SETIAP orangtua niscaya akan gembira mempunyai anak bawah tiga tahun (batita) sudah lancar membaca buku atau koran. Sebab, dengan modal kemampuan tersebut diperlukan anak bisa lebih gampang bersaing di masa mendatang.
Hanya saja, terkadang banyak orangtua yang cenderung memaksa anak untuk cepat mencar ilmu membaca, menulis bahkan berhitung sebelum anak siap secara fisik dan mental. Jika sudah begitu biasanya bukan kepandaian yang ditunjukkan anak tapi justru rasa trauma.
"Sekarang ini ada kecenderungan orangtua lebih cepat mengajarkan membaca dan menulis pada anak. Dengan cita-cita anak sudah siap ketika masuk sekolah dasar. Hal ini sah-sah saja kalau memang anak telah siap dan dilakukan dengan cara yang benar," terang Evy Rakryani, Psikolog anak kota Batam.
Namun yang patut diingat oleh orangtua yakni jangan pernah memaksa anak untuk duduk membisu mempelajari banyak sekali bahan yang diinginkan orangtua. Sebab, tindakan ini akan menciptakan anak syok dan biasanya anak justru menolak untuk belajar.
"Tugas orangtua hanya memperlihatkan stimulasi pada anak. Stimulasi menyerupai mengenalkan huruf, angka, bisa dilakukan semenjak dini tapi tak boleh dipaksakan. Apakah anak akan merespon orangtua atau tidak ketika mengenalkan abjad dan angka hal itu mutlak hak anak," jelasnya.
Jika anak merespon berarti anak mempunyai minat dan siap belajar. Namun bila anak tak merespon berarti belum ada minat dari anak atau belum saatnya anak untuk belajar. Proses stimulasi yang diberikan juga harus bersifat ringan. Misalnya dengan pengenalan lewat lagu atau menyanyi bersama.
"Orangtua tak boleh murka kalau anak tidak memperlihatkan perhatian ketika orangtua mengenalkan huruf. Karenanya semoga anak memberi perhatian pilihlah momen yang paling sempurna di mana anak memang tidak sedang memperhatikan hal lain," terang Evy.
Sebenarnya santunan stimulasi sudah bisa dilakukan semenjak anak dalam kandungan yakni dengan membacakan cerita. Setelah anak lahir, pembacaan dongeng bisa tetap dilanjutkan dengan ditambahi pengenalan abjad atau angka bila anak sudah siap yakni sekitar umur dua tahun.
Lantas, apa bahwasanya gejala anak siap untuk belajar? Menurut Evy, kesiapan anak bisa dilihat kalau anak sudah bisa duduk membisu atau tidak banyak berlarian dan bergerak. Tanda lainnya yakni anak merespon ketika diberikan stimulasi.
"Saat mulai mengenalkan abjad mulailah dengan abjad kecil bukan abjad kapital. Hal ini dimaksudkan alasannya yakni ada empat abjad yang harus dibedakan anak. Yakni b,d,p, dan q. Keempat abjad ini mempunyai bentuk yang hampir menyerupai dan dibolak-balik. (*)