|
Waspadai penyakit glaukoma |
PENYAKIT mata katarak, mungkin sudah tidak ajaib lagi di indera pendengaran masyarakat. Namun bagaimana dengan glaukoma? Rasanya nama penyakit yang satu ini masih terasa asing.
Tapi, keduanya mempunyai kesamaan yaitu sama-sama menyerang mata hingga menimbulkan kebutaan selamanya. Bedanya, katarak sanggup disembuhkan dengan operasi, sedang glaukoma hanya sanggup dilarang dan dicegah.
Glaukoma merupakan penyakit mata terbanyak kedua sehabis katarak, kalau tidak segera ditangani sanggup menimbulkan kebutaan permanen pada penderita. Kurangnya pengetahuan masyarakat perihal glaukoma menciptakan jumlah penderita penyakit ini meningkat secara signifikan.
Glaukoma yaitu kelompok penyakit saraf optik mata tanggapan tekanan yang tinggi pada bola mata atau tekanan intra ocular yang cukup tinggi.
Tekanan sanggup dipicu peningkatan produksi cairan mata, penghambatan cairan mata, serta tekanan vena episklera menyerupai tumor. Bila tingkat tekanan bola mata melebihi 21MMHG, itu sudah dikategorikan menderita glaukoma.
Berdasarkan survei WHO pada 2000, dari sekitar 45 juta penderita kebutaan di dunia, sekitar 16 persen diantaranya disebabkan glaukoma. Sementara di Indonesia, 0,2 persen kebutaan permanen juga disebabkan penyakit ini.
Menurut Dr dr Ikke Sumantri SpM(K) ketika menjadi pembicara pada seminar dan workshop bertajuk "glaukoma si pencuri penglihatan" yang di gelar RS Awal Bros di Hotel Novotel Batam beberapa waktu lalu, kalau tekanan bola mata tak dihentikan, penderita akan mengalami kerusakan serabut saraf pada mata.
Yang lebih mengkhawatirkan, penyakit ini akan menciptakan mata penderitanya kehilangan lapang pandang (skotoma). Jika dibiarkan, seluruh saraf mata sanggup rusak dan menimbulkan kebutaan permanen.
"Biasanya tanda-tanda awal glaukoma yaitu mata merah, nyeri, rasa pusing terus menerus, rasa mual dan ingin muntah, penglihatan mendadak buram dengan penglihatan lapang pandang yang menyempit, " terperinci dr Ikke yang juga Ketua Seminar Glaukoma Indonesia beberapa waktu lalu.
Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami gangguan penglihatan lapang pandang, caranya cukup mudah. Yakni dengan menutup salah satu mata dengan tangan, mata yang terbuka difokuskan pada satu benda yang berada sempurna lurus di depan. Bagi mata normal, meski mata ditutup satu tangan masih sanggup melihat benda-benda lain di samping kanan dan kiri. Sedang penderita glaukoma hanya sanggup melihat benda-benda yang terletak pada arah fokusnya saja.
"Bila kita hanya melihat samping kanan, kiri dan sekitarnya terlihat gelap, menyerupai melihat lubang kunci, sedang di sekelilingnya tidak sanggup terlihat. Ketidakwajaran penglihatan ini harus segera diperiksa. Karena pada mata yang normal, kita sanggup melihat mulai pecahan atas, bawah, samping kanan dan kiri dengan baik, "ujar dr Ikke.
Untuk mata yang normal tekanan bola mata yang terukur antara 10 mmHg hingga 20 mmHg. Apabila melebihi di atas 21 mmHG, maka akan terjadi pementingan terhadap saraf mata (nerves II) dan akan menimbulkan kerusakan permanen. Hal ini menimbulkan kematian pada sistem saraf yang akan membentuk bintik buta dan besar lengan berkuasa pada daya penglihatan.
Walau tekanan bola mata tinggi di atas 21 mmHG, tapi faktor risiko glaukoma gres sebesar 30 persen saja. Pasien gres akan di vonis menderita glaukoma apabila struktur dan fungsinya juga mengalami kerusakan.
"Yang termasuk dalam struktur yaitu pecahan anatomi saraf mata yang mengandung sel dan serabut saraf mata. Jika serabut saraf mata rusak tanggapan tekanan bola mata yang berlarut-larut tanpa ada penanganan akan membuatnya tak sanggup berfungsi dengan baik. Jika sudah begini, penderita dipastikan mengalami glaukoma hingga kebutaan permanen,"ungkap dr Ikke.
Selain itu, penderita jantung, hipertansi dan diabetes, juga harus cepat memeriksakan diri. Karena penyakit tersebut menciptakan seseorang memilliki faktor risiko terkena glaukoma.
"Untuk menghindari glaukoma, kami mengimbau biar masyarakat tetap menjaga contoh hidup sehat dengan menjaga masakan dari kolesterol, olahraga teratur, mengonsumsi vitamin A dan antioksida," terperinci Ikke.(*)
Periksa Mata 6 Bulan Sekali MENGINGAT glaukoma masuk kategori penyakit yang berakibat fatal yakni hilangnya penglihatan, tentunya penyakit ini tak sanggup diremehkan. Sehingga, deteksi dini merupakan langkah paling sempurna untuk segera dilakukan.
"Penyakit ini kalau dibiarkan berlarut-larut tanpa adanya penanganan yang serius, akan menjadikan penderita mengalami kebutaan total yang tidak sanggup disembuhkan," terperinci Dr dr Ikke Sumantri SpM(K) beberapa waktu lalu.
Ada beberapa faktor risiko yang harus diperhatikan masyarakat biar terhindar dari penyakit ini. Setiap orang dianjurkan lebih memperhatikan kesehatan mata melalui pengukuran tekanan bola mata secara rutin. Terutama bagi yang berusia di atas 40 tahun, mata minus tinggi atau plus tinggi (miopia), serta penderita penyakit sistemik menyerupai diabetes atau jantung.
Artinya, bagi orang yang mempunyai risiko tinggi mengalami glaukoma, sebaiknya investigasi mata dilakukan secara rutin setiap enam bulan sekali.
"Saat dibawa ke dokter atau rumah sakit, pasien akan diukur tekanan bola matanya, dengan menggunakan alat untuk menguji lapang pandang mata," jelasnya.
Jika dalam investigasi tersebut ditemukan indikasi seseorang mengalami penyakit glaukoma, maka dokter akan segera menawarkan tindakan pengobatan biar jadinya tidak meluas. Apalagi, hingga menjadikan kebutaan secara permanen.
Fungsi utama pengobatan glaukoma itu sendiri yaitu mempertahankan penglihatan atau visus. Dan mengingat faktor risiko utama glaukoma yaitu tekanan bola mata tinggi, maka pengobatan hingga ketika ini masih dilakukan dengan menurunkan tekanan bola mata.
Karena hanya melalui faktor ini yang sanggup dimanipulasi, sementara faktor lain masih dalam penelitian.
Menurunkan tekanan bola mata sanggup dicapai dengan obat-obatan, laser dan operasi. Perlu diperhatikan,bahwa tindakan ini harus dilakukan dengan teratur untuk dikontrol oleh dokter mata, biar kerusakan saraf mata lebih parah sanggup dicegah. (*)
Waspadai Tetes Mata Mengandung Stereoid MEMPELAJARI faktor risiko untuk meminimalkan kemungkinan terkena penyakit glaukoma merupakan langkah penting yang harus dilakukan. Itu karena, orang yang memahami bahwa dirinya berisiko terkena penyakit tertentu, biasanya akan lebih berhati-hati dalam melaksanakan segala sesuatu yang berbahaya.
Nah, untuk mengetahui siapa saja yang mempunyai faktor risiko lebih tinggi terkena glaukoma, berikut beberapa di antaranya:
1. Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2 persen dari populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah seiring bertambahnya usia.
2. Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar yaitu kakak-beradik kemudian hubungan orang bau tanah dan anak-anak.
3. Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaukoma. Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah sanggup merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan bola mata sanggup dilakukan dirumah sakit mata dan atau dokter seorang mahir mata.
4. Pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang menggunakan steroid secara rutin lainnya. Bila Anda pemakai obat-abatan steroid secara rutin, sangat dianjurkan memeriksakan diri ke dokter seorang mahir mata untuk pendeteksian glaukoma.
5. Kecelakaan yang menciptakan mata terganggu.
6. Riwayat penyakit diabetes (kencing manis), hipertensi dan migren. (*)
Saturday, September 6, 2008