LINGKUNGAN kerja tak ubahnya menyerupai lingkungan sosial lain yang mempunyai peluang terjadi konflik. Baik antara atasan dengan bawahan, maupun dengan sesama sobat kerja. Sumber konflik pun bisa bermacam-macam contohnya kasus pekerjaan menyerupai upaya saling menjatuhkan demi mendapat posisi tertentu, kasus pribadi, dan sebagainya.
Bagi yang berada pada posisi berkonflik dengan rekan sekerja, lingkungan kerja pastinya tidak terlalu nyaman dan kondusif. Itu karena, dikala beraktifitas yang bersangkutan harus tetap bersentuhan dengan "musuh" nya.
Sebenarnya, ketidaknyamanan lingkungan kerja tidak saja akan dirasakan pihak yang berkonflik. Sebab, pihak lain yang berada di tengah-tengah orang yang sedang berkonflik juga bisa saja terganggu dalam menjalani pekerjaan.
Lantas, bila ternyata kita berada di antara orang yang berkonflik, contohnya yang berkonflik yaitu atasan dengan teman bersahabat sekaligus rekan sekerja, apa yang harus kita lakukan?
"Be Profesional. Tetaplah jadi profesional. Artinya, kita harus tetap fokus pada kiprah dan selalu bersikap objektif,"jelas Sri Susilowati, Psikolog kota Batam yang juga menjabat sebagai Senior Executive HRD PT Batamindo Investment Cakrawala Batam.
Fokus pada kiprah yang dimaksud yaitu tidak terpengaruh konflik yang muncul, baik itu bersifat pekerjaan maupun pribadi. Sedangkan objektif, maksudnya yaitu kita tidak membela salah satu pihak, alasannya hal tersebut mungkin justru akan memperburuk situasi. Terlebih bila kita tidak paham dengan baik masalahnya.
Meski posisi kita berada di antara dua pihak yang mempunyai kepentingan dengan kita, tapi bukan lantas kita harus pribadi berperan sebagai penengah untuk mendamaikan mereka. Sebab, pendamai tidak selalu dibutuhkan dalam setiap konflik. Ada kalanya kedua belah pihak justru tidak suka kalau ada pihak ketiga yang turut campur dalam kasus mereka.
"Hal terbaik yang bisa dilakukan yaitu mengidentifikasi kasus terlebih dahulu. Tanyakan pada salah satu pihak yang terdekat. Sebut saja pada teman yang sedang berkonflik apakah sumbangan kita diperlukan,"katanya.
Jika ternyata balasan yang diberikan yaitu kata tidak, sebaiknya jangan pribadi merasa kecewa. Sebab, kita tetap bisa membantu dengan memberi masukan secara tidak langsung. Misalnya mengirimi artikel-artiket terkait penyelesaian kasus secara win-win solution. (*)
Usahakan Selalu Bahas Topik Netral BERADA di antara dua orang yang sedang terlibat konflik memang bisa menjadi dilema. Sebab, tidak jarang, kita akan menjadi kawasan curhat atau bahkan menjadi "keranjang sampah" kasus dari kedua belah pihak. Bila tidak berakal membawa diri, bisa-bisa kita dianggap membela salah satu pihak.
"Agar kita tetap bisa bersikap netral, sebaiknya dikala berinteraksi dengan salah satu pihak kita membicarakan hal-hal yang netral. Jangan terpancing untuk mendukung atau menyalahkan salah satu pihak. Apalagi kalau kita tidak paham betul masalahnya,"jelas Sri Susilowati, Senior Executive HRD PT Batamindo Investment Cakrawala Batam.
Saat kita bisa memperlihatkan rasa netral di situ akan terlihat perilaku profesional kita dalam kinerja. Walaupun sebenarnya, kedekatan kita dengan pihak yang berkonflik (misal teman atau atasan) tidak semestinya memperlihatkan imbas pada kelangsungan karir kita di masa mendatang.
Sebab, seorang atasan yang baik semestinya bisa bersikap objektif. Artinya, kedekatan kita dengan teman yang jadi "musuh" atasan tidak harus berdampak pada performance atau kinerja kita. Lagipula konflik itu merupakan hal yang biasa terjadi dalam dunia kerja maupun sosial. Kecuali kalau kebetulan atasan kita yaitu orang yang tidak profesional dan bersikap subjektif. Jika hal ini terjadi maka kita harus bersikap biasa. Jangan memperlihatkan kesan kita membela atau membenarkan salah satu pihak.
"Kalau atasan terlanjur menilai negatif, jelaskan saja dengan baik posisi Anda. Yang penting, buktikan bahwa kita tetap mengerjakan kiprah kita dengan baik, tanpa terpengaruh oleh perilaku atasan maupun konflik yang terjadi,"jelas Susi.
Sebaliknya, bila konflik yang terjadi berafiliasi pribadi dengan kita, artinya konfliknya antara kita sendiri dengan orang lain, otomatis bisa menghipnotis prestasi atau hasil kerja kita di kantor.
Namun, bila konflik tersebut dialami orang lain yang tidak berkaitan dengan kiprah pekerjaan kita, efeknya terhadap kita mungkin sangat kecil sekali. Namun, sebaiknya kita juga tetap fokus ke tugas, jangan terpancing pada hal-hal yang bersifat emosional. (*)