|
Osteoporosis ternyata bukan hanya alasannya yaitu kurang kalsium |
TULANG harus diakui merupakan organ yang menjadi penopang acara setiap orang. Jika terjadi kerusakan pada tulang dapat dibayangkan bagaimana kehidupan orang bersangkutan selanjutnya.
Saat ini, penyakit tulang yang sedang hangat dibahas dan terbukti berhasil merubah contoh hidup masyarakat yaitu osteoporosis atau penyakit keropos tulang. Selain dapat mengganggu kesehatan dan aktifitas harian penderitanya, penyakit ini juga dapat menyebabkan patah tulang.
Istilah osteoporosis itu sendiri ditemukan andal patologi Perancis, berjulukan Jean Georges Lobstein tahun 1929. Yakni ditemukannya suatu keadaan dimana tulang tampak berlubang atau berpori-pori pada kepadatannya.
Pada perkembangannya, dilakukan janji bahwa yang dimaksud Osteoporosis yaitu suatu keadaan dimana kepadatan tulang rendah dan terjadi kerusakan kecil secara struktur atau mikroarsitektur tulang. Konsisi ini berpotensi meningkatkan resiko terjadinya patah tulang atau fraktur di kemudian hari.
"Osteoporosis merupakan suatu keadaan yang terjadi secara perlahan-lahan yang jika tidak dicegah dapat berakibat sangat fatal bagi tulang kita. Sehingga perlu dicegah dan diwaspadai sedini mungkin,"jelas Etik Purwati, Kepala Cabang Prodia Batam.
Untuk mendapat hasil maksimal, upaya pencegahan yang dilakukan harus sempurna sasaran. Mengingat osteoporosis terjadi akhir ketidakseimbangan proses yang disebut remodeling, kekurangan kalsium bukan satu-satunya penyebab terjadinya osteoporosis.
"Kita harus ingat bahwa tulang merupakan satu jaringan hidup, buktinya ia dapat menjadi lebih panjang dan berubah bentuk seiring pertumbuhan insan mulai bayi sampai dewasa. Sebagai jaringan hidup, tulang akan selalu diperbaharui inilah yang disebut proses remodeling,"ungkap Etik.
Dalam proses remodeling, sel-sel yang sudah renta dibuang dan digantikan sel-sel tulang gres yang lebih kuat. Pembuangan sel tulang renta disebut sistem absorpsi tulang. Hal ini semacam penggerogotan sel tulang yang sudah renta umurnya untuk selanjutnya digantikan sel tulang gres yang disebut proses pembentukan.
Jika terjadi ketidakseimbangan dalam proses absorpsi atau penggerogotan tulang, contohnya lebih cepat atau lebih banyak dibanding proses pembentukan sel tulang baru, maka akan banyak rongga-rongga kosong terbentuk pada massa tulang kita. Jika sudah begitu, tulang tidak dapat sepadat dan sekuat sebelumnya meski dibuat oleh sel-sel baru. (*)
Menopause dapat Picu Osteoporosis OSTEOPOROSIS atau kekeroposan pada tulang memang dapat mengenai siapa saja baik laki-laki maupun perempuan. Namun, menurut penelitian, perempuan lebih rentan terkena penyakit ini dibandingkan laki-laki.
Itu alasannya yaitu dikala perempuan mengalami menopause, kadar hormon estrogen dalam badan akan berkurang. Padahal, hormon Estrogen pada perempuan berfungsi menghambat laju absorpsi atau penggerogotan tulang. Meski proses pembentukan sel tulang gres normal atau tak ada gangguan, tapi jika proses penggerogotan tidak diatur sedemikian rupa, maka tulang akan terus digerogoti.
Pada kondisi lain, baik laki-laki maupun perempuan, di mana orang tersebut mempunyai kadar hormon tiroid atau paratiroid yang tinggi, maka proses absorpsi tulang akan meningkat. Itu alasannya yaitu hormon tiroid dan paratiroid merangsang proses absorpsi tulang.
"Mengingat kadar hormon tiroid dan paratiroid dalam badan mempengaruhi kondisi tulang, sebaiknya setiap pasien yang mempunyai dilema dengan hormon ini atau ingin melaksanakan terapi hormon konsultasi lebih dulu pada dokter seorang andal penyakit dalam,"terang Etik Purwati.
Tak hanya jenis kelamin dan kadar hormon, warna kulit seseorang juga memilih resiko terkena osteoporosis. Semakin gelap kulit seseorang, maka akan semakin kecil juga resiko terkena osteoporosis.
"Wanita mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan pria. Apalagi jika salah satu anggota keluarga mempunyai riwayat osteoporosis, maka resiko terkena penyakit ini akan semakin tinggi,"ungkapnya.
Hal lain yang dapat memicu penyakit osteoporosis yaitu contoh hidup kurang sehat. Misalnya saja merokok, konsumsi obat dalam jangka waktu usang atau kebiasaan minum obat bebas yang dapat mempengaruhi kerja hati. Sebaliknya, kebiasaan mengangkat beban dan bergerak akan merangsang pembentukan tulang sehingga mencegah osteoporosis. (*)
Tak Cukup dengan Konsumsi Susu SEKARANG ini banyak sekali perusahaan penghasil susu semakin gencar mempromosikan susu dengan kandungan kalsium tinggi. Bahkan, tidak jarang perusahaan mengklaim produk susu miliknya dapat mencegah terjadinya osteroporosis.
Yang menjadi pertanyaan, apakah memang benar konsumsi susu berkalsium tinggi dapat mencegah terjadinya osteoporosis? Apakah kalsium yaitu satu-satunya pemicu osteoporosis?
"Saat seseorang mengonsumsi kalsium susu, berarti orang bersangkutan telah menawarkan suplai materi pembentuk tulang yang sangat diharapkan dalam proses pembentukan sel tulang yakni kalsium. Sebab, materi pembentuk tulang yaitu kalsium"terang Etik Purwati.
Namun, perlu diketahui bahwa proses pembentukan tulang bukan hanya memerlukan kalsium tapi juga butuh vitamin D. Dan jika seseorang kekurangan vitamin tersebut maka pembentukan sel tulang gres menjadi kurang bagus.
Artinya, konsumsi kalsium susu dapat mencegah osteoporosis sepanjang ketidakseimbangan proses absorpsi sampai pembentukan tulang akhir proses pembentukan kurang baik dan bukan akhir lainnya.
Hal lain yang dapat memicu terjadinya osteoporosis yaitu proses pengobatan. Sebut saja, pengobatan asma, penyakit arthritis, penyakit lupus, dan sebagainya. Pada masa pengobatan tersebut terjadi kendala pada proses pematangan sel tulang yang baru.
"Obat anti kejang juga dapat merusak produksi vitamin D dalam hati. Akibatnya proses absorpsi kalsium terganggu. Selain itu, pemakaian obat anti kejang akan menciptakan tulang menjadi lunak akhir kekurangan kalsium yang cukup parah,"jelasnya.
Dengan banyaknya faktor penyebab gangguan pembentukan tulang selain kalsium, maka konsumsi susu high calcium tidak akan menuntaskan masalah. (*)
Lakukan Tes Kepadatan Tulang UNTUK memastikan apakah seseorang terkena osteoporosis atau tidak, harus dilakukan investigasi medis. Yakni melalui tes densitometri tulang serta tes darah melalui laboratorium.
Tes densitometri merupakan tes yang bertujuan untuk mengetahui atau mengukur kepadatan tulang. Bagi yang ingin melaksanakan tes ini dapat mendatangi rumah sakit besar atau klinik ternama. Sebab, biasanya tersedia alat untuk menjalani tes tersebut.
Selanjutnya, bagi yang ingin mengetahui keseimbangan biokimiawi tulang, investigasi darah lebih sempurna untuk dipilih. Pemeriksaan biokimiawi ini nantinya akan menggambarkan keadaan proses remodeling tulang.
"Nama investigasi laboratorium untuk Osteoporosis yaitu kadar CTx dan N-Mid Osteocalcin. Sebelum melaksanakan investigasi ini pasien sebaiknya melaksanakan konsultasikan dengan dokter yang menanganinya,"terang Etik Purwati, Kepala Cabang Prodia Batam.
Pemeriksaan CTx bertujuan untuk mengetahui proses absorpsi atau pembongkaran sel tulang, sedangkan N-Mid Osteocalcin yaitu penanda untuk proses pembentukan tulang. Kedua jenis investigasi ini sering juga dipakai dokter untuk memantau keberhasilan terapi Osteoporosis.
"Selain investigasi rutin untuk mengetahui kondisi tulang, menjalani contoh hidup sehat serta terus mengonsumsi makanan yang diharapkan tulang juga penting dilakukan. Selain itu, peningkatan aktifitas juga perlu biar badan bugar dan tulang lebih kuat,"katanya. (*)