DIABETES Mellitus atau biasa disebut kencing anggun merupakan penyakit mematikan yang cenderung kurang disadari oleh penderitanya. Hal ini masuk akal alasannya yaitu memang penyakit yang sanggup mengakibatkan kebutaan, gangguan ginjal dan saraf ini secara epidemiologis sudah dimulai semenjak lima tahun sebelum terdiagnosis.
"Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO dan Federasi Diabetes Internasional memperkirakan lebih dari 50 persen pengidap diabetes tipe 2 tidak berdiagnosis. Penyakit ini umumnya gres tertangkap tangan ketika berobat untuk penyakit lain," ungkap dr. Alfian Nurbi SpPD, dokter seorang hebat penyakit dalam Rumah Sakit Awal Bros Batam.
Parahnya, meski penyakit DM telah terdiagnosis, penderita umumnya masih enggan menjaga referensi makan maupun melaksanakan olahraga secara teratur. Hal ini alasannya yaitu memang di awal terjangkit penyakit ini, penderita masih belum mencicipi gangguan kesehatan yang berarti.
Padahal, kalau langkah pengobatan atau pencegahan dilakukan semenjak dini, komplikasi yang ditimbulkan akhir penyakit ini sanggup diminimalisir. Apalagi, biasanya orang lebih cenderung kurang memperhatikan tanda-tanda ringan yang sanggup jadi membuktikan munculnya penyakit ini.
"Kebanyakan, keluhan sering kencing di malam hari dianggap hal biasa. Padahal, sering kencing malam yaitu salah satu tanda-tanda diabetes yang sangat spesifik. Selain itu, kecenderungan banyak makan serta banyak minum juga patut diwaspadai," ungkap dr Alfian.
Jika hasil diagnosis seseorang positif terkena diabetes, maka gula darah, berat badan, tekanan darah, kadar lemak darah harus dikendalikan. Kalau dengan diet dan olahraga tidak terkontrol, maka harus dilakukan dengan obat.
"Pasien tak boleh hanya asal minum obat tanpa mengecek apakah kadar gula darah terkontrol atau tidak. Begitu juga dengan tekanan darah serta kadar kolesterol. Sebab, baik kadar gula darah, tekanan darah maupun kadar kolesterol harus selalu terkontrol. Jika semua terkontrol dan obat diminum seumur hidup, maka penderita diabates sanggup hidup normal," katanya.
Cara kerja obat penurun gula darah ini sendiri dibagi menjadi tiga golongan. Yaitu, pemicu sekresi insulin (jenis sulfonylurea dan glinid), penambah sensitivitas terhadap insulin (metformin dan tiazolidindion) serta penghambat penyerapan glukosa (penghambat glukosidase alfa/acarbose).
Menurut Dr. Alfian, sel beta pada penderita diabetes akan makin berkurang, sehingga obat harus ditambah. Sampai suatu ketika obat tidak mempan lagi. Penderita harus menggunakan insulin. Saat ini penggunaan insulin sangat mudah. Penderita tinggal memasukkan secara subkutan (di bawah kulit) dengan pena berjarum halus, sehingga tak terasa sakit. (*)
Kalori Tinggi Fast Food Bisa Picu DM MESKIPUN diabetes mellitus (DM) atau kencing anggun merupakan penyakit turunan keluarga, tetapi ternyata penyakit ini sanggup dialami semua orang tanpa memperhatikan ada atau tidaknya riwayat diabetes dalam keluarga. Hanya saja, orang yang mempunyai riwayat keluarga penderita diabetes memang lebih rentan terkena penyakit ini.
Namun, bagi yang berasal dari keluarga yang menderita DM tak perlu resah. Karena reskio terkena penyakit yang sanggup menjadikan sejumlah komplikasi pembuluh darah, kebutaan, ginjal, saraf, stroke serta gangguan jantung ini sanggup dikurangi.
Sebab, seseorang dengan riwayat keluarga mengidap diabetes atau kencing anggun tidak secara otomatis akan mewarisinya. Artinya faktor turunan saja tidak cukup, alasannya yaitu harus ada faktor penggagas yang menjadi pemicu munculnya penyakit ini.
"Faktor penggagas yang sanggup memicu tingginya resiko terkena DM antara lain, cenderung makan dengan kalori hiperbola atau banyak mengonsumsi makanan siap saji berkalori tinggi, kurang makan sayuran dan buahan, banyak makan karbohidrat sederhana menyerupai cake, produk bakeri, serta kurang berolahraga," ungkap dr Alfian Nurbi SpPD, dokter seorang hebat penyakit dalam Rumah Sakit Awal Bros Batam.
Sehingga cara terbaik mengurangi resiko terkena diabetes turunan selain menghindari beberapa faktor penggagas yaitu dengan menerapkan gaya hidup terkontrol, olahraga cukup, menjaga berat tubuh tidak berlebih dan investigasi kesehatan secara teratur.
"Sebaliknya, referensi makan yang tak terkontrol, kegemukan tanpa diimbangi olahraga hanya akan membawa seseorang mengidap penyakit mahal dan mengganggu kualitas hidup sepanjang umur. Sehingga, faktor kedisiplinan menjalankan referensi hidup sehat ini sangat diperlukan," kata dr Alfian.
Jika ternyata pengontrolan kadar gula darah dalam tubuh gagal dilakukan dengan cara tersebut, penggunaan obat oral dan suntikan insulin yang merupakan fase lanjutan sesudah pengontrolan gaya hidup dan olahraga terpaksa dilakukan. (*)
Penderita Over Weight Rentan DM MEMILIKI berat tubuh yang melebihi normal atau biasa disebut over weight diyakini lebih rentan terkena banyak sekali macam penyakit. Termasuk terkena penyakit diabetes mellitus atau kencing manis. Apalagi, bila yang bersangkutan berasal dari keluarga yang mempunyai riwayat penyakit ini.
"Bagi mereka yang beresiko tinggi terkena diabetes yang terpenting yaitu jangan kelebihan berat badan. Sebab, diabetes berkaitan dengan sekresi hormone insulin maupun kerja insulin terkait reseptor insulin di sel otot dan lemak. Pada orang gemuk, produksi insulin dipacu untuk memenuhi kebutuhan energi. Sebaliknya kegemukan juga memicu resistensi insulin," kata dr Alfian Nurbi SpPD, dokter seorang hebat penyakit dalam Rumah Sakit Awal Bros Batam.
Bagi yang berisiko tinggi terkena diabetes berusia lebih dari 45 tahun, berberat tubuh lebih (IMT lebih 23 kg/m2), hipertensi (lebih dari 140/90 mmHg), serta mempunyai riwayat diabetes pada keluarga dianjurkan untuk menjalani investigasi dini. Begitu juga bagi yang melahirkan bayi berat tubuh lebih 4000 gram, kolesterol tinggi (HDL lebih 35 mg/dl).
"Jika hasil diagnosis positif, maka gula darah, berat badan, tekanan darah, dan kadar lemak darah harus dikendalikan. Pengukuran kadar gula darah sanggup dilakukan setiap bulan. Jika kadar gula darah puasa antara 80 hingga 120 mg per dl maka kadar gula darah telah terkontrol dengan baik," ungkapnya.
Sebelum hingga tahap diabetes, bergotong-royong ada tahapan yang harus diwaspadai yakni pre diabetes. Dan orang yang mengalami kelebihan berat tubuh dan berusia lebih dari 45 tahun disarankan untuk segera memeriksakan kesehatan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya pre diabetes menjadi diabetes.
Perlunya melaksanakan investigasi atau screening alasannya yaitu bila kadar gula darah berada dalam jangkauan pre-diabetes, bahaya untuk terkena serangan jantung atau stroke meningkat menjadi 50 persen. Selain itu, investigasi semenjak dini juga akan memperlambat atau menghentikan perkembangan dari pre diabetes menjadi diabetes yakni dengan menerapkan gaya hidup sehat. (*)