|
FOTO: http://iahealth.net |
SETIAP orang niscaya menginginkan tubuh yang sehat. Namun, untuk medapatkan semua itu, kita dituntut untuk sanggup menjaga kondisi tubuh dengan baik. Termasuk memperhatikan asupan nutrisi yang diharapkan tubuh melalui konsumsi kuliner empat sehat lima sempurna.
Hanya saja, meski pilihan kuliner cukup bermacam-macam tapi terkadang tak semua orang sanggup dengan leluasa mengonsumsi kuliner yang mengundang selera. Itu karena, ada sejumlah kuliner yang sanggup berefek alergi pada orang yang mengonsumsinya.
Dalam kehidupan sehari-hari, istilah 'alergi makanan' kerap dipakai oleh masyarakat awam untuk menggambarkan semua reaksi yang tidak normal dan tidak diinginkan. Yakni yang terjadi sehabis seseorang mengonsumsi kuliner tertentu.
Penyebab dari alergi kuliner tidak sepenuhnya dimengerti lantaran alergi kuliner sanggup mengakibatkan sejumlah tanda-tanda yang bervariasi. Reaksi terhadap kuliner pun sanggup bersifat ringan atau fatal, tergantung jenis dan beratnya reaksi. Gejalanya sanggup terlokalisir di lambung dan usus atau sanggup mengakibatkan tanda-tanda di aneka macam penggalan tubuh, sehabis kuliner dicerna dan diserap.
Menurut dr Asteria, SpA, dokter seorang hebat anak RS Elizabeth Batam, untuk mengetahui apakah seseorang mengalami alergi kuliner atau tidak gres sanggup dilihat sehabis seseorang mengonsumsi kuliner bersangkutan.
Yakni dengan melihat tanda-tanda yang ada pada si penderita. Seperti kulit terasa gatal-gatal dan biasanya ditandai dengan bentol-bentol besar di sekitar atau seluruh tubuh, infeksi di bibir atau mata. Tenggorokan gatal, nyeri perut, muntah, hingga mengalami diare, hidung tersumbat, hidung meler juga sanggup jadi tanda. Bahkan tanda-tanda yang berat menyerupai sesak napas (asma) sanggup juga timbul.
Makanan yang sering mengakibatkan alergi yakni susu sapi, telur, kacang-kacangan, kedelai, kuliner seafood menyerupai kepiting, lobster, udang, cumi. Gandum juga sanggup memunculkan alergi.
Untuk alergi telur, cukup sering dialami anak penderita dermatitis atopik atau radang kulit lantaran alergi. Putih telur dianggap lebih alergenik atau lebih gampang mengakibatkan reaksi alergi dibandingkan dengan kuning telur.
Jika Anda mencicipi alergi sehabis mengonsumsi satu atau lebih kuliner penyebab alergi tersebut, maka sanggup dipastikan Anda mempunyai alergi terhadap kuliner tersebut.
"Apabila kita sudah mengetahui kuliner apa yang menimbulkan kita menderita misalkan gatal- gatal. Maka kuliner tersebut harus segera dihindari atau minimal menjaga jarak. Karena bukan mustahil hal ini akan mengundang selera makan. Eh.. malah kepingin merasakan. Kan sanggup repot jadinya," terperinci dr Asteria.
Untuk menegakkan diagnosa alergi makanan, sanggup dilakukan dengan mengamati kekerabatan antara kuliner dengan timbulnya reaksi alergi. Karena itu, riwayat terjadinya alergi sangat penting untuk diingat. Yang harus digaris bawahi yakni Anda harus benar-benar mengingat kuliner apa saja yang dimakan waktu itu. Hal ini penting untuk menghindari semoga jangan hingga tergoda lagi.
Selain makanan, alergi juga sanggup disebabkan faktor lingkungan seperti, sinar matahari, abu rumah, asap kendaraan bermotor maupun pabrik, bahkan buku hewan kesayangan pun sanggup menimbulkan alergi. (*)
Ternyata ASI Bisa Cegah Alergi SELAIN makanan, susu formula berbahan dasar susu sapi juga kerap mengakibatkan persoalan alergi atau biasa disebut alergi susu. Dan tak berbeda dengan cara mencegah alergi pada makanan, alergi susu juga sanggup diatasi dengan mengeliminasi aktivis tersebut.
Artinya, kalau anak memang menderita alergi susu sapi, tentunya ia harus dihindarkan dari materi kuliner yang mengandung protein susu sapi.
Bagi anak yang masih bayi, jalan yang paling tepat untuk tetap memperlihatkan asupan nutrisi tubuh yakni dengan memperlihatkan air susu ibu (ASI). Setidaknya, anak mendapat ASI ekslusif selama usia 0 hingga enam bulan. Namun, akan jauh lebih baik kalau ASI diberikan hingga anak berusia dua tahun.
"Hal ini dilakukan, lantaran tak ada satu jenis kuliner pun yang sanggup menggantikan porsi ASI untuk menunjang pertumbuhan bayi. Apalagi kalau si bayi diklaim mengidap alergi susu, langkah paling tepat untuknya yaitu dengan memperlihatkan ASI," terang dr Asteria SpA, dokter seorang hebat anak RS Elizabeth Batam.
Bukan itu saja, ASI juga akan membantu meningkatkan daya tahan tubuh anak mengingat ASI berperan sebagai antibiotik alami. Sehingga, pemberian ASI sanggup menjadi solusi meminimalkan resiko terkena alergi. Terutama kalau anak berasal dari keluarga yang mempunyai riwayat alergi. Meskipun tidak sanggup mencegah terjadinya alergi, tapi setidaknya sanggup meminimalkan resiko.
Adapun tanda-tanda alergi susu sapi yang timbul pada kulit sanggup berupa eksim atau dermatitis atopi, urtikaria, gangguan jalan masuk cerna menyerupai muntah, kembung, kolik, diare, tinja berdarah dan jalan masuk nafas menyerupai asma, batuk, dan pilek.
Pada umumnya, tanda-tanda dan tanda yang ditimbulkan akhir alergi susu sapi dibagi atas reaksi cepat yaitu dalam 45 menit sehabis paparan. Reaksi ini berupa erupsi pada kulit, bersin-bersin, batuk, hidung berair, atau ngorok.
Sedangkan reaksi lambat yang terjadi dalam 20 jam sehabis paparan sanggup berupa diare, pucat, atau muntah. Ada juga reaksi sangat lambat yakni sehabis 20 jam akan berupa diare dan tanda-tanda gangguan pernafasan.
"Pemberian ASI merupakan cara terbaik untuk menghindari alergi susu sapi. Pemberian ASI langsung merupakan upaya pencegahan sedini mungkin. Pengenalan susu sapi sehabis enam bulan akan mengurangi bencana alergi susu sapi pada si bayi,"ungkapnya.
Namun bagi bayi yang memang benar-benar tak diasuh ibu, baik lantaran meninggal atau ditinggal pergi, sebaiknya bayi yang tidak disusui ASI. Namun lebih dianjurkan mengonsumsi susu formula hipoalergenik atau formula untuk pencegahan terutama usia bayi di bawah enam bulan.
Dan bila anak dicurigai alergi susu sapi, sanggup memakai susu protein hidrolisat. Penggunaan susu soya harus tetap diwaspadai lantaran 30 hingga 50 persen bayi masih mengalami alergi terhadap soya. (*)
Hindari Pencetus Sejak Kehamilan SEMUAorangtua niscaya menginginkan anaknya selalu dalam kondisi sehat dan mempunyai pertumbuhan yang normal. Karenanya tak mengherankan bila setiap orangtua berusaha memperlihatkan asupan nutrisi yang paling lengkap demi menunjang tumbuh kembang anak.
Namun, mengingat tak semua anak sanggup mengonsumsi setiap jenis kuliner secara 'aman' tak ada salahnya kalau orangtua lebih jeli dalam mengantisipasi munculnya alergi kuliner pada anak.
Nah, sebagai panduan berikut sejumlah tips yang mungkin sanggup menjadi panduan orangtua semoga buah hati terhindar dari keluhan alergi yang lebih berat dan berkepanjangan:
1. Hindari atau minimalkan penyebab alergi semenjak dalam kandungan, dalam hal ini oleh ibu. Terutama kalau ibu hamil mendapati janinnya bergerak atau menendang dengan keras dan hiperbola selama dalam kandungan. Terlebih bila disertai gerakan denyutan keras atau hiccups atau cegukan terutama pada malam atau pagi hari. Jika terjadi kondisi tersebut, ibu sebaiknya mulai menghindari penyebab alergi sedini mungkin. Committes on Nutrition AAP menganjurkan, eliminasi diet jenis kacang-kacangan untuk pencegahan alergi semenjak dalam kehamilan.
2. Pemberian kuliner padat dini sanggup meningkatkan resiko timbulnya alergi. Bayi yang mendapat kuliner pada usia enam bulan mempunyai angka bencana dermatitis alergi yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang mulai mendapat kuliner perhiasan pada usia tiga bulan.
3. Hindari paparan abu di lingkungan menyerupai pemakaian karpet, korden tebal, kasur kapuk, tumpukan baju atau buku. Hindari aktivis yang berasal dari hewan menyerupai bulu hewan piaraan kucing, kecoak, tungau pada kasur kapuk.
4. Tunda pemberian kuliner penyebab alergi, menyerupai ayam di atas 1 tahun, telur, kacang tanah di atas usia 2 tahun dan ikan maritim di atas usia 3 tahun.
5. Saat membeli makanan, biasakan untuk mengetahui komposisi kuliner atau membaca label komposisi di produk kuliner tersebut.
6. Pemberian ASI langsung selama enam bulan sanggup mencegah resiko alergi pada bayi. Bila bayi minum ASI, sebisa mungkin ibu juga harus menghindari kuliner penyebab alergi. Sebab, kuliner yang dikonsumsi ibu sanggup masuk ke tubuh bayi melalui ASI. Terutama kacang-kacangan. Pertimbangkan juga untuk menunda telur, susu sapi dan ikan. Meskipun masih terdapat beberapa penelitian yang bertolak belakang wacana hal ini.
7. Bila pemberian ASI tidak memungkinkan, maka bayi sanggup diberikan susu hipoalergenik formula untuk pencegahan terutama usia di bawah 6 bulan. Bila dicurigai alergi terhadap susu sapi, sanggup memakai susu protein hidrolisat. Penggunaan susu soya harus tetap diwaspadai lantaran 30 hingga 50 persen bayi masih mengalami alergi terhadap soya. (*)