|
Foto: Internet |
TELINGA merupakan organ badan yang mempunyai tugas penting dalam kehidupan yakni sebagai indera pendengaran. Hanya saja, meski penting terkadang organ badan yang satu ini kurang mendapat porsi perhatian yang cukup.
Kalaupun diberikan perhatian, paling-paling hanya dalam bentuk pencucian dari kotoran. Sebut saja pencucian dengan cotton bud atau ear candling yakni mengeluarkan kotoran memakai aromatherapi.
Bicara soal penjagaan kesehatan telinga, bergotong-royong tak bisa hanya dilakukan lewat pencucian saja. Sebab, dalam beberapa kondisi, gangguan kesehatan indera pendengaran bisa menimbulkan komplikasi organ badan lainnya.
Radang indera pendengaran atau otitis media merupakan satu bentuk gangguan kesehatan indera pendengaran yang patut mendapat perhatian serius. Itu karena, tak hanya akan mengakibatkan tuli, bila peradangan mencapai tahap kronis, bisa menimbulkan aneka komplikasi yang mematikan.
Baca Juga:
Anak Demam? Begini Penanganannya Cara Menangani Batuk Pada Anak Malas Minum? Hati-hati Ancaman Dehidrasi Secara medis, otitis media merupakan peradangan indera pendengaran kepingan tengah yang biasanya disebabkan penjalaran infeksi dari tenggorokan (faringitis). Dalam kondisi normal, indera pendengaran tengah seharusnya steril.
Sebab, di dalam tuba eustachius (saluran yang menghubungkan indera pendengaran tengah dengan rongga hidung belakang dan tenggorokan kepingan atas) ada prosedur pertahanan untuk mencegah masuknya basil dari rongga verbal ke rongga telinga.
Namun, dalam kondisi tertentu, ketika pertahanan terganggu, infeksi di indera pendengaran tengah bisa terjadi. Kuman masuk ke indera pendengaran tengah dari tenggorokan atau hidung seolah tanpa perlawanan. Kuman inilah yang menimbulkan otitis media.
"Radang indera pendengaran kebanyakan disebabkan batuk pilek yang tak mendapat penanganan dengan baik. Misalnya tak diobati atau diobati tapi tak hingga tuntas,"ungkap dr Asih SpTHT, dokter seorang andal indera pendengaran hidung dan tenggorokan RS Awal Bros Batam.(*)
Gejalanya Nyeri dan Terasa Panas JIKA dilihat dari proses munculnya penyakit, otitis media bergotong-royong bisa dibedakan menjadi dua jenis yakni otitis media akut serta otitis media kronis. Disebut otitis media akut lantaran terjadi secara mendadak.
Namun, bila otitis media akut tersebut tidak segera ditangani atau diobati bisa berkembang dan menjadi lebih parah sehingga menjelma otitis media kronis. Dan bila hal itu terjadi, penderita berpotensi mengalami gangguan pendengaran alias tuli saraf atau bahkan mengalami komplikasi organ badan lainnya.
"Otitis media akut bergotong-royong juga bisa menimbulkan tuli pada pendengaran. Hanya saja, tuli yang terjadi belum permanen atau bisa pulih kembali sesudah diobati. Berbeda dengan tuli pada otitis media kronis. Karena kebanyakan gendang indera pendengaran sudah robek, tuli terjadi secara permanen,"ungkap dr Asih SpTHT.
Sementara, komplikasi yang biasa terjadi pada penderita otitis media kronis antara lain, meningitis atau radang selaput otak, kerusakan saraf wajah yang berujung pada perubahan bentuk wajah, gangguan keseimbangan, dan sebagainya.
Mengenai tanda-tanda yang biasa menyertai munculnya otitis media akut, dr Asih menjelaskan bahwa rasa nyeri dan panas pada indera pendengaran bisa menjadi tanda terjadinya peradangan pada telinga.
Selanjutnya, pembengkakan jaringan yang terjadi di sekitar kanal Eustachius akan mengakibatkan lendir yang dihasilkan sel-sel di indera pendengaran tengah terkumpul di belakang gendang telinga.
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran akan terganggu lantaran gendang indera pendengaran dan tulang-tulang kecil penghubung gendang indera pendengaran dengan organ pendengaran di indera pendengaran dalam tidak sanggup bergerak bebas.
Jika tekanan yang terjadi terlalu kuat, maka bisa merobek gendang indera pendengaran dan menimbulkan gangguan pendengaran atau tuli yang sifatnya permanen. Robeknya gendang indera pendengaran tersebut bisa ditandai dengan keluarnya cairan nanah dari indera pendengaran atau biasa disebut congek.
"Berbeda dengan otitis media akut yang menimbulkan rasa nyeri dan panas, penderita otitis media kronis justru tak mencicipi sakit. Itu lantaran gendang indera pendengaran yang awalnya tertekan cairan sudah robek,"ungkapnya. (*)
Segera Obati bila Batuk Pilek MENGINGAT akhir yang bisa dimunculkan otitis media khususnya kronis tak bisa dianggap sepele, setiap orang pastinya patut waspada terhadap penyakit yang satu ini. Khususnya dari sisi pencegahan semoga tak hingga berujung pada hilangnya fungsi indera pendengaran atau bahkan munculnya komplikasi organ lain.
"Karena penyakit batuk dan pilek mempunyai andil terjadinya radang telinga, setiap orang hendaknya tidak menyepelekan penyakit tersebut. Segera obati dan jangan biarkan kuman yang berasal dari batuk pilek menyebar ke indera pendengaran kepingan dalam,"ungkap dr Asih SpTHT.
Artinya, jangan hingga hanya gara-gara ketidaktahuan ataupun ketidakpedulian terhadap penyakit yang kerap dianggap ringan tersebut kesannya berimbas jelek terhadap organ lain khususnya indera pendengaran.
Selanjutnya, bagi yang sudah terlanjur mengalami radang indera pendengaran baik yang sifatnya akut ataupun kronis, pengobatan secara medis pastinya menjadi solusi yang harus dijalani.
"Pemberian antibiotik bisa menjadi satu terapi medis untuk menyembuhkan radang telinga. Dan untuk radang indera pendengaran kronis terlebih dulu harus dicuci hingga higienis sebelum kesannya diberikan antibiotik,"jelas dr Asih.
Namun, bagi yang mempunyai daya tahan badan cukup baik dan daya serang kumannya rendah, penyakit ini dengan sendirinya akan sembuh. Gendang indera pendengaran bisa tetap utuh dan fungsi pendengaran kembali normal. Dengan penanganan yang sempurna dan tuntas pun penyakit ini bisa sembuh. (*)
Anak Lebih Rentan Terserang Otitis Media MESKI radang indera pendengaran bisa menimpa siapa saja tanpa pandang bulu, baik orang cukup umur maupun anak-anak, tapi bawah umur diyakini lebih rentan terkena peradangan pada telinga.
Hal itu karena, sistem kekebalan badan anak masih dalam tahap perkembangan. Selain itu, kanal Eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek, sehingga ISPA lebih gampang menyebar ke indera pendengaran tengah.
Faktor lain yang menciptakan anak lebih gampang terkena radang indera pendengaran ialah kondisi adenoid yakni satu organ di tenggorokan kepingan atas yang berperan dalam kekebalan tubuh) yang relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa.
Posisi adenoid yang berdekatan muara kanal Eustachius juga sanggup mengganggu terbukanya kanal Eustachius. Selain itu adenoid sendiri sanggup terinfeksi yang berpotensi menyebar ke indera pendengaran tengah lewat kanal Eustachius.
Jika dialami anak-anak, otitis media pastinya akan memunculkan dampak yang cukup besar bagi perkembangan mereka. Baik dalam hal kemampuan berguru maupun kemampuan bicara yang membutuhkan derma indera pendengaran.
Pada anak-anak, tanda-tanda yang menyertai bisa dilihat dari munculnya rasa nyeri pada telinga, demam tinggi, tampak gelisah, tak bisa tidur atau terkadang menjerit waktu tidur. Namun demikian, gangguan pendengaran kadang gres diketahui lewat sikap anak. Sebut saja, tak menoleh atau menyahut ketika dipanggil atau diajak bicara. (*)