Sebenarnya risiko kegagalan menanam cabe di animo hujan, tinggi. Hujan yang terus menerus akan meningkatkan kelembapan di sekitar areal penanaman. Hal ini akan mengundang ‘kedatangan’ cendawan atau kuman yang berbahaya bagi tanaman. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu diperhatikan beberapa “kiat khusus”.
Lokasi dan Varietas
Kiat pertama ialah mempersiapkan media semai. Ini penting lantaran animo hujan sangat sulit mendapat tanah yang kering. Demikian pula turus dan gelagar penopang tumbuhan harus tersedia sebelum penanaman dimulai.
Selain itu jumlah tenaga kerja yang diharapkan lebih banyak daripada biasa. Misalnya, pemasangan mulsa hitam perak harus tamat sebelum sore hari, lantaran kemungkinan besar hujan akan turun. Pekerjaan ini jangan hingga ditunda, lantaran bibit harus secepatnya dipindahkan.
Jangan menunggu hingga umur bibit semakin bertambah, sehingga terlambat pindah tanam. Umur bibit siap pindah akan menentukan produksi buah. Untuk cabe merah hibrida, bibit harus dipindahkan 17-21 hari setelah tanam di dataran rendah dan 23-28 hari setelah tanam di dataran tinggi.
Persediaan pestisida, terutama fungisida dan perekat harus lebih banyak daripada animo kemarau. Hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan serangan jamur dan kuman tanggapan kelembapan tinggi di sekitar tanaman.
Pemilihan lokasi penanaman akan menentukan keberhasilan pertumbuhan selanjutnya. Lokasi bekas penanaman padi, kacang-kacangan, jagung, kubis sanggup jadi alternative. Yang penting jangan menentukan bekas tumbuhan family Solanaccae menyerupai tomat, kentang dan terung.
Selain syarat di atas, tanah tersebut harus kaya materi organic, pH 5,5-6,5, gembur dan sedikit mengandung tanah liat, sehingga drainase akan berjalan baik. Bila tidak, tanah akan sulit membuang air. Akibatnya perakaran tumbuhan akan tergenang dan menjadi busuk.
Pemilihan varietas juga langkah awal yang penting untuk menunjang keberhasilan budidaya cabe merah di animo hujan. Pilihlah varietas yang tahan penyakit. Pada cabe bibit unggul misalnya varietas hot beauty dan hero. Varietas tersebut populer memiliki toleransi tinggi yang disebabkan oleh virus.
Pembibitan
Saat pembibitan, sebaiknya jumlah benih yang akan disemai lebih banyak 1-2 pak daripada biasanya. Kelebihan benih disemai selang satu ahad setelah penyemaian selesai. Tujuannya sebagai cadangan penyulaman.
Benih yang disemai ditanam di polybag ukuran 5 cm x 7 cm, berisi media pupuk kandang, pasir dan pestisida. Polybag-polybag tersebut diletakkan di rak-rak pesemaian setinggi 1,2 m. jarak antar tanah dengan rak potongan bawah 40 cm. maksudnya semoga benih cabe tidak terkena percikan hujan.
Penyakit yang biasa menyerang bibit yaitu rebah batang atau dumping off tanggapan serangan cendawan Pythium aphanidermatum. Untuk mengatasinya, semprotkan fungisida berbahan aktif promakarb hidroklorida dengan konsentrasi 0,5-1,0 ml/l dikala daun sejati bibit telah muncul (12-14 hari setelah tanam). Menjelang pindah tanam, bibit disortir. Hanya bibit sehat dan seragam yang layak untuk ditanam.
Populasi Tanaman
Bibit selanjutnya ditanam di bedengan. Ukuran bedengan diadaptasi dengan kondisi dikala animo hujan. Lebar bedengan 100-110 cm, lebar parit 60-70 cm, panjang bedengan kurang dari 12 m. hal ini mempermudah pemeliharaan tumbuhan dan pembuangan air yang berlebihan. Tinggi bedengan minimal 50 cm, semoga akar tidak tergenang dikala hujan. Juga supaya air hujan terbuang tuntas.
Bedengan perlu ditutup mulsa hitam plastik hitam perak. Tujuannya untuk mengurangi penguapan air dalam tanah dan menghindari percikan air hujan yang sanggup menjadikan datangnya cendawan. Pemasangan mulsa sebaiknya dilakukan setelah hujan, untuk memudahkan penancapan bambu pada pinggiran mulsa.
Pemasangan mulsa harus tamat dikala itu juga, jangan tertunda.
Jumlah bedengan tergantung luas lahan. Yang pasti, populasi tumbuhan tidak lebih dari 17.000 tumbuhan per hektar. Populasi yang terlalu padat akan merangsang datangnya hama dan penyakit. Jarak tanam yang dipakai 60 cm x 65 cm dengan system tumbuhan zig-zag atau 65 cm x 70 cm dengan system tanam berhadap-hadapan antar baris tanaman.
Apabila lahan berbentuk terasering, penanaman sebaiknya dimulai dari hamparan paling bawah. Tujuannya bila tumbuhan yang berumur renta terjangkit penyakit, ia tidak akan menulari tumbuhan yang lebih muda lewat pengairan.
Selanjutnya, untuk mencegah robohnya tumbuhan tanggapan hujan dan tiupan angin, dipasang ajir rangkap dua. Ajir dihubungkan dengan palang bambu yang tipis. Dapat pula tali yang kuat.
Selain itu, seminggu setelah tanam, tunas-tunas yang tumbuh harus dirempel atau dipangkas hingga terbentuk cabang. Bila tidak dipangkas, daun-daun di potongan bawah akan sangat rimbun, sehingga akan ‘mengundang’ cendawan.
Pemupukan
Untuk meningkatkan ketahanan tumbuhan terhadap serangan hama dan penyakit dipakai pupuk sangkar matang 0,75-1,0 kg pertanaman dan 80-100 gr adonan pupuk kimia, dengan perbandingan ZA : Urea : TSP : KCl sebesar 2 : 1 : 1,5 : 1,5.
Pemupukan susulan dilakukan dikala tumbuhan berumur 12-14 hari setelah tanam, dengan pupuk daun N menyerupai Kemira Green atau Complesal Special Tonic. Pemberian ini cukup sekali saja, sedangkan pupuk daun unsur P dan K tinggi diberikan sekali pada umur 40 hari setelah tanam, menyerupai Kemira Red atau Complesal Super Tonic.
Disamping pupuk N, pupuk mikro juga diberikan lewat daun. Tujuannya untuk mencegah kerontokan buah dan meningkatkan ketahanan tanaman. Jenis pupuk mikro ini yaitu multimicro yang diberikan dua kali, yaitu dikala umur 25 dan 53 hari setelah tanam.
Pemupukan nitrogen (ZA dan urea) yang terlalu tinggi atau terlalu sering, menjadikan tumbuhan terlalu subur sehingga banyak terbentuk daun. Pembentukan buah berkurang, batang menjadi sukulen. Hal ini menciptakan tumbuhan peka terhadap penyakit dan praktis patah bila tertimpa curah hujan.
Hama dan Penyakit
Perawatan penting lain ialah memantau serangan hama dan penyakit. Di animo hujan, serangan penyakit jauh lebih berbahaya daripada serangan hama. Biasanya serangan muncul dikala tumbuhan mulai berbuah (pada 40 hari setelah tanam).
Penyakit yang biasa menyerang terutama layu Fusarium (Fusarium oxysporum), dan layu kuman (Psedomonas solanaceae). Untuk mengatasinya, tumbuhan yang terjangkit dicabut dan tumbuhan disekitarnya disiram larutan formalin atau KMnO4 dengan konsentrasi 0,2 persen.
Hama yang biasa menyerang yaitu lalat buah (Dacus dorsalis). Pengendalian hama ini sanggup dilakukan dengan menyemprotkan insektisida berbahan aktif deltamerin 0,2-0,4 ml/l, triazofoz 1-2 ml/l. sanggup pula dipakai perangkap dengan sex pheromone yang terbuat dari materi aktif metil eugenol.
Pada dikala tumbuhan berbuah lebat, antraknosa atau “patek” (Colletotrichum capsici) sering menyerang tumbuhan cabe ini. Untuk mengatasinya, gunakan fungisida berbahan aktif karbendazim 1-2 gr/l secara bergantian dengan fungisida kontak lainnya.
Selain antraknosa, penyakit bercak kuman (Xanthomonas campestris) juga mengganas di animo hujan. Cirinya, pada daun terdapat bercak-bercak kebasahan menyerupai ada bekas minyak. Daun-daun yang terjangkit secepat mungkin dipetik untuk menghindari penyebaran penyakit ini. Selain itu sanggup dapat pula dipakai fungisida berbahan aktif tembaga oksiklorida dengan konsentrasi 2-3 gr/l.
Tindakan pencegahan yang sanggup dilakukan ialah membersihkan gulma-gulma di sekitar parit antar bedengan, untukmengurangi kelembapan tumbuhan serta menghindari gulma sebagai inang hama dan penyakit. Daun-daun yang terjangkit dipetik dan dimusnahkan, semoga tidak menyebar ke tumbuhan sehat. Tanaman yang terjangkit penyakit harus segera dicabut dan dibakar. Daerah sekitar tumbuhan terjangkit diisolasi dengan perlakuan khusus sesuai macam serangan penyakit.
(int/berbagai sumber)