakir balig cukup akal mutlak perlu mempelajarinya
2. Pilih lingkungan yang akan menciptakan hidup kita lebih baik dan memiliki visi misi bersama dalam mendapat nasihat dari dunia dan akhirat
3. Terus menerus mengkampanyekan bersama kelompok bakir balig cukup akal dalam meningkatkan kehidupan rohani.
4. Remaja yang gaul yaitu bakir balig cukup akal yang mengerti bahwa kehidupan di dunia yaitu bekal untuk kehidupan di akhirat. Ini sejalan dengan teori seven habits dari Steven Covey, bahwa `mulailah dari akhir', di mana bermakna bahwa tentukan kehidupan akhirmu, kemudian mulailah untuk mencapainya. Ingin jadi apa kita, ingin dianggap apa kita, ingin dikenang sebagai apa kita nanti, tentukan dari sekarang, susun langkah-langkah untuk mencapainya, dan mulailah sekarang. (*)
Saturday, September 6, 2008