|
Mengenalkan keluarga besar pada anak. Family vector by freevector.com |
LEBARAN menjadi momen berkumpul sebuah keluarga besar.
Di hari raya tersebut, saudara yang sebelumnya jarang atau bahkan tidak pernah bertemu akan bertemu dalam program silaturahmi.
Terutama jika Idulfitri dirayakan di kampung halaman.
Bagi orangtua yang memang sudah mengenal seluruh saudara yang dimiliki baik saudara dekat maupun jauh, bertemu dengan mereka sudah niscaya menjadi dikala yang menyenangkan.
Lain halnya bagi bawah umur yang sebelumnya jarang bertemu atau bahkan belum pernah bertemu sama sekali.
Pertemuan keluarga dalam momen Idulfitri ini sudah niscaya akan menjadi dikala yang berbeda. Bahkan tidak jarang pertemuan dengan "orang baru" tersebut akan menciptakan mereka resah siapa saja yang masuk dalam daftar saudara dekat dan jauh.
Sehingga, tugas orangtua untuk menjelaskan siapa saja yang masuk dalam silsilah keluarga besarnya penting dilakukan. Sebab, anak perlu mengenal semua saudara-saudaranya. Dengan begitu anak akan memahami bahwa ia merupakan belahan dari sebuah keluarga besar.
"Penjelasan orangtua tersebut akan memberi citra pada anak sebuah urutan kronologis serta sejarah yang menyangkut kehidupan dirinya. Dan Idulfitri bisa menjadi momen yang sangat sempurna untuk melakukannya. Sebab, pada dikala ini akan banyak saudara yang berkumpul,"jelas Bibiana Dyah Sucahyani, Psikolog kota Batam.
Selain itu, dengan mengenal saudara-saudaranya, anak juga bisa lebih memahami posisi dan perbedaan antara saudara kandung, saudara jauh, teman, tetangga, dan sebagainya.
Mungkin anak tidak akan gampang mengenal, mengingat atau memahami urutan dalam keluarganya. Sebab, akan ada begitu banyak "orang baru" yang harus ia kenal. Apalagi anak harus mendapatkan kenyataan bahwa ia yakni belahan dari mereka. Yang notabene memiliki aneka ragam karakter.
"Yang terpenting yakni anak dikenalkan nama, urutan dan tempat tinggal. Panggil saudara tersebut dengan urutan yang seharusnya. Selain itu, orangtua juga bisa menjelaskan ciri yang gampang diingat anak,"terang Dhea, panggilan bersahabat Bibiana.
Misalnya Bu De Solo (kakak ayah yang tinggal di Solo), Eyang Marmo Jakarta, Dik Ika kereta api (anak adik ayah yang rumahnya dekat rel kereta api) dan sebagainya.
Selama proses pengenalan ini orangtua tidak perlu memaksa anak untuk mengingat satu persatu nama dan asal keluarga besar tersebut. Selain itu, orangtua juga jangan memarahi anak ketika salah menyebut.
Bagi anak, ini yakni proses ingatan, menjalin ikatan emosi, sekaligus mengenal aneka macam sifat, kawasan baru, kebiasaan-kebiasaan, dan sebagainya. Anak akan makin kaya wawasan dan kemampuan sosialisasinya.
Saat lebaran usai dan harus berpisah, tetap jalin ikatan silaturahmi tersebut dengan menelepon, berkirim surat, membuka album foto juga dengan memunculkan nama-nama saaudara-saudara dalam dialog sehari-hari. (*)
Kenalkan Melalui Pelajaran Berhitung MENGENALKAN keluarga besar pada anak membutuhkan proses yang tidak sebentar. Sebab, jumlah orang yang begitu banyak dengan asal dan aksara berbeda, tentu saja menciptakan anak harus bekerja keras untuk mengenal satu persatu saudara yang dimiliki.
Karenanya, orangtua dilarang terlalu berharap anaknya akan eksklusif hafal siapa saja yang masuk dalam daftar saudaranya tanpa mengenalkan mereka secara terus menerus.
"Sebaiknya semenjak dini anak sudah dikenalkan dengan seluruh saudara yang dimiliki. Bahkan, pengenalan itu bisa dilakukan jauh hari sebelum pertemuan bahwasanya dilakukan,"kata Bibiana Dyah Sucahyani, Psikolog kota Batam.
Dalam proses pengenalan ini ada banyak cara yang bisa dilakukan. Bahkan, orangtua yang kreatif bisa memanfaatkan ajang mengenalkan saudara ini sebagai pelajaran berhitung.
Yakni menempatkan saudara lebih renta pada urutan awal diikuti saudara yang lebih muda. Bisa juga dengan menjumlahkan saudara sepupu, dan sebagainya.
Bukan itu saja, kelahiran ayah, pengalaman nenek, dan sebagainya bisa menjadi ajang pelajaran sejarah keluarga. Sementara pelajaran geografi bisa diperoleh dengan mengenal tempat tingga saudara yang dimiliki. Sebut saja, bibi di Padang, Oom di Surabaya, dan lainnya.
Selain cara kreatif tersebut, orangtua bisa juga mensiasati metode pengenalan keluarga besar melalui pembuatan silsilah keluarga. Sebab, menciptakan silsilah sanggup membantu anak mengingat dengan lebih terperinci perihal diagram sejarah keluarganya.
Dalam silsilah tersebut bisa juga dilengkapi dengan urutan, tempat tinggal, ciri khas, dan lainnya sebagai keterangan pada setiap orang pada silsilah tersebut. Dengan begitu, anak akan lebih gampang mengingat sampai dikala pertemuan bahwasanya dilakukan. (*)
Saat Tepat Ajarkan Budaya dan Penghormatan DALAM proses pengenalan anak pada keluarga besar akan ada banyak pelajaran yang bisa dipetik. Bukan saja, terkait siapa saja yang masuk dalam jajaran keluarga besarnya tapi juga pelajaran lain yang tak kalah penting yakni perihal budaya dan penghormatan.
Untuk mendapatkan pelajaran yang satu ini, anak harus dibiasakan untuk mendahulukan orang yang lebih renta sebelum mengunjungi orang yang lebih muda.
Jika teladan ini diterapkan secara terus menerus, ke depannya akan menjadi teladan atau teladan bagi anak dalam memperlakukan dan ingin diperlakukan dikala ia pintar balig cukup akal nanti.
"Jika orangtua mendahulukan nenek kakeknya, maka dikala anak memiliki keturunan nanti, ia juga akan memprioritaskan menemui kita sebagai orangtuanya,"terang Bibiana Dyah Sucahyani, Psikolog Kota Batam.
Selain membiasakan anak memprioritaskan saudara yang lebih tua, orangtua juga harus memberi klarifikasi kenapa seseorang harus didahulukan.
Misalnya alasannya yakni yang bersangkutan lebih tua. Kebiasaan ini akan membantu anak mengerti dan berguru dari teladan yang diberikan.
"Seiring dengan pertambahan usia atau pengalaman yang dimiliki anak, kedepannya anak juga perlu diajak berdiskusi perihal prioritas dalam bersilaturahmi. Sebab, bisa saja anak menentukan pergi ke rumah tante dulu sebelum ke rumah nenek dengan ganjal an biar tante bisa diajak bersama mengunjungi nenek,"terangnya. (*)
Tuesday, September 23, 2008