HIDROSEFALUS atau pembesaran kepala akhir kelebihan cairan otak merupakan penyakit yang kadang menciptakan miris dikala kita melihat kondisi penderitanya. Bagaimana tidak, penyakit yang kerap menimpa bayi dan belum dewasa ini menciptakan kepala penderita membesar seiring pertambahan cairan otak dalam kepala.
Sebenarnya, cairan otak mempunyai manfaat penting untuk tubuh. Sepanjang jumlahnya tidak melebihi kapasitas serta tidak terjadi gangguan dalam sirkulasinya. Beberapa manfaat cairan otak tersebut antara lain, sebagai
shock absorber, yakni mengurangi pengaruh stress berat dari luar.
Selain itu, sebagai buoyancy yang menciptakan otak terapung sehingga mengurangi beban otak dari 1.400 gram menjadi 50 gram. Hal itu penting untuk mengurangi pengutamaan atau geseran dasar otak dengan permukaan dasar ruang tengkorak yang tidak rata.
Selanjutnya, berfungsi menyerupai air kencing, yakni membuang produk sisa, termasuk obat-obatan yang berbahaya. Terakhir, cairan otak juga menjadi media transportasi hormon-hormon dan nutrisi yang dibutuhkan oleh sel-sel otak.
"Hidrosefalus merupakan suatu keadaan dimana terjadi gangguan fatwa cairan di dalam otak. Gangguan itu menjadikan penumpukan cairan yang selanjutnya menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital,"terang dr Dewi Metta SpA, dokter seorang hebat anak RS Awal Bros Batam.
Mengenai penyebab hidrosefalus itu sendiri ada beberapa macam. Bisa alasannya yaitu kelainan bawaan, jerawat ataupun pendarahan. Kelainan bawaan bisa terjadi akhir adanya tumor otak. Keberadaan tumor tersebut akan menghambat sirkulasi cairan otak.
Sementara jerawat atau pendarahan pada otak akan menjadikan gangguan dalam proses perembesan cairan ke pembuluh darah balik. Misalnya akhir radang selaput otak (meningitis) atau pendarahan akhir trauma.
"Akibat tidak lancarnya sirkulasi cairan otak tersebut, kepala bisa membesar oleh penumpukan cairan. Terutama kepala bayi di bawah dua tahun yang kondisi ubun-ubunnya belum menutup secara sempurna. Dan jikalau tidak segera ditangani bisa mengganggu perkembangan anak bersangkutan bahkan kematian,"jelasnya.
Sebab, penumpukan cairan otak itu akan mengganggu kinerja saraf-saraf penting pada tubuh. Baik saraf otak maupun saraf lainnya. Akibatnya, anak tidak akan bisa tumbuh secara normal dan maksimal sebagaimana anak seusianya. Bahkan, bila tak lekas ditangani, hidrosefalus bisa juga mengancam keselamatan jiwa penderitanya. (*)
Pantau Terus Perkembangan Lingkar KepalaMENCEGAH lebih baik dibanding mengobati. Mengingat hidrosefalus merupakan satu keadaan di mana terjadi penumpukan cairan otak, maka meragukan tanda-tanda yang biasa menyertai derita hidrosefalus bisa menjadi langkah tepat.
"Salah satu tanda-tanda klinis hidrosefalus yaitu pembesaran kepala akhir penumpukan cairan. Sehingga, setiap orang hendaknya lebih waspada bila anaknya mengalami perkembangan lingkar kepala yang melebihi angka normal,"terang dr Dewi Metta SpA.
Karenanya, penting untuk melaksanakan pengukuran lingkar kepala secara serial dan teratur guna mendeteksi semenjak dini penyakit ini. Normalnya, perkembangan lingkar kepala bayi yaitu dua sentimeter per bulan untuk 3 bulan pertama, 1 cm per bulan untuk 3 bulan kedua, dan 0,5 cm per bulan untuk 6 bulan berikutnya.
Gejala klinis lainnya adalah, ubun-ubun yang melebar dan menonjol, pembuluh darah di kulit kepala makin jelas, gangguan sensorik-motorik, gangguan penglihatan (buta), gerakkan bola mata terganggu (juling), terjadi penurunan acara mental yang progresif.
Bayi juga akan lebih rewel, kejang, muntah-muntah, panas tubuh yang sulit dikendalikan, dan risikonya gangguan pada fungsi vital akhir peninggian tekanan dalam ruang tengkorak berupa pernapasan lambat, denyut nadi turun dan naiknya tekanan darah sistolik.
"Bila orangtua masih ragu dengan tanda-tanda klinis yang biasa menyertai penyakit ini, bisa dilakukan investigasi computerized tomography scan (CT scan) atau magnetic resonance imaging (MRI). Pemeriksaan ini sanggup mendeteksi struktur anatomi otak, dan penyebab hidrosefalus,"katanya.
Bila hidrosefalus yang dialami merupakan kelainan bawaan, bisa dideteksi semenjak dalam kandungan. Yakni melalui investigasi ultrasonografi (USG). Saat dilakukan pemeriksaan, akan diketahui apakah perkembangan lingkar kepala janin normal atau tidak.
Lain halnya bila hidrosefalus merupakan akhir jerawat atau pendarahan. Kondisi ini biasanya terjadi ketika anak sudah lahir ke dunia. Sehingga, investigasi medis perlu dilakukan untuk memastikan apakah anak memang terkena hidrosefalus atau tidak. (*)
Pembedahan sampai Pemasangan ShuntUNTUK mengatasi derita hidrosefalus pada seseorang ada sejumlah cara yang bisa ditempuh. Tergantung kondisi penyakit serta kemampuan orang bersangkutan untuk mendapat penanganan medis.
"Hidrosefalus bisa juga diatasi dengan mengonsumsi obat-obatan. Hanya saja konsumsi obat tersebut sifatnya hanya untuk memperlambat proses produksi cairan otak semoga tidak memenuhi kepala,"terang dr Dewi Metta SpA.
Sedangkan penanganan yang paling mungkin untuk menyembuhkan hidrosefalus yaitu tindakan pembedahan. Dalam proses pembedahan ini akan dibentuk shunt atau pintasan untuk mengalirkan cairan otak di ruang tengkorak yang tersumbat ke daerah lain dengan memakai alat homogen kateter berdiameter kecil.
"Melalui shunt tersebut, cairan otak yang menumpuk pada jaringan otak akan dialirkan sehingga tidak menekan otak serta saraf-saraf penting yang ada di kepala,"katanya.
Untuk menghindari pengaruh reaksi pada tubuh, shunt ini dibentuk dengan materi yang inert menyerupai silikon. Dan dalam proses pembuatan shunt, selang tersebut akan ditanam pada jaringan otak, kulit, dan rongga perut.
Saat ini, produk selang pintasan semakin canggih. Mulai shunt yang dilengkapi klep sehingga tekanan fatwa cairan otak sanggup diatur. Ada juga yang dilapisi materi antibakteri serta adonan materi khusus sehingga selang lebih awet, lentur, dan tidak gampang putus. (*)