Benih cabe bibit unggul bergotong-royong sanggup saja disemaikan dengan cara disebar. Namun, dengan pertimbangan ekonomis, cara sebar akan sangat merugikan alasannya yaitu mengingat harga benih cabe bibit unggul sangat mahal. Dengan sistem sebar, tidak semua bibit sanggup dipakai. Padahal satu benih bibit unggul harus sanggup menghasilkan satu bibit tanaman.
Kelebihan bibit cabe bibit unggul yaitu sebagai berikut :
- Pertumbuhannya sangat cepat dan berumur genjah (masa panen relatif pendek.
- Sangat responsif terhadap perlakuan pemupukan tinggi.
- Kualitas atau mutu buah lebih anggun dari pada cabe biasa dan bobotnya lebih berat.
- Dengan perlakuan yang sama, produksi per tumbuhan maupun per luas areal lebih besar dari pada cabe biasa.
Kekurangannya sebagai berikut :
- Peka terhadap serangan hama dan penyakit
- Biaya yang diharapkan untuk perawatan lebih besar alasannya yaitu membutuhkan perawatan yang intensif.
- Bibit dari tumbuhan sendiri atau F2, F3, dan seterusnya tidak sanggup ditanam kembali. Jika ditanam kembali, kualitas dan kuantitasnya menurun atau tidak sebagus induknya. Oleh alasannya yaitu itu, benih harus disemai terlebih dahulu.
Adapun cara penyemaiannya sebagai berikut :
1.Persiapan Benih
Benih cabe untuk keperluan penanaman di kebun sanggup diproduksi sendiri, atau kalau ingin mudah, benih sanggup juga dibeli di toko – toko pertanian. Biji atau benih cabe diambil dari buah tumbuhan induk. Tanaman induk harus berasal dari tumbuhan yang sehat dan buah yang baik. Tanaman cabe yang dijadikan induk pun perlu dipilih yang berjenis murni. Jenis murni artinya tumbuhan yang tidak terbaur dengan tumbuhan yang sama atau dari jenis lain. Misalnya ; cabe merah jangan dibiarkan dengan cabe keriting. Selain harus berasal dari tumbuhan induk pilihan, buah cabe yang akan diambil bijinya harus berbentuk sempurna, tidak cacat, bebas hama penyakit, dan umurnya cukup tua. Buah yang memenuhi syarat di atas dipotong menjadi tiga belahan yang setiap bagiannya harus sama panjang. Biji untuk benih diambil dari potongan belahan tengah. Potongan belahan tengah ini umumnya mempunyai biji yang lebih padat, lebih banyak, lebih besar, dan kemungkinan sudah mengalami penyerbukan sempurna. Potongan uyang dipilih itu dibelah, kemudian bijinya dikeluarkan untuk dijemur hingga kering.
Selain cara di atas, ada cara lain untuk mendapat benih yang baik. Buah cabe yang terpilih sanggup eksklusif dikeringkan tanpa dipotong terlebih dahulu. Bila akan digunakan, buah cabe kering tersebut dipotong menjadi tiga belahan dan biji dari potongan belahan tengahnya saja yang diambil. Setelah biji cabe untuk benih diperoleh, tahapan berikutnya ialah melaksanakan seleksi biji untuk mendapat benih cabe yang baik. Seleksi ini bertujuan semoga diperoleh benih cabe dengan daya tumbuh yang baik. Penyeleksian dilakukan dengan cara biji calon benih dimasukkan ke dalam baskom atau kolam berisi air dan diaduk-aduk. Dengan cara ini akan tampak adanya biji yang mengambang dan yang tenggelam. Biji yang menggambang merupakan biji yang kurang baik untuk benih. Biji ini merupakan biji yang tidak berisi (kosong). Sebaliknya, biji yang karam merupakan biji yang berisi. Cara di atas merupakan cara untuk menentukan biji sebagai benih yang baik dari buah yang terpilih. Namun, bagaimana kalau benih itu diperoleh dari pembelian yang sudah jadi. Cara menentukan benih yang demikian pun sama dengan menentukan benih dari biji yang diperoleh dari pengeringan sendiri. Selain persyaratan tersebut, biji calon benih pun harus mempunyai ciri fisik yang baik. Ciri fisik ini antara lain bentuk, ukuran, dan warna harus seragam, permukaan kulitnya bersih, tidak keriput, dan tidak cacat, serta kulitnya berwarna cerah.
2. Persiapan Media
Penyemaian Media semai yang digunakan untuk penanaman cabe merupakan adonan dari tanah, pupuk sangkar atau kompos, dan pupuk TSP (SP 36) ditambah dengan insektisida berbahan aktif karbofuran (missal : Furadan, Petrofur, Curaterr). Sebelum dicampurkan , tanah harus diayak dahulu . Hasil ayakan tanah inilah yang kemudian dicampurkan dengan pupuk sangkar atau kompos. Pengayakan ini bertujuan semoga butir – butir tanahnya seragam sehingga bibit nantinya gampang berkembang dan terbebas dari kotoran sisa perakaran dan kotoran lain .
Setiap tiga baskom adonan tanah dan pupuk sangkar ditambahkan 100 g insektisida karbofuran dan 100 g pupuk TSP atau SP 36 yang telah dilembutkan. Bila tidak ada TSP atau SP 36, pupuk tersebut sanggup diganti dengan NPK sebanyak 80 g per tiga adonan tersebut. Penambahan TSP (SP 36) untuk merangsang pertumbuhan akar bibit, sedangkan penambahan karbofuran untuk mengendalikan serangan hama (terutama serangga dan nematode) yang terbawa di dalam tanah. Semua materi yang telah disiapkan untuk media semai diaduk rata kemudian dimasukkan kedalam koker (bumbungan daun pisang) yang telah disiapkan. Pengisian media semai sebaiknya tidak terlalu penuh (cukup 90 % penuh) sambil ditekan – tekan. Untuk penataan koker, cara konvensional yang biasa digunakan yaitu memakai wadah ceper, ibarat kotak kayu, baki, atau tray setinggi 8 – 10 cm yang telah diberi beberapa lubang di belahan dasarnya untuk keperluan drainase. Kemudian tatanan koker diletakkan pada daerah yang terlindung, sanggup pada bangunan persemaian setengah bulat yang ditutup plastik bening atau pada ruang persemaian (rumah bayang)
3. Perlakuan Benih
Sebelum benih ditanam ke dalam koker, maka benih perlu diberi perlakuan terlebih dahulu semoga gampang berkecambah dan bebas bibit penyakit berupa cendawan maupun bakteri. Perlakuan benih sanggup dilakukan secara berair maupun kering.
a. Perlakuan basah
Benih yang akan disemai direndam dalam air yang telah diberi fungisida Previcur N 1,5 ml/l dan bakterisida Agrimycin/Agrept 1,2 g/l selama 4 – 6 jam kemudian benih di peram. Benih dibungkus dengan handuk berair atau kertas Koran yang dilipat dan dibasahi kemudian diperam di dalam bekas kaleng biskuit yang di dalamnya diberi penerangan lampu 15 W.
Handuk atau kertas Koran harus selalu dijaga kelembabannya dengan cara disiram air secukupnya apabila terasa mulai kering. Setelah 3 atau 4 hari benih telah berkecambah 0,5 – 1,0 mm dan siap disemaikan.
Cara lain sebelum disemai, benih yang terpilih direndam dahulu kedalam larutan fungisida hingga 12 jam dan dikeringanginkan hingga airnya kering. Setelah itu, benih ditebarkan ke daerah persemaian. Selain cara tersebut, ada lagi cara lain, yaitu benih direndam selama 10 menit dalam larutan hipoklorit 10 % yang kemudian direndam ke dalam air hangat (50°C) selama semalam
b. Perlakuan kering
Perendaman benih dan pemeraman biasanya mempersulit penanaman benih ke koker alasannya yaitu kulit benih menjadi lengket dan sulit dipisahkan satu sama lain. Oleh alasannya yaitu itu, petani sering kali tidak melaksanakan perendaman benih, tetapi melaksanakan perlakuan benih secara kering. Benih yang masih dalam kantung kemasan dibuka dengan cara menggunting salah satu ujungnya. Kedalam kantong dimasukkan satu sendok teh fungisida Derasol 60 WP dan satu sendok teh bakterisida Agrimycin/Agrept. Bungkus kemasan dilipat kemudian dikocok – kocok hingga seluruh benih terselimuti fungisida dan bakterisida tadi. Setelah itu benih siap di tanam di dalam koker.
4. Persiapan bumbungan (Koker)
Koker yang digunakan pada penyemaian benih cabe sebaiknya dilakukan dengan memakai daun pisang yang digulung dengan memakai paralon atau bambu sebagai alat bantu dengan ukuran koker tinggi ± 7 cm dan diameter ± 3 cm. Koker disusun di atas nampan persemaian yang telah di lubangi sebagai daerah membuang kelebihan air
Sebelumnya bumbung diisi dengan media adonan tanah halus, pupuk sangkar matang halus, ditambah pupuk NPK yang dihaluskan serta Furadan. Bahan media semai tersebut dicampur merata, kemudian dimasukkan ke dalam bumbungan hingga penuh. Benih cabe keriting yang telah direndam, disemaikan satu per satu sedalam 1,0 – 1,5 cm, kemudian ditutup dengan tanah tipis. Berikutnya semua bumbung yang telah diisi benih cabe keriting disimpan di bedengan secara teratur dan segera ditutup dengan karung goni berair selama + 3 hari semoga cepat berkecambah. Setelah itu segera lindungi dengan sungkup dari bilah bambu beratapkan plastik bening (transparan), pemeliharaan persemaian yaitu penyiraman 1-2 kali/hari atau tergantung cuaca, dan penyemprotan pupuk daun pada takaran rendah 0,5 gr/liter air, ketika tumbuhan muda berumur 10 – 15 hari, serta penyemprotan pestisida pada konsentrasi setengah dari yang dianjurkan untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit.
5. Penyemaian Benih
Penyemaian benih dilakukan dengan baik semoga dihasilkan bibit yang berkualitas. Untuk persemaian di koker daun pisang, benih ditanam sedalam 0,5 cm. Setelah benih dimasukan kedalam koker, di atas benih tersebut ditaburkan pupuk sangkar atau kompos setipis mungkin. Benih yang sudah disebarkan atau ditanam harus dilindungi dari terpaan sinar matahari ataupun air hujan. Untuk itu, persemaian dalam koker (bumbungan daun pisang) harus diletakan di ruang persemaian atau sanggup juga diteras rumah. Untuk memperlihatkan kelembapan dalam perkecambahan benih, permukaan persemaian ditutup dengan kain yang dijaga kebasahannya setiap hari. Wadah semai sanggup ditutup plastik semoga kelembaban media stabil. Namun plastik harus rutin dibuka setiap hari pada ketika media akan disiram. Kain atau kerudung plastik dibuka sesudah benih tumbuh menjadi kecambah pada hari ke -3 atau ke-4. Meskipun telah menjadi kecambah, media semai harus tetap dijaga kelembapannya. Oleh alasannya yaitu itu, penyiraman harus dilakukan setiap hari. Selain penyiraman, acara penyiangan tumbuhan di persemaian juga harus dilakukan minimal satu kali.
6. Penaungan
Sebaiknya pembibitan diberi pelindung atau naungan yang terbuat dari kayu dan atap daun lalang atau materi lain. Pembuatan naungan ini sebaiknya dibentuk sebelum benih disemai supaya benih tidak terganggu ketika pembuatan naungan. Tempat persemaian diberi naungan (atap) dengan arah timur – barat. Untuk menghindari teriknya sinar matahari dan derasnya terpaan air hujan.
Monday, December 17, 2018