PERNAHKAH Anda melihat orang yang sebelumnya sehat wal'afiat dan sedang melaksanakan aktifitas tiba-tiba jatuh dan terbujur kaku tak bernyawa? Kondisi tersebut bahwasanya tidak terjadi begitu saja tanpa sebab.
Karena, orang yang meninggal meskipun mendadak niscaya ada penyebabnya. Dan rata-rata maut itu diakibatkan oleh serangan jantung Silent Myocardial Infaretion (SMI). Kenapa disebut Silent Myocardial Infaretion, itu lantaran serangan jantung ini tidak disertai keluhan berarti namun berakibat kematian.
"Serangan SMI ini kerap terjadi lantaran memang gejalanya tidak terlalu terlihat dan hanya ibarat masuk angin biasa. Di dunia kedokteran memang tidak ada istilah masuk angin, namun sanggup saja istilah awam ini merupakan tanda-tanda serangan jantung" terang dr Stanley Panggabean,SpJP FIHA, dokter seorang jago jantung dan pembuluh darah RS Awal Bros Batam.
Berdasarkan hasil penelitian, satu dari empat maut yang disebabkan serangan jantung tapi tanpa disertai keluhan ataupun tanda-tanda sebelumnya, merupakan maut akhir SMI. Fakta ini sungguh mencemaskan lantaran secara tak terduga penderita yang sepertinya sehat tiba-tiba menerima serangan jantung yang eksklusif mengakibatkan kematian.
Penyakit yang biasa disebut "pembunuh berdarah dingin" ini menyerang pada ketika seseorang sedang melaksanakan aktifitas fisik, ibarat ketika sedang menyetir mobil, aktifitas seksual, berpidato, bahkan pada ketika membaca buku.
Mengenai penyebab adanya serangan SMI itu sendiri, sanggup terjadi lantaran adanya plak atherosclerosis atau penyumbatan pembuluh darah pada jantung. Dan bahwasanya pada penderita penyakit ini, serangan jantung sudah terjadi berulang. Hanya saja tak pernah dihiraukan oleh penderitanya yang selanjutnya pada serangan terakhir eksklusif berakibat fatal yakni terjadinya kematian. (*)
Cara Deteksi Penyakit Jantung SMI
BERBICARA soal deteksi awal kemungkinan adanya serangan Silent Myocardial Infaretion (SMI) memang tidak sanggup dilakukan sedetail tanda-tanda yang ditunjukkan penyakit jantung koroner klasik. Sebab, tanda-tanda serangan pada penyakit ini memang tidak terlihat secara jelas.
Namun sebagai pembeda, serangan jantung koroner klasik didahului rasa nyeri khas pada dada, kemudian menjalar ke pundak dan lengan yang biasanya muncul sehabis kerja berat. Sementara SMI lebih sering menyerang seseorang pada puncak acara mental kegiatan sehari-hari ibarat ketika menyetir mobil, membaca, atau tengah berpidato.
"Gejalanya memang tidak terlihat terang ibarat tanda-tanda penyakit jantung koroner umumnya. Nyeri dada ibarat ditekan benda berat jarang dikeluhkan. Biasanya penderita hanya mengeluh gampang lelah bila beraktifitas, perasaan kembung pada perut, gelisah, berdebar-debar atau perasaan sesak nafas," terang dr Stanley Panggabean,SpJP FIHA, dokter seorang jago jantung dan pembuluh darah RS Awal Bros Batam.
Untuk mengambarkan penderita yang meninggal secara tiba-tiba akhir SMI hanya sanggup dilakukan melalui otopsi Posmorten atau otopsi setelah pasien meninggal. Karena melalui proses otopsi ini akan diketahui adanya kerusakan otot jantung penderita disertai adanya plak atherosclerosis.
Adapun faktor penyebab serangan SMI antara lain yaitu kegemukan, hypertensi, diabetes, stres berlebihan, kurang aktifitas fisik, rokok ataupun faktor keturunan. Selain itu, referensi dan gaya hidup yang tidak sehat juga sanggup memicu serangan SMI. (*)
Biasakan Pola Hidup Sehat MENCEGAH sudah niscaya lebih baik daripada mengobati. Sebab, ketika seseorang sudah terkena penyakit jantung, bukan hanya rasa sakit yang akan diderita tapi juga diharapkan banyak dana serta waktu untuk proses penyembuhan penyakit ini.
Apalagi, yang namanya penyakit jantung baik penyakit jantung koroner maupun SMI, sama-sama mempunyai tipe serangan yang mendadak. Artinya, penderita tidak akan sanggup memperkirakan kapan serangan akan terjadi dan menimpa penderitanya.
Nah, untuk meniadakan faktor resiko terkena serangan penyakit ialah melalui pencegahan semenjak dini. Misalnya dengan menerapkan referensi hidup sehat yakni dengan makan teratur, tidur teratur, banyak istirahat, kendurkan stres, dan cukup bergerak badan. Dengan referensi semacam ini seseorang sanggup mengurangi resiko terkena penyakit jantung baik koroner maupun SMI.
"Saat ini, bahwasanya SMI sanggup dicegah melalui referensi dan gaya hidup yang sehat, berolah raga secara teratur, hindari stres dan rutin melaksanakan medical check up atau investigasi kesehatan. Yakni melalui investigasi EKG, investigasi darah, treadmill, dan sebagainya," kata dr Stanley Panggabean,SpJP FIHA, dokter seorang jago jantung dan pembuluh darah RS Awal Bros Batam.
Beberapa hal yang patut dihindari ialah membiarkan lemak darah tinggi, mengidap darah tinggi, kencing manis, perokok, kegemukan atau over weight, referensi dan gaya hidup sedentary, dan sebagainya.
Selain itu, hindari juga mandi dingin, terpapar hawa atau topan sewaktu berjalan kaki, tidak mengedan besar lengan berkuasa sewaktu buang air besar, makan kelewat kenyang, kurang waktu jeda, minum obat tidak sesuai jadwal atau dengan takaran memadai. Termasuk meragukan referensi kegiatan seksual yang kelewat hot, serta menjauhkan olahraga statis contohnya angkat beban, menggotong barang berat.
Jangan abaikan pula keluhan perut jikalau tahu mengidap penyakit jantung lantaran gangguan perut sanggup merupakan penggalan dari tanda-tanda penyakit jantung juga. Jika pernapasan kurang lapang, mendadak sesak napas, gampang letih, dan tiba-tiba jantung berdebar tanpa sebab. (*)