HARI Minggu (27/4) kemarin, Echa dan Papa dengan penuh semangat 45 membawa sebuah celengan berbahan plastik dari kamar.
Soalnya, sesudah beberapa bulan menabung dan mengumpulkan uang ke dalam celengan itu, Papa berniat membelikan Echa sebuah sepeda baru. Sepeda yang selama ini diinginkan gadis kecil Echa Diva.
Setelah membentangkan koran untuk menampung uang-uang yang diyakini Papa cukup untuk membawa pulang sebuah sepeda gaul alias sepeda model masa kini, Papa tanpa ragu eksklusif menghunjamkan pisau dan mulai menyembelih celengan.
"Waah....akhirnya Echa dapat beli sepeda ini," kata Papa bersemangat.
Begitu celengan terbuka, Papa eksklusif membalik-balik uang kertas dan recehan yang memenuhi celengan Echa.
"Aduh... ada yang tidak beres ini,"kata Papa sedikit panik.
"Kenapa,"tanyaku keheranan.
"Lho kok uang-uang lima puluhan ribu yang Papa masukkan celengan nggak ada semua? Kok yang 20-an dan 10-an juga nggak ada? Ini kok cuma ribu-ribuan plus lima ribu satu lembar dan recehan?"tambah Papa.
Karena penasaran, Mama bergabung dengan si Papa yang ngomel tanpa henti. Dan sesudah ikut membolak-balik isi celengan muncul juga rasa heran dalam diri. "kok dapat ya uangnya tinggal ribu-ribuan. Padahal kan, banyak uang 20-an dan 10-an yang dimasukkan celengan? Kaprikornus kemana semua uang-uang itu?"pikirku.
Sewaktu celengan diperiksa juga nggak ada yang bolong. Tapi kenapa isi celengan dapat berubah?????
Tanpa bermaksud menuduh 'oranglain', kami mengambil kesimpulan celengan telah berganti dengan yang baru. Dengan model sama tapi isinya berbeda.
Ya, maklum alasannya yakni celengan milik Echa banyak banget dijual di warung dan supermarket. Tentunya dengan harga super murah "hanya 2.500".
Berhubung nggak ada yang dapat dilakukan, jadinya kami mengikhlaskan bencana itu dan memutuskan untuk menggesek uang plastik untuk mendapat rupiah semoga dapat membawa pulang sepeda harapan Echa.
Minggu sore, kami berencana membeli sebuah sepeda untuk Echa. Soalnya, dari pagi Echa memang sudah terlanjur semangat untuk membeli sepeda. Bahkan, selama seharian penuh ia membawa uang seribu dan bilang mau beli sepeda. Ada-ada aja....
Tapi, planning membeli sepeda jadinya tertunda alasannya yakni Echa keasikan main ama Abang Dika, temen main Echa yang Ayahnya satu kantor dengan Mama.
Karena udah maghrib, jadinya kami memutuskan menunda membeli sepeda keesokan harinya.
Tapi yang terjadi di luar dugaan kami. Ternyata malamnya tubuh Echa demam tinggi sambil menangis minta sepeda. Berhubung sudah hampir tengah malam, jadinya kami memutuskan meminjam sepeda Abang Dika.
Berbekal sepeda pinjaman, demam Echa dapat sedikit berkurang dan sudah nggak rewel lagi. Cuma, pinggang papa nyaris copot sesudah menuntun sepeda alasannya yakni kaki Echa belum hingga ke tanah.
Dan taraaaaa.....Echa udah dibeliin sepeda gres plus sebuah tas sekolah.... Kaprikornus ia dapat puas main sepeda.
Biar aja uang dalam celengan ilang. Ini dapat jadi pelajaran berharga. Ingat kejahatan tidak hanya alasannya yakni ada niat tapi juga ada kesempatan.....waspadalah...waspadalah...waspadalah....(*)