Apabila ingin menanam kentang untuk menghasilkan bibit perlu memperhatikan hal-hal berikut :
Lokasi
Lokasi penanamannya dipilih yang bersuhu udara sekitar 15-20oC. Lokasi ini tidak ditanami kentang dan flora sefamilinya sekitar 2-3 tahun. Jadi, lahan yang digunakan biasanya yang memiliki contoh penanaman tumpang gilir (rotasi). Tumpang gilir tersebut contohnya usai menanam kentang, lahan diberakan dulu, lalu ditanami flora lain yang bukan sefamili final flora lain ini dipanen, lahan diberakan lagi. Dan kemudian, ditanami lagi dengan flora lain yang bukan sefamili. Begitu seterusnya hingga beberapa animo tanam. Baru kemudian, lahan sanggup ditanami kentang. Jarak lokasi penanaman dengan flora lain yang sefamili minimal 360 m.
baca juga artikel lainya di blog tipspetani seperti:
Umbi Kentang
Umbi yang akan ditanam perlu diseleksi dulu dan dipilih umbi yang sehat dan berasal dari flora yang bebas hama dan penyakit. Umbi yang digunakan memiliki berat sekitar 30-80 gram. Bila beratnya kurang dari 30 gram, lebih baik jangan digunakan alasannya yakni akan mempengaruhi mutu produksi nantinya. Demikian juga dengan umbi yang beratnya lebih dari 80 gram jangan digunakan alasannya yakni lebih menguntungkan bila dijadikan kentang konsumsi. Selain itu, umbi berasal dari umbi yang dipanen pada kondisi bau tanah betul.
Keadaan Lingkungan
Karena tujuan menanam untuk menghasilkan bibit, maka yang kita inginkan yakni umbi calon bibit sanggup berjumlah banyak. Untuk itu ada beberapa perlakuan yang sanggup dilaksanakan di lapangan.
- Jarak tanamnya dipersempit berarti, jamlah flora per arealnya menjadi lebih banyak dibanding jumlah flora normalnya kalau penanamannya untuk keperluan konsumsi.
- Dengan jarak tanam 10 x 70 cm, sanggup meningkatkan bibit berbobot 30-45 gram dan 45-60 gram, masing-masing sekitar dan 0,5.
- Jarak tanam 15 x 70 cm, jumlah peningkatannya antara 4,6% dan 3,1%.
- Bila yang digunakan berukuran besar, dan lalu umbinya dibelah, jumlah umbi yang diperoleh justru turun sebesar 2,7%.
- Bila bibit yang ditanam dan kentang yang peka dengan Phytophtora dan penanamannya pada animo hujan, jarak tanam rapat memiliki risiko tinggi. Kaprikornus dalam hal ini, jarak tanam juga memperhitungkana jenis kentang apa yang ditanam dan kapan atau animo apa penanaman dilakukan.
Cara bertanam kentang untuk bibit tidak berbeda dengan cara bertanam kentang pada umumnya kentang untuk konsumsi.
Bila penanaman sudah dilakukan, lantas diketahui ada tanda-tanda serangan penyakit, segera flora ini dibuang. Bila yang diserang flora yang sudah berumbi, sanggup dicoba dengan melaksanakan pemangkasan batang tanaman. Ini maksudnya, supaya flora menumbuhkan tunas baru.
Biasanya, tunas gres masih dalam keadaan sehat dan untuk menghindari penyakit, tunas tersebut segera semprot dengan pestisida.
Ketika flora berumur 60-70 hari (tergantung dari genjah tidaknya varietas yang ditanam), flora mulai dipermatikan. Caranya dengan memotong rumpun batang flora atau dengan menyemprotkan herbisida, menyerupai Gramoson. Maksud pematian tersebut supaya flora tidak diserang penyakit dan mencegah menjamurnya penyakit.
Setelah penatian, umbi-umbi dibiarkan bau tanah di dalam tanah. Penanaman umbi dilakukan sesudah umur panen. (Umur panen tergantung varietasnya). Dengan pemanenan umbi yang tua, kulit umbi menjadi berpengaruh tidak gampang lecet luka (mengelupas). Yang perlu diketahui pula, umbi yang dipanen dalam usia bau tanah sanggup memperpendek umur umbi saat disimpan di gudang (untuk penyimpanan lihat penggalan Panen dan Pascapanen). Jadi, umbi yang belum usang disimpan, sudah mulai bertunas. Ini berarti, umbi sanggup cepat ditanam lagi.
Ubi untuk bibit hanya sanggup diulang dua atau tiga kali pembibitan saja. Jadi, dari bibit pertama kali diperoleh atau anggap saja generasi pertama (F1), sesudah ditanam akan menghasilkan umbi calon bibit generasi kedua (F2). Dari umbi itu, bila ditanam lagi akan dihasilkan generasi ketiga (F3). Generasi ketiga ini sebaiknya tidak ditanam lagi alasannya yakni akan menurunkan produksi umbinya. Jadi, generasi ketiga ditanam hanya untuk keperluan konsumsi dan bukan bibit.
sumber : http://www.agrotani.com