PASANGAN suami istri bekerja dalam satu perusahaan atau satu instansi bukan sesuatu yang asing ditemui. Meski ada perusahaan yang menerapkan larangan pasangan suami istri bekerja dalam satu perusahaan, tapi ada juga perusahaan yang membolehkan hal tersebut.
Sekilas, pasangan suami istri yang bekerja dalam satu perusahaan memang tak akan menyebabkan masalah. Tapi bila tidak dikelola dengan baik, kerjasama tersebut sanggup juga memicu masalah. Khususnya terkait profesionalisme kerja dalam hal memisahkan urusan pekerjaan dan urusan pribadi.
"Agar pasangan suami istri sanggup tetap menjaga profesionalisme dalam bekerja membutuhkan komitmen kuat dari kedua belah pihak. Caranya yaitu dengan menciptakan janji dari awal, bahwa suami atau isteri harus sanggup memisahkan mana urusan kantor atau pekerjaan dan mana urusan rumah," ungkap Sri Susilowati, Psikolog Batam yang juga Senior Executive HRD PT Batamindo Investment Cakrawala Batam.
Bahkan komitmen tersebut sudah harus dibicarakan sebelum mengambil keputusan untuk bekerja dalam satu kantor atau instansi. Sehingga ke depannya semuanya sudah jelas. Kaprikornus kalau ada masalah, baik di rumah maupun di daerah kerja, keduanya tetap sanggup bersikap profesional. Salah satu aspek tidak besar lengan berkuasa terlalu signifikan terhadap aspek yang lain.
Bila pasangan (suami atau istri) merupakan patner dalam berkarya, sebisa mungkin keduanya harus sanggup saling memperlihatkan masukan. Misalnya kalau pasangan bekerja tidak maksimal, maka kiprah kita untuk memberi masukan (feedback) dengan cara yang baik.
Bantu pasangan untuk menemukan ide-ide atau cara yang lebih baik dalam mencapai apa yang ditetapkan oleh Divisi atau bagiannya. Tidak disarankan untuk mengkritik, tapi lebih baik diberikan masukan. Kritik kadang hanya menciptakan orang menjadi resistan dan malah menjadi tidak mau berubah.
Jika suami istri berada pada posisi atasan dan bawahan, kondisi ini akan sangat praktis disorot lingkungan. Salah satu pasangan akan selalu dikaitkan dengan subyektivitas, terutama kalau menyangkut duduk kasus penghargaan (kompensasi & benefit).
Sehingga, posisi ibarat ini sangat tidak dianjurkan. Kalaupun tak sanggup dihindari, maka yang harus dilakukan ádalah memperkuat dan memperjelas sistem. Artinya korelasi kerja dijabarkan secara terperinci dan transparan, sehingga koridor profesional dipahami semua orang.
Alhasil, kalau promosi dilakukan terhadap pasangan, maka semua orang tahu bahwa pasangan tersebut memang mempunyai kapasitas yang cukup untuk mendapat penghargaan tersebut. (*)
Keuntungannya Komunikasi jadi Lebih Lancar PASANGAN suami istri yang bekerja dalam satu kantor atau instansi sudah niscaya mempunyai pengaruh kasatmata dan negatif yang menyertainya. Sebab, bagaimana pun juga pasangan ini mempunyai kiprah berbeda ketika berada di kantor dan ketika berada di rumah.
Beberapa kelebihan yang sanggup didapatkan bila pasangan bekerja dalam satu kantor antara lain, makin lancarnya komunikasi antar pasangan. Hal itu alasannya intensitas pertemuan antara keduanya lebih tinggi. Selain itu kalau ada duduk kasus yang dihadapi di kantor sanggup dilanjutkan di rumah dengan suasana yang lebih santai.
"Bekerja dalam satu kantor juga memunculkan jaminan rasa aman. Misalnya, meminimalkan kesempatan pasangan berselingkuh. Meski sanggup saja tetap terjadi, setidaknya ruang untuk melaksanakan perselingkuhan sanggup dipersempit," terperinci Sri Susilowati.
Sementara, dari sisi pekerjaan, pasangan juga sanggup mendapat manfaat lebih yakni sanggup menambah kreativitas. Misalnya, kalau suami dan istri bekerja pada bidang yang sama menciptakan keduanya sanggup berkolaborasi untuk menghasilkan wangsit atau karya yang lebih baik. Bahkan keduanya sanggup bekerja dengan lebih kompak.
Selanjutnya, melihat sisi negatifnya, bila keduanya ada duduk kasus eksklusif terdapat kemungkinan dibawa ke kantor. Hal ini tentu saja sanggup mengganggu kinerja (performance) di kantor.
Termasuk kalau pertengkaran di rumah terbawa ke kantor sehingga menciptakan suasana di kantor menjadi tidak nyaman. Kondisi ini pastinya akan mengganggu acara yang lain di kantor. Sebab, biasanya ketika orang sedang konflik dan diharuskan bekerjasama, ada kecenderungan untuk ditunda (procrastinate). Yang terjadi kesudahannya pekerjaan terbengkalai atau hasilnya tidak maksimal. (*)