|
Foto by: Alodokter.com |
ASMA merupakan penyakit yang kerap dialami sejumlah orang. Meski pengetahuan terkait bagaimana penyakit turunan ini bisa terjadi masih terbatas, tapi kebanyakan orang sudah bisa mengenali tanda-tanda yang ditimbulkan oleh asma.
"Gejala awal asma yaitu terjadinya sesak nafas serta mengi atau keluar suara mencicit serta nafas berat ketika penyakit ini menyerang. Mengi tersebut terdengar ketika mengeluarkan nafas. Selain itu, penyandang asma juga akan batuk-batuk," terperinci dr Deo Purba, dokter umum RS Awal Bros Batam.
Asma itu sendiri merupakan kondisi peradangan menahun kanal nafas yang mengakibatkan kanal tersebut menjadi sensitif atau hipersensitif terhadap banyak sekali rangsangan baik dari dalam maupun dari luar.
Respon yang muncul yaitu penyempitan pipa kanal nafas jawaban peradangan, pembengkakan, spasme otot dan berlendir. Akibatnya orang bersangkutan akan mengalami sesak nafas, nafas yang berbunyi mencicit atau biasa disebut mengi serta nafas yang berat.
"Munculnya asma merupakan jawaban peningkatan sel-sel pelopor asma menyerupai histamin dan eosinofil. Karena kadar sel-sel tersebut dalam darah meningkat maka akan lari ke kanal nafas atau bronkus yang kesudahannya menjadikan penyempitan kanal nafas atau biasa disebut asma bronkial," jelasnya.
Asma bisa dialami oleh semua kalangan tanpa melihat umur maupun jenis kelamin. Artinya setiap orang berpeluang terkena serangan asma. Hanya saja serangan yang terjadi antara satu orang dengan lainnya berbeda-beda atau tidak sama. Itu alasannya yaitu asma terbagi menjadi tiga derajat yakni ringan, sedang, dan berat.
Gejala asma ringan biasanya ditandai dengan serangan yang timbul hanya sekali dalam kurun waktu empat sampai enam minggu, terdapat mengi ringan sehabis melaksanakan acara berat, dan kalau dilakukan pengujian, maka uji fungsi parunya normal.
Baca Juga:
Anak Demam? Begini Penanganannya Enam Penyakit Akibat Kolesterol Tinggi Pada asma sedang gejalanya ditandai dengan serangan yang muncul kira-kira satu kali dalam seminggu atau kurang, timbul mengi sehabis melaksanakan acara sedang, serta uji fungsi parunya mendekati normal.
Sedangkan tanda-tanda asma berat biasanya ditandai dengan serangan yang bisa mencapai lebih dari tiga kali seminggu, timbul mengi sehabis melaksanakan acara ringan dan uji fungsi parunya abnormal.
"Asma juga bisa dibedakan menjadi dua yakni asma serangan dan asma tidak serangan. Untuk asma serangan merupakan kondisi asma yang sudah akut yang membutuhkan nebulizer. Yakni alat hisap berisi obat yang sudah diubah menjadi partikel uap sehingga bisa masuk ke bagian-bagian yang paling dalam. Sementara asma tidak serangan bisa diredakan dengan minum obat-obatan secara teratur," ungkap Deo. (*)
Waspadai Debu Rumah ASMA merupakan penyakit yang kehadirannya tidak bisa dicegah oleh siapapun khususnya bagi orang yang terlahir dengan garis keturunan pengidap asma. Layaknya tak bisa menentukan apakah terlahir sebagai wanita atau laki-laki, begitu juga derita asma akan mengenai seseorang.
Walau penyakit ini tidak bisa dicegah, tetapi setidaknya masih bisa dikontrol semoga rasa sakit yang dialami jawaban serangan asma tidak menimbulkan jawaban yang parah. Sebab, penyakit asma bisa kambuh jawaban bersentuhan dengan sejumlah faktor pelopor yang bakal memicu kambuhnya asma.
"Secara garis besar rangsangan pemicu asma bisa digolongkan menjdi dua yakni alergen dan non alergen. Alergen merupakan homogen protein yang banyak didapati di lingkungan kita menyerupai produk-produk hewan piaraan menyerupai kucing dan anjing, tungau, debu rumah, kecoa, karpet berbulu, jamur, serbuk bunga, dan sebagainya," ungkap dr Deo Purba, dokter umum RS Awal Bros Batam.
Sementara pelopor bukan alergen bisa berasal dari polusi udara gas buangan mobil, asap rokok, asap kabut, semprotan aerosol, bau-bauan yang menyengat menyerupai obat nyamuk maupun parfum, infeksi kanal nafas serta verbal emosi yang berlebihan.
"Bagi penyandang asma penting untuk mengenali jenis-jenis rangsangan yang selama ini menimbulkan kekambuhan asma tersebut. Setelah tahu apa saja yang bisa menjadi pelopor kekambuhan asma sebaiknya segera dihindari untuk bersentuhan dengan banyak sekali pelopor tersebut," saran Deo. (*)
Cegah dengan Olahraga dan Hindari Pencetus SERANGAN asma memang bisa diobati meskipun tidak bisa disembuhkan secara tuntas. Dan untuk mengendalikan asma secara optimal diharapkan kerjasama yang baik antara penyandang asma dengan dokter.
Dokter akan melaksanakan serangkaian investigasi menyerupai anamesis, investigasi fisik, laboratorium, rontgent paru, uji fungsi paru (spirometri), serta investigasi lain yang dianggap perlu. Dari hasil tersebut akan ditentukan derajat asma serta langkah-langkah pengobatan dan pengendaliannya.
Melihat dari cara pengobatannya, ada dua cara yang bisa ditempuh. Yakni pengobatan ketika serangan dan pengobatan pencegahan. Masing-masing obatnya berbeda. Dan dalam prosesnya, pengobatan asma terkadang memakan waktu lama. Sehingga, pemilihan obat yang mempunyai dampak samping sedikit penting untuk diperhatikan. Mulai jenis, dosis, cara pemakaian serta timing atau waktu pemberian obat yang tepat.
Saat ini, ada dua jenis obat asma, yakni yang diminum dan yang dihisap. Obat yang diminum umumnya obat anti alergi untuk menetralkan reaksi alergi. Ada juga bronkodilator untuk melebarkan jalan napas, serta obat-obat pengencer lendir.
Sementara untuk obat hisap bisa memakai santunan nebulizer atau alat hisap berisi obat yang sudah diubah menjadi partikel uap, sehingga bisa masuk ke bagian-bagian yang paling dalam. Obat ini akan bereaksi memperlebar kanal napas. Apalagi kini ini obat-obat kortikosteroid sudah ada yang hadir dengan cara pakai dengan jalan inhalasi (hisap).
Selain upaya pengobatan, hal lain yang tak kalah penting untuk dilakukan penyandang asma yaitu menjalani gaya hidup sehat serta menghindari pelopor serangan asma. Dengan begitu, kemungkinan penyakit asma kambuh bisa diperkecil.
"Sebaiknya penyandang asma meningkatkan kebugaran fisik melalui olahraga baik aerobik maupun senam asma. Bisa juga dengan renang atau jalan kaki," ungkap dr Deo Purba.
Cara lain yang bisa ditempuh yaitu dengan menghindari kebiasaan merokok baik aktif maupun pasif. Hindari juga lingkungan yang bisa memicu serangan asma. Misalnya selalu menghindari bersentuhan eksklusif dengan pelopor alergi menyerupai debu, bulu binatang, serbuk bunga, tungau, kecoak, dan sebagainya. Dengan begitu diharapkan, serangan asma tidak akan kambuh. (*)