KELAHIRAN seorang bayi mungil tanpa lubang anus, bukan hal gres dan kerap kita dengar lewat media massa. Dan yang bikin miris, kebanyakan malaikat kecil itu terlahir dari kalangan tidak mampu.
Jika dilihat dari fisiknya, bahwasanya mereka mempunyai lubang anus layaknya orang normal. Hanya saja, susukan antara anus dan usus tidak tersambung sehingga tak bisa berfungsi normal.
"Atresiani terjadi alasannya yaitu proses penyambungan bakal anus dan bakal usus sewaktu janin dalam kandungan terhenti. Akibatnya antara dua organ tersebut tidak bisa berperan secara tepat mengalirkan kotoran sisa pencernaan dari usus," ungkap dr Tjahja Sanggara SPOG, dokter seorang jago kebidanan dan kandungan RS Awal Bros Batam.
Meski kelainan pada janin sudah terjadi semenjak bayi berada dalam kandungan, tetapi gejala kelainan tersebut tidak bisa dideteksi secara pasti. Termasuk memakai ultrasonografi (USG) 4 dimensi sekalipun.
"Untuk deteksi secara niscaya memang sulit dilakukan. Hanya saja kemungkinan tersebut masih bisa terjadi walaupun cukup jarang. Misalnya dengan mempelajari gelembung-gelembung gas pada usus yang lebih banyak dibanding janin biasa," ungkapnya.
Mengenai penyebab terjadinya kelainan atresiani pada bayi, berdasarkan Tjahja biasanya akhir ibu si bayi mengalami kekurangan asupan protein selama kehamilan. Kekurangan protein itulah yang mengakibatkan pertumbuhan sel janin dalam kandungan tidak bisa berjalan maksimal. Satu di antaranya mengakibatkan kelainan atresiani.
Karenanya tak mengherankan kalau perkara atresiani lebih banyak dialami masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi. Sebab, kebanyakan tak sanggup menyediakan nutrisi cukup untuk perkembangan janin dalam kandungan.
Dengan perbandingan perkara 1:500, perkara atresiani juga cukup banyak menimpa masyarakat yang berasal dari negara berkembang serta negara miskin. Selain kurangnya pengetahuan akan arti penting asupan protein selama kehamilan, masyarakat bersangkutan juga mempunyai keterbatasan ekonomi untuk menyediakan asupan protein yang memadahi. (*)
Protein tak harus Daging PROTEIN merupakan zat pembangun yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama untuk pertumbuhan, perkembangan badan, pembentukan jaringan-jaringan gres serta pemeliharaan tubuh. Sehingga setiap orang membutuhkan zat ini termasuk perempuan hamil.
Mengingat janin dalam kandungan memperoleh zat-zat masakan termasuk protein dari ibu melalui plasenta, secara otomatis ibu hamil harus benar-benar memperhatikan asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu dan juga janin.
Apalagi, protein memperlihatkan peranan penting untuk kelangsungan pertumbuhan sel-sel janin biar sempurna. Sehingga, seorang perempuan hamil yang kekurangan protein lebih berpeluang mempunyai bayi yang kurang sempurna. Misalnya atresiani, bibir sumbing, serta kelainan fisik lainnya.
"Protein bisa bersumber dari hewani maupun nabati. Untuk sumber hewani, protein bisa diperoleh dengan mengonsumsi daging, ikan, ayam, dan telur. Sementara protein nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan menyerupai kacang-kacangan, biji-bijian, tahu, atau tempe," ungkap dr Tjahja Sanggara SpOG, dokter seorang jago kebidanan dan kandungan RS Awal Bros Batam.
Dengan adanya pilihan sumber protein tersebut, seharusnya setiap orang lebih gampang memenuhi asupan protein yang dibutuhkan oleh tubuh. Sebab, untuk mendapat zat protein bukan berarti harus mengonsumsi daging yang harganya relatif mahal tapi bisa juga tahu dan tempe. Apalagi, protein nabati mempunyai kandungan protein yang tak kalah dengan protein hewani.
"Konsumsi susu kedelai atau soya juga bisa membantu menambah asupan protein untuk tubuh. Dan bagi perempuan hamil, sebaiknya konsumsi protein yang cukup dilakukan semenjak awal kehamilan," jelasnya.
Sumber protein lain yang mempunyai harga relatif terjangkau yaitu telur. Sebab, telur diyakini sebagai sumber protein yang terbaik. Selain mengandung asam amino yang diharapkan manusia, telur juga gampang dicerna dan diserap oleh tubuh. Tak hanya itu, protein telur juga bisa mengubah protein sumber masakan lain supaya lebih berkhasiat bagi tubuh. (*)
Pasca Operasi Bisa Tetap Hidup Normal MENDAPATI anak terlahir dengan kondisi kurang tepat sudah niscaya menciptakan orangtua bersedih. Sebab, setiap orangtua niscaya mengharapkan kehadiran buah hati yang sehat dan sempurna. Tetapi, terkadang keinganan tersebut tak selamanya bisa terkabul.
Bagi orangtua yang mempunyai momongan dengan kelainan atresiani bahwasanya tak perlu berkecil hati. Sebab, meskipun di awal-awal kelahiran anak orangtua cukup kerepotan merawat anak, tetapi sesudah dilakukan tindak pembedahan biasanya anak akan bisa hidup normal menyerupai anak lainnya.
"Walau terlahir dengan kelainan atresiani, tetapi sesudah dilakukan operasi penyambungan susukan anus dan usus, anak akan bisa hidup normal menyerupai anak lainnya. Dan biasanya secara fisik mereka juga tidak akan ada masalah," ungkap dr Dewi Metta, SpA, dokter seorang jago anak RS Awal Bros Batam.
Mengenai penanganan kelainan atresiani, dimulai dengan deteksi awal yang bertujuan untuk memastikan apakah bayi lahir secara tepat atau tidak. Jika ternyata ditemukan kelainan atresiani, maka dokter harus memperlihatkan tindakan melalui pembuatan lubang buatan atau colostomi di perut.
"Pembuatan lubang pembuangan sementara ini dilakukan untuk mengeluarkan kotoran dari dalam usus sebelum dilakukan penyambungan susukan anus dengan ujung usus biar anus berfungsi normal. Sehingga, penanganan atresiani membutuhkan operasi dalam dua tahap," terang dr Tjahja Sanggara SpOG, dokter Spesialis Kebidanan dan Kedokteran RS Awal Bros Batam.
Tahapan tersebut yaitu operasi pembuatan lubang pembuangan kotoran sementara di penggalan perut. Dan beberapa bulan kemudian bisa dilakukan operasi tahap kedua dilakukan penyambungan anus dengan usus paling ujung atau biasa disebut anoplasti. (*)