HEMOFILIA atau yang biasa disebut kelainan darah merupakan penyakit yang diakibatkan oleh defisiensi atau kekurangan salah salah satu protein yang sangat diharapkan dalam proses pembekuan darah. Protein ini disebut faktor pembekuan darah.
Kekurangan faktor pembekuan darah tersebut menimbulkan penderitanya akan mengalami pendarahan yang sulit berhenti, lebam-lebam, nyeri sendi dan otot akhir pendarahan yang terjadi.
Hemofilia merupakan penyakit yang diturunkan yakni diturunkan melalui kromosom X secara resesif. Karenanya tak mengherankan jikalau penyakit ini lebih sering diderita oleh anak laki-laki. Kalaupun ada anak perempuan yang terkena biasanya jumlahnya sedikit dan bersifat carier atau pembawa.
"Selain penyakit keturunan, hemofilia sanggup juga akhir mutasi genetik. Sehingga, seseorang sanggup terkena penyakit ini walau dalam riwayat keluarga tidak ditemukan ada yang menderita hemofilia. Untuk hemofilia jenis ini biasa disebut sporadik hemofilia. Kasus ini menimpa sekitar 30 persen dari penderita," ungkap dr Retno M Laila SpA, dokter seorang hebat anak Klinik Spesialis Griya Medika Batam.
Penyakit hemofilia itu sendiri bahwasanya terbagi atas dua jenis yakni hemofilia A atau biasa disebut hemofilia klasik dan hemofilia B. Dibandingkan penderita hemofilia B, ketika ini penderita hemofilia A lebih banyak yakni 1: 10.000. Sementara hemofilia B hanya 1: 50.000.
"Hemofilia A atau klasik terjadi alasannya yaitu penderitanya mengalami kekurangan faktor VIII protein dalam darah. Sementara hemofilia B terjadi alasannya yaitu penderita kekurangan faktor IX protein dalam darah. Keduanya menimbulkan darah sulit membeku," terang dr Retno.
Dilihat dari gejalanya, hemofilia juga diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan. Yakni hemofilia berat, sedang, dan ringan. Dikatakan berat jikalau faktor VIII atau IX kurang dari satu persen, hemofilia tingkat sedang jikalau faktor VIII atau IX berjumlah antara 1 hingga 5 persen, dan hemofilia ringan jikalau kadar faktor VIII atau IX berjumlah antara 5 persen hingga 30 persen.
Pada hemofilia berat, tanda-tanda sanggup terlihat semenjak usia sangat dini atau kurang dari satu tahun yakni ketika anak mulai mencar ilmu merangkak atau berjalan. Pada hemofilia sedang dan ringan, umumnya tanda-tanda terlihat pada ketika dikhitan, gigi tanggal, atau tindakan operasi.
"Tidak jarang anak yang terkena hemofilia akan tertangkap tangan ketika mereka menjalani imunisasi. Misalnya terjadinya pendarahan hiperbola sesudah disuntik. Selain itu sanggup juga tertangkap tangan dari luka memar atau nanah yang sulit sembuh akhir benturan ketika anak beraktivitas," jelasnya. (*)
Bisa Dideteksi ketika Kehamilan 10 Minggu MESKI kebanyakan derita hemofilia diketahui ketika anak berusia di bawah satu tahun, tapi bahwasanya penyakit ini sanggup dideteksi secara lebih dini. Sebab, upaya deteksi hemofilia ini sanggup dilakukan dalam tiga tahap yakni tahap pra nikah, prenatal, pos natal.
Deteksi pra nikah sanggup dilakukan melalui konseling pernikahan. Sebab, dalam konseling tersebut sanggup dilakukan tes darah dan investigasi genetik. Cara ini untuk mengetahui apakah salah satu pasangan menderita hemofilia dan pembawa gen hemofilia atau tidak.
"Setelah karenanya ada, keputusan berada di tangan pasangan yang akan menikah.
Misalnya bagaimana mensiasati semoga anak tidak terkena hemofilia atau upaya lainnya," terang dr Retno M Laila SpA, dokter seorang hebat anak Klinik Spesialis Griya Medika Batam.
Cara kedua yang sanggup ditempuh untuk mendeteksi hemofilia yaitu deteksi pre natal. Deteksi ini dilakukan melalui uji genetik atau screening genetik ketika janin masih berada di dalam kandungan. Untuk deteksi pre natal sanggup dilakukan ketika memasuki usia 10 minggu. Jika hasil screening diketahui janin menderita hemofilia, orangtua sanggup tetapkan apakah akan meneruskan kehamilan atau tidak.
"Screening genetik ini sebaiknya dilakukan jikalau orangtua bayi mempunyai riwayat keluarga yang memungkinkan anak terkena hemofilia. Sehingga, antisipasi sanggup dilakukan semenjak dini terkait keputusan untuk melahirkan anak atau tidak," ungkap dr Retno.
Bila anak sudah lahir ke dunia, deteksi dini yang sanggup dilakukan yaitu deteksi post natal. Caranya dengan mempelajari riwayat kesehatan keluarga dan mengamati secara jeli kondisi anak. Bila anak gampang mengalami pendarahan yang tak wajar, memar, nanah di sendi dan otot sebaiknya segera dilakukan investigasi untuk memastikan apakah anak terkena hemofilia atau tidak. Pemeriksaan itu sanggup dilakukan melalui tes darah atau tes laboratorium dan tes genetik. (*)
Perbanyak Olahraga Renang dan Bersepeda BAGI orang yang menderita hemofilia tentu saja mempunyai referensi hidup yang berbeda dengan orang normal. Sebab, dengan kondisi fisik yang rentan lebam, bengkak, dan nyeri menciptakan penderitanya harus lebih hati-hati dan menghindari aktifitas yang berpeluang terkena benturan.
"Hingga ketika ini, hemofilia belum sanggup diobati tapi efek yang sanggup berdampak jelek pada kondisi fisik sanggup dicegah. Misalnya dengan meminimalisir benturan, pendarahan, serta berhati-hati dalam mengonsumsi obat-obatan tertentu," terang dr Retno M Laila SpA.
Tindakan pencegahan lainnya yaitu dengan melaksanakan latihan otot-otot badan sehingga kemungkinan terjadi pendarahan sanggup diminimalisir. Latihan otot tersebut sanggup dilakukan melalui olahraga ringan ibarat berenang dan bersepeda. Sebab, kedua jenis olahraga ini relatif lebih kondusif dibandingkan jenis olahraga lain.
Meski mempunyai kondisi badan yang rentan terluka, tetapi bukan berarti penderita hemofilia tak sanggup hidup normal. Sebab, tidak sedikit orang yang menderita penyakit ini tetap sanggup berprestasi.
"Peran masyarakat sangat penting untuk membantu penderita hemofilia meraih prestasi dan hidup normal ibarat orang lain. Sehingga, sebisa mungkin jangan menganggap mereka lemah dan tak berdaya. Tapi tetap menunjukkan kesempatan berprestasi sepanjang tidak membahayakan kondisi fisiknya," ungkap dr Retno.
Mengenai penanganan medis hemofilia, sanggup dilakukan dengan pemberian pelengkap faktor pembekuan darah atau terapi pengganti. Bagi penderita hemofilia A memerlukan pelengkap faktor VIII, sedangkan penderita hemofilia B memerlukan pelengkap faktor IX.
Saat ini, pemberian faktor VIII dan faktor IX untuk penderita hemofilia semakin praktis. Faktor VIII atau faktor IX telah dikemas dalam bentuk konsentrat sehingga gampang untuk disuntikkan dan menunjang home therapy (terapi mandiri). Perdarahan akan berhenti jikalau pemberian faktor VIII atau faktor IX mencapai kadar yang dibutuhkan.
"Tambahan faktor pembekuan darah ini sanggup dilakukan ketika anak mengalami pendarahan dan membutuhkan pelengkap faktor VIII atau faktor IX. Tambahan tersebut juga sanggup dilakukan ketika penderita akan menjalani tindakan medis yang berpotensi terjadinya pendarahan. Misalnya sunat, operasi, cabut gigi, dan sebagainya," terang dr Retno.
Pemberian faktor pembekuan darah ini penting semoga pendarahan tidak berdampak pada keselamatan jiwa. Khususnya jikalau pendarahan terjadi pada organ vital ibarat otak. Selain itu, jikalau nanah pada persedian akhir pendarahan tak kunjung sembuh sanggup berpotensi mengakibatkan cacat badan akhir kista sendi dan peradangan.(*)
Atasi dengan HATI BAGI penderita hemofilia yang mengalami pendarahan dan belum sempat mendapat tunjangan medis sanggup melaksanakan tindakan pencegahan sendiri atau pertolongan pertama. Selain mudah, cara ini diyakini akan membantu mengurangi derita akhir terjadinya pendarahan.
Cara tersebut yaitu dengan HATI. H yaitu handuk. Jika terjadi pendarahan tutup luka dengan handuk hambar yang telah diberi air es. A yaitu angkat dan letakkan kawasan yang mengalami pendarahan semoga posisinya lebih tinggi dari jantung. T yaitu tekan atau balut kawasan yang mengalami pendarahan dengan materi yang elastis. Sedangkan I yaitu istirahat atau mengistirahatkan organ-organ yang mengalami pendarahan dan lokasikan di tempat yang empuk. (*)