|
Makanan dengan banyak pengawet dan pewarna sanggup bahayakan kesehatan |
ZAT adiktif yang biasa terkandung dalam pengawet maupun pewarna masakan kalau dikonsumsi secara terus menerus ternyata sanggup mengakibatkan kerusakan hati baik sorosis hingga kanker hati.
Celakanya, dampak yang sanggup ditimbulkan zat berbahaya ini sifatnya jangka panjang dan akan menyerang insan jawaban rusaknya fungsi hati.
"Hati merupakan organ yang mempunyai kegunaan menetralisir racun yang masuk ke dalam badan termasuk zat adiktif dalam pengawet makanan, pewarna, perhiasan buatan, maupun zat kimia lainnya. Jika jumlah racun tersebut semakin banyak dan bertumpuk secara otomatis akan mempengaruhi kinerja hati sehingga mengakibatkan kerusakan," terperinci Roziana SST, Ahli Gizi RS Awal Bros Batam.
Untuk menghindari terjadinya kerusakan salah satu organ vital ini sanggup dilakukan dengan menerapkan contoh makan sehat. Setidaknya dengan mengurangi konsumsi masakan atau minuman yang mengandung banyak sekali zat adiktif.
"Fast food serta masakan beku merupakan produk yang di dalamnya mengandung zat adiktif. Setidaknya ada pengawet, pewarna, hingga pemberi rasa. Untuk menghindari penumpukan zat tersebut dalam badan sebaiknya menghindari konsumsi masakan ini dalam jumlah yang banyak. Atau kalau memungkinkan lebih baik mengonsumsi masakan dari materi alami," terperinci perempuan lulusan Universitas Brawijaya ini.
Produk lain yang cukup berbahaya bagi kinerja hati yaitu minuman beralkohol, minuman penambah energi serta bersoda, dan jamu instant yang banyak dijual di pasaran. Dibandingkan produk fast food, ancaman yang diakibatkan aneka minuman ini jauh lebih besar.
Hal senada juga disampaikan dr Muhammad Askar dari Rumah Sakit Otorita Batam (RSOB). Untuk menghindari kerusakan organ badan menyerupai hati jawaban keracunan, masyarakat harus berilmu menentukan masakan yang sehat dan tidak membahayakan tubuh.
"Di pasaran cukup banyak masakan yang mengandung zat berbahaya dan zat pemicu kanker atau karsinogenik. Karenanya masyakat harus berilmu menentukan masakan tak hanya dari tampilan saja tetapi juga kandungan apa saja yang terdapat dalam makanan. Biasanya daftar kandungan itu sanggup dijumpai dalam kemasan makanan," terangnya.
Selama ini, tidak sedikit konsumen yang kurang memperhatikan kandungan masakan yang akan dikonsumsinya. Paling banter konsumen hanya mempertimbangkan kehalalan atau izin Departemen Kesehatan (Depkes). Padahal, dari tabel tersebut mereka sanggup menilai apakah masakan tersebut layak konsumsi atau tidak. "Selain konsumen, produsen penghasil masakan juga masih banyak yang belum menyebutkan zat yang terkandung dalam masakan yang dibuatnya," katanya.
Kejelian lain yang juga masih sering diabaikan konsumen yaitu tanggal kadaluarsa makanan. Selain cukup banyak produsen yang terkadang tak mencantumkan masa expire produk, konsumen pun seolah kurang menganggap penting masa berlaku produk yang bantu-membantu sangat berbahaya alasannya yaitu sanggup mengakibatkan keracunan tersebut. (*)