SAAT mempunyai anak balita seseorang niscaya sudah tidak kaget dengan acara buang air kecil dan buang air besar (BAB) yang tidak terkontrol. Meskipun dikala ini cukup banyak pilihan diapers sebagai pengganti popok, bukan berarti orangtua akan merasa lega dan jauh dari rasa khawatir.
Sebab, bagaimanapun juga si kecil niscaya harus berguru untuk memakai toilet sebagaimana orang dewasa. Dan bila penggunaan toilet ini tidak diajarkan pada anak, dikhawatirkan hingga memasuki usia sekolah, anak akan terbiasa membuang kotoran di sembarang tempat.
Lantas, bekerjsama kapan waktu yang sempurna bagi anak untuk bisa menjalani latihan memakai toilet atau toilet trainning?
"Meski bekerjsama bisa diajarkan semenjak dini, tetapi toilet trainning sebaiknya diajarkan dikala anak sudah mempunyai kesiapan. Dan hal tersebut bisa dilihat ketika anak mencicipi ingin buang air kecil atau buang air besar," ungkap Evy Rakryani, Psikolog Anak Batam.
Bila anak sudah siap, biasanya anak akan memperlihatkan jeda waktu sebelum buang air besar atau kecil dengan cara berdiam diri dan mengejan. Jika sudah begitu, artinya anak sudah siap untuk diajarkan memakai toilet.
"Jika orangtua mendapati anak melamun dikala akan buang air besar atau air kecil sebaiknya segera dibawa ke toilet untuk membuang kotorannya di sana. Hanya saja, jangan membawa anak dengan tergesa-gesa dan penuh kepanikan. Karena kepanikan yang ditunjukkan orangtua justru bisa membatalkan harapan anak membuang air besar atau kecil," jelasnya.
Hal lain yang harus diperhatikan dalam pelajaran penggunaan toilet ini ialah orangtua dilarang memaksakan kehendak ataupun memarahi anak bila tidak menuruti perintah orangtua untuk BAB di toilet. Sebab, pemaksaan hanya akan memunculkan rasa stress berat pada anak.
"Cara yang menyenangkan contohnya dengan mengajari anak sambil bernyanyi justru akan mempercepat kemampuan anak memakai toilet. Lain halnya bila anak dipaksa, yang ada anak malah buang air kecil dan BAB secara sembunyi-sembunyi di daerah yang nggak kelihatan alasannya ialah takut dimarahi," katanya.
Mengenai usia yang bisa jadi patokan memulai toilet trainning, Evy menyampaikan dikala usia dua tahun anak sudah bisa diajari memakai toilet. Hanya saja, toilet pembinaan ini harus dilakukan sebelum anak memasuki usia pra sekolah atau masuk playgroup. Biasanya sebelum usia anak empat tahun.
Sebab, bila anak sudah mulai masuk playgroup tapi masih belum bisa BAB atau buang air kecil di toilet tentu saja akan menyulitkan. Baik bagi anak itu sendiri ataupun guru yang mengajar akhir celana yang lembap dan kotor atau karena anak buang air kecil di sembarang tempat. (*)
Gunakan Pot Sebagai Media Pembelajaran MENGAJARI anak untuk memakai toilet bukan berarti anak harus eksklusif duduk di atas closet. Apalagi, bila toilet yang dimiliki di rumah memakai closet jongkok. Sudah niscaya ukuran tubuh anak yang masih mungil bakal menyulitkannya buang air di daerah tersebut.
"Saat awal mengajari anak untuk memakai toilet, orangtua bisa memakai pot khusus yang memang dirancang bagi anak untuk buang air besar (BAB) atau pipis di atasnya. Sehingga, toilet trainning bisa diajarkan di luar toilet," terang Evy Rakryani, Psikolog Anak kota Batam.
Apalagi, kini ini pot khusus tersebut sudah mulai dihadirkan dengan model dan gambar yang lucu serta menarik. Sehingga, selama membuang hajat, anak bisa sambil main-main dengan boneka yang terkadang juga dijadikan pernik penghias pot.
Cara lain yang bisa ditempuh untuk mengajari anak memakai toilet ialah dengan mengajak anak BAB dan pipis di WC duduk. Sebab, kini ini sudah ada dudukan yang memang dirancang untuk membantu belum dewasa semoga tetap merasa nyaman dikala duduk di atas WC alasannya ialah memang sesuai dengan ukurannya. Tak hanya dari sisi ukuran, modelnya pun tampil menarik dan lucu sehingga bisa menjadi teman bermain anak selama berada di dalam toilet.
"Untuk mengajarkan anak semoga mau memakai toilet orangtua harus rajin mencoba cara yang mungkin lebih disukai anak. Karena setiap anak mempunyai pemikiran serta cara yang berbeda sebelum alhasil mau memakai toilet," katanya. (*)
Hindari Selama Proses Toilet Trainning 1. Jangan berharap terlalu banyak dan terlalu cepat. Karena anak memerlukan waktu untuk belajar
2. Jangan memarahi, menghukum, atau mempermalukan anak bila anak belum berhasil memakai pot untuk BAB atau pipis. Karena pembelajaran ini nggak harus eksklusif berhasil tetapi melalui proses.
3. Jangan menghentikan minumnya hanya alasannya ialah tidak ingin anak pipis terus. Justru dengan banyak minum, anak akan mempunyai waktu banyak untuk berguru memakai toilet.
4. Jangan memakai cara yang tidak lazim untuk menciptakan jadwal BAB anak teratur. Misalnya memperlihatkan obat pencahar atau enema. Selain tidak bijaksana tindakan ini akan membahayakan kondisi kesehatan anak
5. Jangan memaksa bila anak memang sedang tak ingin memakai pot. Selain itu, jangan mengomel ketika anak tiba-tiba pipis di lantai sebelum hingga pada pot daerah pipisnya. (*)