|
Mengajari anak mengembangkan semenjak dini dapat melatih anak menjaga ego |
BAGI anak usia balita atau pra sekolah, mengembangkan benda-benda miliknya terkadang menjadi dikala yang kurang menyenangkan. Sehingga, tak jarang anak akan cenderung enggan mengembangkan apapun yang dianggap berharga bagi anak.
Sebenarnya kondisi tersebut merupakan hal yang masuk akal mengingat pada usia balita atau pra sekolah memang ada fase perkembangan anak, di mana anak belum mau mengembangkan dengan orang lain.
Pada masa ini, egosentrisme menciptakan anak terdorong insting untuk mempertahankan hak miliknya. Dan jikalau beliau memperlihatkan sesuatu pada oranglain, maka anak akan merasa kehilangan. Sehingga 'survive instict' nya menciptakan anak tidak mau memperlihatkan mainan, makanan, ibunya, dan sebagainya. Terlebih bila benda-benda yang harus diberikan tersebut dianggap sangat 'berharga' baginya.
"Keinginan anak untuk mempertahankan apa yang menjadi miliknya memang hal yang normal. Namun, sebaiknya semenjak dini orangtua harus tetap melatih anak supaya mau mengembangkan dengan oranglain. Tentunya diubahsuaikan dengan perkembangan kognitif dan sosial anak,"terang Bibiana Dyah Sucahyani, Psikolog Anak kota Batam.
Apalagi, bila rasa egois anak sudah tidak lagi sebatas mempertahankan hak miliknya tapi mulai mengambil milik oranglain. Misalnya saja mengambil mainan milik teman, dan lainnya. Kondisi ini dapat terjadi alasannya yaitu tingginya rasa mempunyai anak terhadap sesuatu.
Pada kondisi tersebut anak belum berlatih untuk membedakan kepemilikan, serta belum terlatih kesopanan bemain. Bila hal itu terjadi, ajaklah anak untuk 'memisahkan' diri dulu dari lokasi perebutan, diskusikan pada anak akhir yang dilakukannya. Selanjutnya, ajarkan lagi pada anak untuk meminta ijin terlebih dahulu jikalau ingin meminjam.
"Jangan menghukum atau menyalahkan anak alasannya yaitu ini justru menciptakan anak membenci sahabat yang direbut mainannya tersebut. Atau bahkan anak justru merasa ibunya lebih memihak si sahabat daripada dirinya,"terang Dhea, panggilan bersahabat Bibiana.
Untuk mengatasi tingginya perilaku egois anak pada oranglain yang berlebihan, orangtua dapat memperlihatkan bahwa mereka tidak menyukai perilaku egois anak. Teguran yang tegas, konsisten, namun tidak kasar, akan mengajarkan pada anak bahwa di dalam keluarga diterapkan sifat murah hati.
Dalam mengajari anak berbagi, orangtua harus selalu menekankan bahwa di dalam keluarga harus dibiasakan mempunyai sifat berbagi. Sebut saja, mencar ilmu mengembangkan mainan dengan adik atau kakak, dan sebagainya. Dan jikalau anak masih belum mau berbagi, sekali lagi jangan menghukumnya. Sebab, eksekusi hanya akan menciptakan anak semakin membangkang.
Jika anak tetap tidak mau berbagi, cari tahu alasan anak dan bijaksanalah untuk mengalihkan permainan atau perhatian supaya tidak terjadi keributan. Misalnya alasannya yaitu terjadi rebutan mainan, dan sebagainya.
Dan bila anak sudah mulai mau berbagi, jangan lupa memperlihatkan pujian, rasa bahagia dan besar hati atas perilaku si kecil. Selain tindakan anak memang pantas dipuji, perilaku bagus orangtua dibutuhkan dapat menciptakan anak bermetamorfosis baik hati dan pemurah. (*)
Ajari Nilai Moral Lewat Dongeng MENGAJARI anak cara mengembangkan dengan oranglain pada fase di mana rasa egois anak sangat tinggi sudah niscaya bukan hal yang mudah. Apalagi, bila lingkungan sekitar kurang mendukung cita-cita Anda untuk mengubah perilaku si kecil.
Karenanya, cara yang paling efektif untuk menanamkan kebiasaan mengembangkan dengan oranglain yaitu dengan memperlihatkan pola sehari-hari yang ditunjukkan oleh lingkungannya pada anak. Dengan pola yang dilihatnya, anak dapat mencar ilmu bagaimana caranya mengembangkan dengan oranglain.
Contoh yang diberikan tak harus selalu dengan tindakan besar. Sebab, pola kecil pun akan besar lengan berkuasa besar pada anak. Sebut saja, dikala ibu memotong kue, mintalah tolong si kecil memperlihatkan sebagian untuk kakak, ayah, pembantu, dan sebagainya.
Jika kita sedang membaca, ajak dan tawarkan pada anak kalau-kalau ingin melihat-lihat juga. Atau dikala ibu membeli sesuatu, mintalah anak untuk memilihkannya satu untuk abang atau untuk orang lain. Ini akan melatih anak peka terhadap kebutuhan oranglain.
"Mengajak anak menuntaskan kiprah bersama dapat juga menjadi cara mengajarkan anak supaya mau berbagi. Misalnya masak bersama, mencuci kendaraan beroda empat bersama, main bersama, olahraga bersama, dan lainnya,"terang Bibiana Dyah Sucahyani.
Hal tersebut akan membantu anak mencicipi indahnya kebersaamaan, sehingga kita membutuhkan orang lain di sekitar kita.
Selain itu, orangtua juga dapat menanamkan nilai-nilai watak wacana arti penting mengembangkan melalui dongeng. Misalnya cerita yang berisi wacana manfaat mengembangkan serta resiko atau akhir jikalau tidak mau berbagi.
"Bedakan pula antara berbagi, menyerah serta 'mengaman'kan benda privasi. Karena tidak semuanya dapat dibagi atau tidak ingin dibagi dengan temannya,"ungkapnya.
Sebut saja, mainan gres yang sangat disenangi anak. Jika banyak sahabat yang akan tiba dan kemungkinan besar merusak, ajarkan pada anak untuk menyimpan dengan tujuan merawat mainannya. Selain itu, izinkan anak untuk menyimpan dan tidak memamerkan mainan yang tidak ingin dibagi dengan temannya atas cita-cita anak. (*)
Simpan Mainan Lama untuk Dibagi SELAIN menghilangkan perilaku egois, kebiasaan mengembangkan dengan oranglain secara perlahan juga akan memunculkan tenggang rasa anak pada oranglain. Sebab, dikala anak terbiasa berbagi, mereka juga akan mencar ilmu bagaimana mengenali kebutuhan orang di sekitarnya.
Misal dikala beliau menyampaikan ingin cokelat, anak juga harus dibiasakan untuk berpikir, kira-kira berdasarkan beliau apa yang oranglain inginkan. Dengan begitu anak terbiasa memikirkan bahwa orang lain pun mempunyai cita-cita dan keperluan. Kebiasaan itu dibutuhkan akan menciptakan anak tidak egois, tidak mementingkan diri sendiri, dan peka akan kebutuhan orang lain.
"Saat anak berada di lingkungan yang peduli dan mau mengembangkan dengan oranglain, anak akan lebih gampang melaksanakan hal yang sama,"jelas Bibiana Dyah Sucahyani.
Perlu diketahui, rasa kepedulian, perilaku sosial serta peka terhadap permasalahan lingkungan merupakan sesuatu yang dapat diasah dan dipelajari. Sehingga melatihnya semenjak dini menjadi penting untuk disegerakan supaya anak lebih terasah dan peka pada lingkungan.
"Orangtua dapat membiasakan anak menyisihkan tabungan untuk berderma atau bersedekah. Atau tidak membuang mainan serta majalah bekas untuk disimpan dan diberikan anak lain yang mau membaca,"terang Dhea, memperlihatkan contoh.
Cara lain untuk menumbuhkan kepedulian yaitu dengan memperlihatkan beberapa mainan untuk bawah umur korban kebakaran, membagi makanannya dengan anak pengemis di jalanan, dan lainnya. (*)
Tuesday, September 23, 2008