MELIHAT anak menangis meraung-raung atau bergulingan di lantai ketika meminta sesuatu, niscaya akan menciptakan orangtuanya kesal atau bahkan menimbulkan emosi. Apalagi, bila tingkah anak ini dilakukan di daerah ramai menyerupai mal, restoran atau toko mainan anak-anak.
Lantas, apa sebetulnya yang menjadi pendorong munculnya emosi yang meledak pada anak- anak? Apakah memang setiap anak akan melaksanakan hal tersebut ketika ingin mengutarakan keinginannya pada orangtuanya?
"Sebenarnya tidak semua anak akan menumpahkan emosi bila keinginannya tidak dipenuhi oleh orangtua atau orang terdekatnya. Sebab, aksara setiap anak niscaya berbeda-beda dan mempunyai cara yang berbeda pula untuk memberikan keinginannya," kata Mardien Suprapti, Psikolog Klinik Batam Medical Centre (BMC).
Dilihat dari penyebabnya, ledakan emosi yang muncul sanggup disebabkan oleh banyak faktor. Baik faktor genetik maupun faktor contoh asuh orangtua serta imbas lingkungan. Untuk faktor genetik, biasanya lantaran anak yang bersangkutan memang mempunyai kepribadian yang sanggup menjadi pemicu emosi yang meledak-ledak ketika marah.
Sementara dilihat dari sistem contoh asuh orangtua, munculnya ledakan emosi tersebut biasanya lantaran anak yang bersangkutan kurang kasih sayang serta perhatian. Dan tumpahan emosi yang ditunjukkan ketika menginginkan sesuatu inilah yang dijadikan senjata anak untuk menarik perhatian orangtuanya.
Penyebab lain yang sanggup menjadi pemicu ledakan emosi pada anak yaitu adanya endapan kekecewaan dalam jangka waktu usang serta bentuk putus asa anak atas sesuatu hal. Tumpukan tersebut pada balasannya akan mengendap atau bahkan mengkristal sehingga sanggup membahayakan bila suatu ketika emosi anak meledak.
"Timbunan emosi juga sanggup dipicu oleh terhambatnya kebutuhan anak serta minimnya perhatian dari orangtua. Jika timbunan tersebut dibiarkan, anak akan mencari cara untuk mengaktualisasikan diri serta mengapresiasikan perasaannya. Salah satunya yaitu dengan cara menarik perhatian orangtua melalui ledakan emosi dan rasa murka yang luar biasa," kata Mardien.
Dengan adanya aktualisasi diri tersebut, anak berharap sanggup meluapkan "dendam" yang selama ini disimpannya. Jika cara ini berhasil dan orangtua memperhatikan mereka, maka anak akan merasa sangat puas. (ndy)
Jangan Ikut Marah SETELAH mengetahui penyebab munculnya ledakan emosi pada anak, tentunya orangtua ingin mengetahui bagaimana cara menangani anak yang terlanjur mempunyai aksara pemarah serta keras kepala.
"Saat mendapati anak sedang berguling-guling di lantai dan murka tak terkendali, sebaiknya orangtua mencar ilmu mengontrol emosinya dulu. Sebab, bila orangtua ikut murka atau bahkan menumpahkan kemarahannya pada anak, maka dikhawatirkan justru akan terjadi perang emosi," ungkap Mardien Suprapti, psikolog Klinik Batam Medical Centre.
Pengendalian emosi orangtua juga penting dilakukan biar orangtua sanggup lebih hening dalam menghadapi anak yang sedang emosi. Sebab, ketika anak emosi, anak tersebut biasanya tidak akan sanggup mendapatkan alasan atau bujukan. Tetapi justru terhadap apapun yang Anda lakukan akan direspon negatif oleh anak. Apalagi, sebetulnya anak tidak melihat apakah barang yang diinginkannya penting atau tidak. Alasan yang sebetulnya dimiliki anak yaitu lantaran anak suka atau bahagia terhadap benda itu.
"Salah satu cara yang sanggup diambil untuk mengatasi ledakan emosi anak yaitu dengan mengalihkan perhatian anak terhadap hal lainnya. Misalnya dengan memperlihatkan makanan, atau benda pengganti lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian anak tentunya yang sesuai dengan kebutuhan anak," katanya.
Jika anak tetap menolak diberikan pengganti dalam bentuk barang, orangtua sanggup mengalihkan perhatian anak dengan memperlihatkan kasih sayang, perhatian, serta perlakuan yang enak. Sebab, hal itulah yang sebetulnya diperlukan anak ketika emosinya memuncak.
"Apabila orangtua melarang anak untuk mendapatkan sesuatu hal, sebaiknya orangtua juga memperlihatkan klarifikasi yang beralasan. Karena bila larangan diberikan tanpa alasan, anak akan merasa diperlakukan tidak adil oleh orangtuanya," terang Mardien.
Sementara, untuk kasus-kasus tertentu, contohnya seruan yang tidak realistis, orangtua harus sanggup menyampaikan tidak. Meskipun anak tersebut nantinya akan menangis bahkan menangis di daerah umum. Sebab, bila orangtua tetap mengabulkan seruan tersebut hanya lantaran anak menangis meraung-raung, ke depannya anak akan menjadikan hal tersebut sebagai senjata.
Jika anak menjadi murka besar dan mulai memukul ataupun tindakan lain yang membahayakan, bawalah beliau ke daerah yang lebih kondusif sampai anak menjadi tenang. Katakan bahwa beliau dibawa ke daerah tersebut lantaran tindakannya yang membahayakan.
Selama anak belum tenang, jangan memperlihatkan nasehat atas tindakannya, tetapi fokuskan hanya untuk menenangkan dirinya. Tentunya anda mengatakannya tanpa emosi ataupun bernada memarahinya. (ndy)