KEHABISAN uang sebelum masa gajian tiba bisa jadi dialami oleh setiap orang. Bahkan, tidak sedikit orang mengeluhkan kehabisan uang justru beberapa hari sesudah mendapatkan gaji.
Kondisi ini memang bukan sesuatu yang aneh. Apalagi kini ini harga barang kebutuhan pokok makin hari makin melambung.
Memang harus diakui, terjadinya kenaikan harga secara terus menerus bisa menciptakan anggaran belanja susah dikontrol. Apalagi, biasanya kenaikan harga tidak diimbangi kenaikan pendapatan yang signifikan. Sebab, tidak jarang kenaikan pendapatan yang dialami jumlahnya tidak seberapa dibandingkan tingginya kenaikan harga barang kebutuhan.
Meski kenaikan harga mempunyai tugas besar terhadap peningkatan kebutuhan hidup, tetapi gotong royong faktor ini bukan satu-satunya penyebab kurangnya penghasilan yang dimiliki. Sebab, gaya hidup serta ketidakmampuan seseorang dalam mengatur uang bisa juga menjadi biang keladi terjadinya defisit terhadap anggaran keluarga.
Apalagi, bila seseorang sudah menganut gaya hidup besar pasak daripada tiang atau membelanjakan uang di luar batas kemampuan finansialnya. Jika sudah begitu, berapapun uang yang dimiliki pastinya tak akan pernah cukup.
"Agar penghasilan bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari atau bahkan untuk investasi, seseorang harus melaksanakan perencanaan keuangan secara seksama. Sebab, tanpa perencanaan pemikiran uang tidak akan bisa dikendalikan secara maksimal," ungkap Riginto Widjaya, pengamat keuangan Kota Batam.
Setelah perencanaan keuangan tersusun, hal penting yang harus dilakukan ialah mematuhi anggaran tersebut. Sebab, salah satu faktor terjadinya defisit anggaran keluarga berasal dari sifat boros dengan membelanjakan uang di luar anggaran yang telah direncanakan.
Dalam perencanaan yang dibentuk tersebut harus dipilah-pilah juga apa saja pengeluaran yang sifatnya primer, sekunder, dan tersier. Sehingga, bila penghasilan masih minim upayakan untuk memasukkan anggaran sekunder atau tersier sesudah kebutuhan primer tercukupi.
"Setelah kebutuhan primer terpenuhi, seseorang gres bisa menyusun anggaran untuk kebutuhan sekunder dan tersier. Mengingat kebutuhan hidup akan terus meningkat upayakan untuk mencari sumber penghasilan tambahan," kata Dosen Universitas Internasional Batam (UIB) ini.
Apalagi, sesudah semua kebutuhan terpenuhi, biasanya seseorang mempunyai ego untuk memenuhi kebutuhan akan gengsi. Kebutuhan ini merupakan satu wujud aktualisasi diri seseorang untuk mendapatkan akreditasi di mata masyarakat.
Misalnya liburan ke Eropa, Amerika, atau tujuan lain yang biasanya memakan dana yang tidak sedikit. Atau teladan lainnya ingin mempunyai apartemen mewah, kendaraan beroda empat mewah, barang bermerek, dan sebagainya. Semua kebutuhan akan gengsi tersebut biasanya muncul sesudah seluruh kebutuhan baik primer atau sekunder sudah terpenuhi semua.
Selain pencarian sumber penghasilan tambahan, hal lain yang patut diperhatikan ialah perlunya pembedaan antara kebutuhan dan keinginan. Sebab, jikalau antara kebutuhan dan keinginan dicampur aduk maka penyusunan anggaran akan menjadi lebih sulit dilakukan. (*)
Penting Miliki Asuransi HIDUP di dunia ini harus diakui penuh dengan "kejutan" yang tidak bisa kita prediksi sebelumnya. Bukan saja adanya diam-diam kapan kita akan mati, atau seberapa besar rezeki yang akan bisa dapatkan untuk bisa menghidupi atau bahkan memenuhi kebutuhan buah hati kita.
Dan bila "kejutan" yang mungkin saja terjadi tersebut tidak diantisipasi semenjak dini, terutama dalam hal pengaturan anggaran, bisa-bisa anak tidak mendapatkan pendidikan atau kehidupan sesuai impian.
Sehingga, mempunyai investasi menjadi satu hal perlu untuk dilakukan. Apalagi, kebutuhan termasuk biaya pendidikan maupun kesehatan cenderung selalu meningkat dari tahun ke tahun. Dan bila, uang yang kita miliki ketika ini selalu dihabiskan tanpa disisakan untuk investasi, dikhawatirkan kita akan mendapatkan dilema keuangan di masa mendatang.
"Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mempersiapkan kehidupan keluarga dan belum dewasa di masa mendatang. Misalnya dalam bentuk tabungan atau asuransi sebagai sebuah investasi. dan jikalau investasi ini diorganisir secara kreatif akan sangat membantu di masa mendatang," ungkap Riginoto Widjaya, Pengamat Keuangan kota Batam.
Setiap orang memang mempunyai pandangan dan huruf yang berbeda-beda. Ada sebagian yang berpikir jangka panjang tapi ada juga yang hanya berpikir jangka pendek. Bagi yang berpikir jangka panjang, biasanya mereka akan menciptakan sebuah investasi sebagai bekal kehidupan di masa mendatang.
Misalnya dengan ikut asuransi pendidikan, kesehatan, jiwa, atau asuransi lainnya yang bertujuan sebagai upaya perlindungan jikalau terjadi sesuatu hal pada pencari nafkah. Sehingga, bila kemudian di pencari nafkah tidak bisa menghasilkan uang, masih ada asuransi yang "menolong". (*)
Biasakan Menabung SIAPA sih yang tidak ingin hidup dengan enak, semua serba berkecukupan, ingin ini itu selalu terpenuhi? Hanya saja, keinginan tersebut tidak selamanya terkabul akhir adanya keterbatasan dana yang dimiliki.
Namun, tidak bisa hidup dengan uang lebih bukan berarti harus selalu kehabisan uang. Sebab, bagaimanapun juga tanpa adanya pengelolaan yang baik, berapapun uang yang diperoleh akan selalu habis.
Nah, berikut ini ada sejumlah tips yang bisa dijadikan rujukan semoga penghasilan yang dimiliki bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga.
1. Biasakan Menabung Untuk bisa memupuk kebiasaan menabung memang bukan sesuatu yang gampang untuk dilakukan. Tidak sedikit orang berpikir "jangankan menabung, bisa bertahan hingga simpulan bulan saja sudah syukur". Hanya saja, bila kebiasaan menabung itu tidak segera ditanamkan sebagai langkah investasi dikhawatirkan akan terjadi dilema keuangan di masa mendatang. Sebab, siapapun tak akan pernah tahu bagaimana kondisi keuangan atau pekerjaan di masa mendatang.
Untuk menghindari habisnya uang di simpulan bulan, upayakan untuk menabung di awal bulan setidaknya dengan menyisihkan 10 persen dari penghasilan kita.
2. Batasi Cicilan Hutang Bulanan Membeli sesuatu secara kredit belakangan ini agaknya semakin menjadi favorit bagi hampir setiap orang. Bukan hanya kredit rumah, mobil, atau furniture, barang-barang kecil menyerupai panci, sprei, atau baju juga mulai banyak yang dijual secara kredit.
Meski awalnya jumlah kredit yang ada hanya kecil menyerupai seratus atau dua ratus ribu saja, tapi jikalau item yang dikredit banyak, lama-lamanya jumlahnya banyak juga. Belum lagi, hutang dari kartu kredit, cicilan rumah, cicilan mobil, ponsel, dan sebagainya. Jika pengambilan kredit ini tak direncanakan secara matang, bisa-bisa penghasilan bulanan hanya akan habis untuk melunasi hutang-hutang yang ada.
Agar jumlah hutang tidak membebani anggaran keluarga, sebaiknya total hutang bulanan yang harus dibayarkan tidak lebih dari 30 persen dari penghasilan. Sehingga, sisanya bisa dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
3. Biasakan Membuat Anggaran Belanja Keberadaan anggaran belanja bulanan akan membantu kita dalam mengontrol keuangan kita. Yang paling penting, biasakan menyusun anggaran belanja dengan jumlah yang lebih kecil dari penghasilan. Sehingga menciptakan skala prioritas kebutuhan penting untuk dilakukan. Setelah anggaran tersusun patuhi dan belanjakanlah uang sesuai anggaran yang telah disusun.
4 Miliki Dana Cadangan Dana cadangan penting dimiliki untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak terduga. Misalnya adanya petaka menyerupai sakit, tragedi atau bahkan kehilangan pekerjaan akhir pemutusan korelasi kerja (PHK).
Jika penghasilan yang kita peroleh setiap bulannya sudah rutin dan stabil, besarnya dana cadangan yang dimiliki minimal tiga kali pengeluaran keluarga per bulan. Namun, bila pekerjaan dan penghasilan tidak rutin, dana yang tersedia minimal enam kali pengeluaran keluarga per bulan. Untuk mempermudah pengambilan ketika dibutuhkan, sebaiknya simpan dana di rekening bank.
5. Pikirkan untuk Mendapat Penghasilan Tambahan Mengutak atik penghasilan yang dimiliki semoga cukup untuk memenuhi kebutuhan atau syukur- syukur bisa menabung memang bukan perkara mudah. Apalagi, bila kondisi perekonomian masih menyerupai kini ini. Harga barang-barang kebutuhan semakin naik bahkan hampir tak terjangkau.
Jika penghasilan yang dimiliki ketika ini memang benar-benar tidak bisa memenuhi kebutuhan yang ada atau setidaknya untuk menambah investasi, upayakan untuk mendapatkan penghasilan tambahan. (*)