BAGI seorang wanita, rahim yaitu organ yang sangat penting dan menawarkan arti tersendiri bagi kehidupannya terutama kehidupan rumah tangga.
Bagaimana tidak, tanpa ada rahim seorang perempuan niscaya akan merasa tidak berarti terutama di mata suami.
Meski rahim dianggap penting, ternyata tidak sedikit perempuan yang tak terlalu "peduli" kesehatan organ badan yang satu ini.
Dan kepedulian itu justru gres muncul dikala seseorang sudah divonis kanker oleh dokter. Salah satunya yaitu kanker leher rahim (kanker serviks).
Padahal, kalau kepedulian diberikan semenjak dini contohnya dikala pertumbuhan sel kanker masih dalam tahap stadium IA, penyakit yang masuk kategori silent killer itu masih bisa disembuhkan secara total. Itu karena, kanker serviks merupakan jenis kanker yang paling gampang dicegah dan diobati.
Tentu saja kalau keberadaan sel kanker berhasil dideteksi semenjak dini melalui skrining kanker. Sebab, penyakit ini mempunyai perkembangan yang relatif usang yakni 10 hingga 15 tahun mulai bisul hingga benar-benar menjadi kanker invasif.
"Deteksi dini memperbesar peluang kesembuhan dan menghemat biaya yang harus dikeluarkan untuk penyembuhan penyakit,"terang dr Enting Prihantina SpOG, dokter seorang andal kandungan dan kebidanan, RS Budi Kemuliaan Batam dikala mengisi talkshow di Miracle Aesthetic Clinic Batam.
Salah satu skrining yang bisa dilakukan yaitu pap smear. Skrining ini bisa dilakukan tiga tahun sesudah korelasi seksual pertama. Jika karenanya normal, skrining dilakukan secara rutin setahun sekali. Bagi yang berusia di atas 30 tahun, dianjurkan melaksanakan investigasi HPV DNA. Sebab pada usia ini resiko bisul HPV persisten meningkat.
"Pap smear juga harus tetap dilakukan walau rahim sudah diangkat (tindakan untuk menghentikan penyebaran sel kanker). Yakni untuk memastikan tak ada duduk kasus pada area tumpul serviks,"terangnya.
Selama ini, pap smear kurang terkenal untuk dilakukan lantaran kebanyakan perempuan merasa kurang nyaman dan membayangkan hal yang tidak mengenakkan terkait investigasi area eksklusif ini.
Padahal, investigasi medis yang membutuhkan biaya sekitar Rp 200 ribu hingga Rp 400 ribu ini hanya membutuhkan waktu yang sebentar. Bahkan, hanya beberapa menit dan tidak akan terasa sakit sama sekali.
"Pemeriksaan ini memerlukan sampel sel-sel pada leher rahim.Untuk mengambil sampel tersebut, lisan rahim akan dibuka dengan spekulum selanjutnya sampel diambil memakai cervixbroom. Berdasarkan sampel itulah akan diketahui apakah sel-sel leher rahim normal atau abnormal,"terang dr Enting.
Bila ternyata sel-sel leher rahim terkena kanker harus diketahui dulu tingkatan atau stadium kanker bersangkutan. Hal tersebut terkait penanganan yang bakal dilakukan untuk mengatasinya. Bila stadium masih masuk awal, pengangkatan rahim bisa menjadi solusi menghentikan penyebaran sel kanker.
Lain halnya bila stadium penyebaran sel kanker sudah masuk kategori tinggi atau bahkan hingga stadium III, tindakan yang dilakukan hanyalah kemoterapi. Itulah kenapa perlu dilakukan skrining semenjak dini untuk mengetahui ada tidaknya sel kanker semoga proses penyembuhan lebih gampang dan murah. (*)
Gejala Muncul Setelah Kanker Menyerang PENYAKIT kanker leher rahim (serviks) merupakan ancaman laten yang patut diwaspadai. Sebab, penyakit yang bergotong-royong paling gampang dicegah dan diobati ini tidak menawarkan tanda-tanda khusus sebelum kanker memang sudah benar-benar berada dalam stadium akhir.
"Penyakit ini gres akan bergejala sesudah menjadi kanker yakni keluar darah sesudah bekerjasama intim atau keputihan dalam jumlah yang banyak. Tapi pada fase itu, kanker sudah tidak bisa dicegah lagi. Itulah kenapa perlu dilakukannya deteksi dini,"jelas dr Tjahja Sanggara SpOG, dokter seorang andal kandungan dan kebidanan RS Awal Bros Batam.
Mengenai faktor apa saja yang berperan pada terjadinya kanker serviks, berdasarkan dr Tjahja ada cukup banyak hal. Di antaranya multiparitas atau mempunyai anak banyak, merokok, penyakit korelasi seksual dan faktor nutrisi. Dan berdasarkan penelitian, ada juga yang menyampaikan bahwa perempuan yang bekerjasama intim dengan pria yang tidak dikhitan akan meningkatkan resiko terkena kanker serviks.
"Faktor nutrisi juga meningkatkan resiko kanker serviks lantaran kini ini tidak sedikit orang enggan mengonsumsi makanan dengan antioksidan tinggi. Misalnya kacang-kacangan menyerupai kacang kedelai, tahu, tempe, buah-buahan yang mengandung anti oksidan atau vitamin C dan E,"ungkapnya. (*)
Antisipasi dengan Vaksinasi HPV HASIL penelitian terbaru yang menyatakan bahwa ada korelasi antara tragedi kanker serviks dengan bisul HPV sedikit menawarkan angin segar. Sebab, setidaknya ada hal yang bisa dilakukan sebagai tindakan antisipasi pencegahan kanker leher rahim. Yakni melalui vaksinasi HPV.
"Vaksin ini sifatnya profilaksis atau pencegahan bukan terapetik atau pengobatan. Artinya, penggunaan vaksin ini hanya bisa mencegah tragedi kanker leher rahim tapi tidak sanggup mengobati kanker,"terang dr Tjahja Sanggara SpOG, dokter seorang andal kandungan dan kebidanan RS Awal Bros Batam.
Mengenai siapa saja yang bisa melaksanakan vaksinasi dengan masa perlindungan selama 53 bulan atau sekitar 4 tahun ini yaitu perempuan yang belum terinfeksi HPV atau belum pernah melaksanakan korelasi seksual.
"Vaksin bisa diberikan pada usia 10 hingga 55 tahun. Tergantung asumsi usia awal korelasi seksual. Dan bagi perempuan yang telah aktif melaksanakan korelasi seksual perlu dilakukan pap smear dulu lewat hybrid capture atau PCR,"ungkap dr Tjahja.
Skrining bisul HPV tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas vaksinasi HPV. Sebab, meski tak merugikan tapi efektifitas penangkalan bisul HPV lebih rendah kalau diberikan pada orang yang sudah terkena bisul HPV. Vaksinasi ini juga tak dianjurkan bagi perempuan hamil. (*)
Fakta: *Kanker serviks yaitu kanker kedua terbanyak (se-dunia) pada perempuan 500 masalah gres per tahun
*Negara berkembang mempunyai 3/4 kasus
*Kanker nomor satu pada perempuan (di Indonesia)
*Prevalensi 90-100 masalah per 100 ribu penduduk (Indonesia)
*Ditemukan 200 ribu masalah gres per tahun (Indonesia)
*99,7 persen kanker serviks disebabkan bisul HPV
*Kanker serviks satu-satunya kanker yang bisa dicegah lewat deteksi dini
Sumber: Lab Prodia dan RS Awal Bros Batam Peluang Kesembuhan Kanker Serviks Stadium IA : 100 persen
Stadium IB : 87 persen hingga 90 persen
Stadium IIA : 68 persen hingga 83 persen
Stadium IIB : 62 persen hingga 68 persen
Stadium III : 33 persen hingga 48 persen
Stadium IV : 14 persen
Sumber: Lab Prodia Batam Deteksi Dini di Puskesmas Gunakan Tes Asam Asetat SELAIN pap smear bergotong-royong ada sejumlah metode deteksi dini untuk memastikan ada atau tidaknya sel kanker di leher rahim. Nah, bagi Anda yang ingin tahu apa saja investigasi yang bisa jadi pilihan tersebut, berikut beberapa metode yang sudah ada di Batam termasuk RS Awal Bros Batam:
1. Pap Smear Metode ini hingga dikala ini masih banyak digunakan. Selain dikenal luas, sensitivitas pap smear kalau dilakukan setiap tahun mencapai 90 persen, setiap dua tahun 87 persen, setiap tiga tahun 78 persen dan bila setiap lima tahun mencapai 68 persen.
2. Thin Prep Metode ini merupakan modifikasi pap smear yakni pengumpulan sel usapan serviks di dalam cairan. Tujuannya untuk menghilangkan kotoran, darah, lendir serta untuk memperbanyak sel serviks yang akan dikumpulkan untuk meningkatkan sensitivitas. Hasilnya, metode ini mempunyai sensitivitas 73,6 persen atau lebih besar dibanding pap smear yang hanya mempunyai sensitivitas 67,3 persen.
3. Pap-Net Pap-Net merupakan sistem interaktif computer untuk menilai sediaan pap smear. Sistem ini mempunyai laba lebih sensitif dibanding evaluasi pap smear konvensional. Itu lantaran Pap- Net bisa menemukan kelainan sel pada sebaran sel absurd yang jumlahnya kurang dari lima sel. Sensitifitas Pap-Net lebih tinggi dibandingkan manual (86 persen vs 79,8 persen) untuk evaluasi HSIL.
4. Tes Onkoprotein Tes ini bertujuan mendeteksi adanya onkoprotein E7, dimana sampel didapat dari bilasan cairan serviks dan vagina. Skrining ini mendapat positif onkoprotein E7 sebenar 60 persen dari penderita kanker serviks yang positif HPV tipe 16.
5. Hybrid Capture (HC) Pemeriksaan ini hanya bisa mendeteksi bisul HPV resiko tinggi pemicu kanker serviks tapi tidak sanggup mendeteksi kelainan sel pra kanker. Sehingga spesifisitas HC lebih rendah dibandingkan papsmear.
6. Tes Asam Asetat Pemeriksaan sederhana memakai visualisasi asam asetat ini bisa dilakukan di Puskesmas. Pemberian asam asetat pada belahan serviks akan memperlihatkan lesi pra kanker. Sensitivitas cara ini yaitu 55 persen dengan spesifitas 82,1 persen. (*)