DUA hari lalu, saya
blogwalking ke sejumlah blog. Eh, liat ada yang lagi ikutan lomba penulisan di
BLOGDETIK. Tapi begitu liat tanggal
deadline jadi nggak kebayang gimana cara nulisnya. Hihihi...
Tapi nggak apa-apa lah. Walaupun
deadline mepet nggak ada salahnya ikut berpartisipasi memeriahkan lomba
PLN. Apalagi, temanya seru banget soal memberi masukan buat
PLN. Soalnya, yang namanya PLN selalu jadi idola dan jadi materi pembicaraan, khususnya kawasan yang sering mati lampu.
Beruntung di kota saya tinggal di Batam jarang banget mati lampu. Kalau pun mati biasanya lantaran terkait
force majeur alias keadaan memaksa. Misalnya akhir pasokan gas yang terhambat atau lantaran perawatan mesin sehingga kemampuan melayani kebutuhan listrik jadi berkurang.
Beda banget dengan kondisi beberapa tempat lain di Indonesia. PLN kerap menjadi
hot topic status akhir sering
byar pet. Nggak jauh-jauh dari Batam, wilayah yang sering mati lampu yaitu Tanjungpinang. Meski berstatus ibukota provinsi serta berada dalam satu provinsi yakni di Provinsi Kepulauan Riau, tapi kondisi listrik di kota Gurindam ini beda jauh.
Makanya nggak heran kalau hampir tiap hari, ada saja status yang muncul berisi omelan bahkan cacian akhir seringnya mati lampu. Ya, sesungguhnya sih manusiawi sekali kalau temen yang tinggal di sana ngomel. Soalnya, pemadaman lampu sudah pasti menyebalkan apalagi kalau malam hari. Panas, banyak nyamuk hingga anak ngamuk lantaran kepanasan. Hihihi...
Bagi saya pribadi sih, mending kita membayar lebih, tapi listrik selalu tersedia ketika dibutuhkan daripada membayar murah tapi sering
byar pet. Tidak cuma mengganggu, kondisi itu juga berpotensi merusak peralatan elektronik di rumah. Bagi saya lho...
Keberuntungan yang saya rasakan sebagai warga Batam yang jarang mati lampu tersebut bukan tanpa lantaran mengingat PLN Batam yaitu perusahaan swasta anak perusahaan PT PLN (Persero) yang menyediakan listrik bagi kepentingan umum khusus Pulau Batam.
Makara jangan heran kalau di kota ini jarang
byar pet. Tapi, jangan tanya soal tarifnya. Hehehe...tarif listrik di Batam terang jauh lebih mahal dibandingkan tarif PLN lain di seluruh Indonesia yang menggunakan tarif standar tarif standar yang ditetapkan Perusahaan Listrik Negara (PLN).
|
Suasana gedung PLN Batam di Batam Centre |
Mengingat penting dan vitalnya ketersediaan listrik bagi kelangsungan hidup masyarakat dan investasi, berdasarkan saya, PLN harus lebih banyak melaksanakan swastanisasi PLN serta merangkul pihak swasta untuk bekerjasama.
Agar, semakin banyak wilayah yang mempunyai layanan listrik yang baik. Terutama untuk kota- kota besar. Sehingga, PLN bisa lebih konsentrasi melayani listrik di wilayah pelosok yang hingga sekarang masih menjadi PR besar bagi PLN.
Apalagi, berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), di Jawa saja hingga Juni 2014, daftar tunggu untuk mendapat layanan listrik mencapai 300 MW.
Selain itu, 19,5 persen penduduk Indonesia juga belum menikmati layanan listrik. Jika tidak dibantu swasta, pemerintah tentu akan kesulitan memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia.
Belum lagi, PLN juga harus memikirkan pemutakhiran teknologi wilayah yang sudah tidak bisa lagi mengimbangi kebutuhan listrik dari penduduk yang terus berkembang. Jika ditangani sendiri, tentu akan menyulitkan PLN.
Dalam siaran pers yang dimuat di situs resmi
PLN tanggal 1 Oktober, PLN mengakui adanya tantangan yang dihadapi PLN pada masa yang akan datang. Yakni, menemukan cara untuk mempercepat penambahan rasio elektrifikasi Indonesia dengan tantangan tiap tahun terdapat minimal 3 juta pelanggan gres yang harus disambung.
Pada tahun 2013, konsumsi listrik telah mencapai 876 kWh per kapita dan akan terus meningkat hingga 1.300 kWh per kapita pada tahun 2020 sehingga dibutuhkan kesiapan penyediaan infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan konsumsi listrik sebesar 7% - 8% dan permintaan tenaga listrik sekitar 9% per tahun atau setara dengan penambahan daya listrik sekitar 5.000 MW. Hingga Desember 2013, rasio elektrifikasi Indonesia mencapai 81% dan mengalamai peningkatan 13% dalam tiga tahun terakhir.
Pembangunan infrastruktur tentu harus sejajar dengan pembangunan produksi dalam negeri, sehingga industri dalam negeri perlu terus didorong. Dengan belanja modal sebesar Rp 50 triliun per tahun, PLN akan selalu menjaga prinsip "Bersih, Profesional, Beretika" dalam melaksanakan kolaborasi dengan banyak sekali pihak.
Dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan, semua stakeholder diajak untuk mendukung upaya PLN biar semua masyarakat sanggup menikmati listrik yang pada kesudahannya sanggup meningkatkan kemajuan perekonomian Indonesia.
Hal itu jugalah yang mendorong PLN untuk menggiatkan upaya merangkul banyak pihak swasta untuk bahu-membahu mengatasi persoalan kelistrikan di Indonesia. Sebut saja, kesepakatan PLN dengan dua pengembang listrik swasta untuk memperkuat pasokan listrik di daerah-daerah, Rabu (15/10), kemarin.
Sebagaimana dikutip dari www.pln.co.id , Direksi PLN dan Direksi dua pengembang listrik swasta menandatangani kesepakatan di Kantor PLN Pusat. Dalam kesepakatan tersebut, PLN menggandeng PLTA Batang Toru untuk mengatasi beban puncak di Sumatera Utara dan PLTU Kalsel 2 X 100 MW.
Nah, biar lebih jelas, bisa kita simak apa saja kesepakatan tersebut:
*PLTA Batang Toru
Kesepakatan pengembangan dan pembangunan PLTA Batang Toru ini telah ditandatangani dalam bentuk Head of Agreement (HoA) antara Direktur PLN Murtaqi Syamsuddin, Direktur PLN Bagiyo Riawan dan Direktur Utama Dharma Hydro Nusantara, Anton Sugiono.PLN menggandeng pihak swasta untuk membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Batang Toru dengan daya sekitar 500 Mega Watt (MW) dan akan difungsikan sebagai pemikul beban puncak listrik (peaker) di Sumatera Utara.
Pengembangan PLTA Batang Toru dimaksudkan untuk penyediaan tenaga listrik di sistem Sumatera Utara sebagaimana dimanatkan dalam RUPTL PLN 2013-2022, PLN memerlukan penambahan kapasitas pembangkit untuk sanggup memenuhi kebutuhan tenaga listrik dan pemikul beban puncak di sistem Sumatera Bagian Utara. Proyek ini merupakan proyek yang tidak mensyaratkan adanya jaminan dari Pemerintah melalui Surat Jaminan Kelayakan Usaha / SJKU (Business Viability Guarantee Letter / BVGL). Pendanaan proyek, selain dari ekuitas dari Konsorsium juga akan didukung oleh forum perbankan Goldman Sachs (Asia) L.L.C. untuk komitmen dalam hal pendanaan Proyek.
*PLTU Kalsel 2 X 100 MW
PT PLN (Persero) menandatangani Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik atau Power Purchase Agreement (PPA) dengan PT Tanjung Power Indonesia (TPI), sebuah perusahaan patungan milik PT Adaro Power dan Korean East West Power (EWP), yang akan membangun Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) Kalimantan Selatan (Kalsel) berkapasitas 2 x 100 MW di Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan. Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama PLN, Nur Pamudji dengan Direktur Utama PT TPI, Kee Cheng Chye di PLN Kantor Pusat, Jakarta (15/10).
Pengadaan proyek ini dilakukan melalui proses pelelangan umum dengan bagan BOOT (Build, Own, Operate & Transfer), di mana pembangkit ini nantinya akan menjadi milik PLN sehabis habis masa kontrak 25 tahun. Proyek ini termasuk dalam Proyek Fast Track Program tahap 2 (FTP-2) yang mendapat penjaminan Pemerintah dalam bentuk Surat Jaminan Kelayakan Usaha (SJKU). Financing Date dijadwalkan akan tercapai dalam tempo 12 (dua belas) bulan sehabis penandatanganan PPA.
PLTU Kalsel ini nantinya akan mensuplai energi listrik ke sistem kelistrikan Kalselteng sebesar 1.800 GWh per tahun melalui Gardu Induk (GI) Tanjung 150 kilovolt (kV), dan dijadwalkan akan mulai beroperasi komersial (COD = Commercial Operation Date) 33 (tiga puluh tiga) bulan sehabis Financing Date. Untuk proyek ini, TPI akan memasang mesin/peralatan utama buatan Korea dan diperkirakan proyek ini akan menelan total biaya investasi sekitar 400 juta USD.
Perjanjian jual beli listrik ini merupakan upaya PLN untuk terus meningkatkan suplai energi listrik ke sistem kelistrikan Kalimantan Selatan dan Tengah (Kalselteng) sekaligus meningkatkan rasio bauran energi melalui pembangunan pembangkit gres non BBM. Sistem kelistrikan Kalselteng meliputi wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Kalimantan Tengah. Saat ini beban puncak sistem Kalselteng sebesar 382,82 Mega Watt (MW) dengan daya bisa sebesar 412,49 MW dan kapasitas pembangkit sebesar 527,11 MW.
Direktur Utama PLN, Nur Pamudji menyampaikan dengan ditandatanganinya PPA antara PLN dengan TPI, maka proses pembangunan PLTU Kalsel sanggup segera dilakukan. "Kalselteng banyak membutuhkan pasokan listrik. Saya bahagia sekali lantaran proyek ini akan menambah kapasitas listrik di Kalimantan Selatan dan Tengah, yang nantinya akan terinterkoneksi dengan Kalimantan Timur", ujar Nur Pamudji.
Sebelumnya, PLN juga telah menyiapkan sembilan PLTU untuk memaksimalkan layanan listrik di daerah. PLTU tersebut akan diresmikan Menko Perekonomian, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Chairul Tanjung.
Pembangunan PLTU tersebut bertujuan untuk menekan tingginya biaya produksi dengan Bahan Bakar Minyak (BBM). Penggunaan watu bara berkalori rendah sebagai materi bakar utama bertujuan untuk menggantikan BBM dan menciptakan biaya produksi lebih murah. Untuk keterangan lebih lengkap bisa dicek
DI SINI Semangat PLN untuk memaksimalkan layanan bagi masyarakat tentu saja harus diapresiasi. Namun, sebagai masyarakat awam, kami tentu berharap pelayanan tersebut akan menjadi aktivitas berkelanjutan dan juga menyentuh semua lapisan masyarakat dan juga menjangkau seluruh pelosok daerah.
Sebab, di wilayah Kepulauan Riau masih cukup banyak yang belum bisa mencicipi layanan listrik yang maksimal. Bukan saja, masyarakat di pelosok pulau, tapi juga masyarakat yang berada di ibukota Kabupaten ataupun ibukota kecamatan. Karena, tak sedikit warga pulau yang harus rela merogok kocek membeli genset dan hanya bisa mencicipi aliran listrik di malam hari saja. Sementara yang sudah mencicipi listrik, masih harus terus mengeluh akhir pemadaman listrik yang seolah tiada akhir. Semoga!
Giatkan Budaya Hemat Listrik BELUM puas memberikan masukan, wangsit saya yang lain yaitu PLN harus lebih maksimal dalam melaksanakan edukasi hemat listrik. Sebab, sebanyak apapun sumber listrik yang dimiliki, kalau rujukan penggunaannya boros, pasti akan memunculkan persoalan baru.
Selama ini, PLN memang sudah melaksanakan edukasi yang cukup gencar. Namun, kiprah tersebut terang masih jauh dari kata usai dan masih cukup berat. Kenapa berat? Karena ini terkait dengan way of life alias cara hidup seseorang. Dan 'seseorang' yang kita bicarakan di sini cakupannya sangat luas yakni seluruh pelanggan PLN yang berada di seantero nusantara. Sebagaimana kita tahu, ketika ini tak sedikit masyarakat yang masih hambar untuk membiasakan diri biar lebih bijak dalam menggunakan energi listrik. Banyak yang berpikir asal kita bayar kan nggak persoalan kita menggunakan sebanyak-banyaknya.
Padahal, semakin banyak masyarakat menggunakan listrik, semakin banyak juga subsidi yang harus digelontorkan. Selain itu, masyarakat juga wajib tau bahwa dengan berhemat listrik, kita bisa ikut menyelamatkan bumi dari pemanasan global. Mengingat listrik di Indonesia sebagian besar masih menggunakan materi bakar fosil yang terbatas dan harus disisakan untuk generasi mendatang. Selain itu, penggunaan materi bakar fosil hiperbola juga bisa menimbulkan pemanasan global.
Sebagai blogger, saya tentu mengapresiasi upaya sosialisasi yang dilakukan PLN lewat iklan di televisi, media massa, sosialisasi ke sekolah, menerbitkan buku edukasi bagi siswa Taman Kanak-kanak hingga SMA, maupun membuatkan brosur berupa permintaan hemat listrik.
Buktinya, saya masih ingat, iklan permintaan hemat listrik dengan mematikan lampu yang tak digunakan terutama ketika waktu dimana terjadi beban puncak yakni jam 18.00 hingga 22.00 yang diiklankan oleh artis Lidya Kandau dan Jamal Mirdad. Menarik sih, cuma hasilnya berdasarkan saya masih belum bisa maksimal alias belum banyak yang menyambut permintaan tersebut.
Pemerintah melalui Kementrian ESDM juga pernah meluncurkan Buku Hemat Energi (dan Air) untuk Siswa tingkat SD dan Sekolah Menengah Pertama bulan Maret 2013, lalu. Peluncuran Buku Hemat Energi (dan Air) ini merupakan salah satu bentuk upaya konkrit untuk mengajak banyak sekali lapisan masyarakat mensukseskan gerakan nasional Penghematan Energi (dan Air) yang secara resmi dicanangkan oleh Pemerintah melalui Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 2011 ihwal Penghematan Energi dan Air.
|
Menteri ESDM, Jero Wacik memperlihatkan buku hemat energi. Foto dokumentasi Diklat Kementrian ESDM |
Edukasi ihwal hemat energi (dan air) semenjak dini merupakan informasi yang sangat strategis, untuk itu Kementerian ESDM menentukan kelompok anak usia tingkat SD dan Sekolah Menengah Pertama sebagai salah satu sasaran edukasi untuk menanamkan pemahaman dan kesadaran semenjak dini ihwal pentingnya melaksanakan penghematan energi (dan Air) untuk kepentingan masa depan bangsa.
Peluncuran tersebut merupakan langkah awal proses edukasi semenjak dini ihwal hemat energi (dan air) untuk generasi penerus bangsa yang nantinya dibutuhkan sanggup diteruskan oleh para pemangku kepentingan, khususnya para pelaku perjuangan di sektor ESDM, dengan menyelenggarakan kegiatan homogen melalui aktivitas corporate social responsibility/CSR yang dilaksanakan di Kota-kota lainnya sehingga gerakan nasional hemat energi (dan air) sanggup dipercepat perwujudannya secara merata di seluruh wilayah Indonesia.
Dalam tahun yang sama, Kementerian ESDM akan menyempurnakan materi edukasi yang sudah ada sehingga akan meliputi kelompok usia yang lebih luas lagi dan meningkatkan terusan masyarakat untuk mendapat materi dimaksud dalam bentuk digital.
Hmm...kira-kira, apakah edukasi tersebut sudah cukup? Tentu saja belum. PLN tak boleh bosan mengajak masyarakat untuk berhemat listrik. Terutama di kalangan anak-anak. Kenapa anak-anak? Itu karena, merekalah generasi penerus yang nantinya akan menggunakan energi listrik. Jika semenjak kecil mereka mencar ilmu cara bijak menggunakan listrik, kebiasaan itu akan terbawa hingga sampaumur dan dari mereka kelaklah generasi penerus akan mencar ilmu cara menggunakan listrik dengan bijak. Memang hasilnya tidak bisa instant lantaran butuh kontinuitas dan kesabaran. Namun, kalau berhasil semua akan dipetik di masa mendatang.
Kalau harus jujur, di rumah saya, memang belum begitu berhasil membiasakan belum dewasa untuk hemat energi, hehehe.... Hal itulah yang menciptakan saya pribadi mengakui beratnya menanamkan pentingnya berhemat listrik. Namun, secara perlahan, saya membiasakan mereka untuk melaksanakan hal-hal kecil yang mudah-mudahan bisa terbawa hingga besar.
Misalnya saja, mematikan lampu yang tak digunakan ibarat kamar mandi, mematikan TV waktu tak ditonton, mematikan kipas, dan sebagainya. Cara yang paling sempurna memberikan pengertian sama mereka yaitu ketika mati lampu di malam hari. Inilah ketika sempurna mengajarkan arti penting listrik kepada mereka. Gelap, panas, dan tak bisa melaksanakan apapun ketika mati lampu yaitu pelajaran paling berharga dan gampang diingat. Mereka akan menyadari bahwa mereka tak bisa menggunakan listrik secara sembarangan.
Hasilnya, si bungsu yang berusia tiga tahun bergegas mematikan TV ketika tidak ada yang nonton. "Mama, TV udah adek matiin," katanya. Waktu ditanya alasannya, " Biar nggak mati lampu. Nanti kalau TV nggak ditonton, gasnya habis terus lampunya mati," Pintaaar....hehehehe...
Lain lagi dengan cara adik sahabat saya dalam lebih ekstrim. Hihihi... Dalam rumahnya ada hukum bayar denda bagi yang lupa mematikan lampu yang nggak dipakai. Misalnya, lampu di kamar mandi nggak dimatiin harus bayar Rp 2.000. Kejem yak?? Hihihi...tapi demi kebaikan, hal itu bisa juga diterapkan. Akhirnya, belum dewasa bisa menjadi satpam antara satu dengan lainnya.
Memasang pesan di setiap pintu bertuliskan matikan lampu juga layak dipertimbangkan. Hehehe...Kalau cara yang satu ini sering saya liat di beberapa rumah saudara dan teman. Kalau setiap hari saling mengingatkan baik lewat verbal maupun tulisan, mudah-mudahan akan selalu ingat untuk berhemat listrik. Betul to?
Sayangnya, belum semua orang melaksanakan cara-cara tersebut untuk menimbulkan hemat energi sebagai way of life. Alasannya, ya males ribet atau kurang peduli. Dan kebanyakan hal tersebut yaitu kalangan dewasa, ibarat para orangtua. Padahal, di dalam keluarga, orangtua yaitu panutan bagi anak-anaknya.
Lha ini beliau yang menjadi kiprah PLN. Hehehehe....mengajak para orangtua untuk memahami arti penting berhemat listrik. Karena kebanyakan kurang paham kenapa harus berhemat energi dan mungkin juga ada yang masih resah mulai dari mana biar bisa berhemat energi.
PLN bisa menciptakan program-program sosialisasi yang menciptakan orangtua mempunyai kebiasaan baru. Seseorang, beliau akan berperan sebagai orangtua di rumahnya. Namun, di luar beliau bisa saja berperan sebagai karyawan, sebagai atasan, sebagai pemilik usaha, dan sebagainya. Artinya, PLN mempunyai banyak celah dalam melaksanakan sosialisasi. Misalnya dengan mengajak pemilik perjuangan membiasakan hemat energi di lingkungannya. Juga seorang atasan mengajak bawahannya untuk berhemat energi di kantornya.
Ajakan
saving energy ini juga telah dipraktekkan oleh kantor suami saya. Hari Kamis (16/10), kemudian manager perusahaannya menggelar sosialisasi
saving energy di hadapan para karyawan yang terbiasa bekerja di lapangan. Setelah mengumpulkan materi terkait saving energy dari banyak sekali sumber di internet, suami saya ikut memaparkan arti penting hemat energi di hadapan para cleaning service serta security.
Nah, kalau boleh saya usul, PLN bisa menyiapkan materi yang pastinya PLN lebih memahami bagaimana cara mengajak pelanggan hemat energi berdasarkan keilmuannya. Materi ini bisa dibagikan pada perusahaan-perusahaan atau pemilik usaha, sehingga ketika presentasi di hadapan karyawan hasilnya lebih mantap. (Maksudnya, biar nggak capek ngumpulin materi presentasi di internet, hehehehe....)
|
Sahuddin, Manager PT Graha Sarana Duta Batam sedang memaparkan arti penting saving energi di lingkungan kerja ketika sosialisasi saving energy di Telkom Sekupang, Kamis (16/10) |
|
Foto-foto: dokumentasi PT GSD Batam |
Jika semua perusahaan bisa menciptakan aktivitas permintaan sekaligus menerapkan hukum ketat berupa reward dan punishment terkait penghematan energi ini, pasti akan banyak penghematan yang bisa dilakukan.
Sebab, harus diakui, hingga kini, pemborosan listrik justru banyak terjadi di lingkungan perkantoran. Karena merasa tidak perlu membayar tagihan listrik, sehingga bisa seenaknya menggunakan listrik tanpa berpikir untuk berhemat. Misalnya, enggan mematikan komputer meski tak dipakai, membiarkan TV menyala meski nggak ditonton, menyalakan AC walau udara tak terlalu panas, dan sebagainya.
|
Televisi yang dibiarkan menyala tanpa dilihat bisa jadi pemborosan energi. FOTO: Koleksi pribadi |
Nah, kalau di kantor terbiasa peduli arti penting berhemat listrik, mereka pasti akan membawanya pulang ke rumah biar bisa diterapkan di rumahnya dan menularkan ilmunya pada istri atau suaminya serta belum dewasa atau bahkan pada saudara-saudaranya.
Selanjutnya....Untuk meringankan beban para orangtua membiasakan anak hemat energi, PLN bisa menciptakan program-program khusus bagi anak-anak. Misalnya aja dengan menyisipkan edukasi pentingnya hemat energi lewat aktivitas anak-anak, ibarat aktivitas Laptop si Unyil, Bolang, dan sebagainya. Atau kalau perlu PLN menciptakan film kartun khusus yang sarat edukasi terkait energi. Membuat aplikasi di ponsel atau komputer ibarat games-games yang sarat dengan fatwa saving energi juga bisa jadi pertimbangan.
Soalnya, berdasarkan pengalaman pribadi, belum dewasa saya lebih suka menonton kartun dibandingkan membaca. Hihihi....ketauan deh! Contohnya saja, dari kartun ibarat Upin Ipin, mereka mencar ilmu banyak ihwal kebiasaan hidup yang baik, bagaimana cara menggosok gigi yang benar, pentingnya membaca buku dan banyak kebiasaan lainnya. Hal inilah yang bisa jadi celah PLN untuk mempertimbangkan menyajikan edukasi saving energy dengan cara yang lebih menarik.
Lewat blog ini juga saya ingin memberikan jempol alias like untuk kebijakan PLN yang meluncurkan aktivitas listrik pintar. Soalnya, dengan listrik pandai alias listrik pra bayar ini pelanggan bisa mengatur pembayaran listrik sesuai kebutuhan. Jika dirasa terlalu boros bisa mengurangi pemakaian biar pulsa listrik lebih awet.
Kalau di dunia komunikasi ada telepon pra bayar dan pacsa bayar, dalam dunia kelistrikan pun sekarang ada beli pulsa. Hmm...kreatif. Nggak mau kalah dengan pulsa handphone, PLN juga menyediakan nilai pulsa listrik yang bervariasi mulai Rp 20 ribu hingga jutaan. Ini tentunya akan memudahkan pelanggan untuk mengisi pulsa sesuai kondisi keuangan. Menariknya, pulsa ini gampang didapatkan di loket, warung, hingga ATM. Sama mudahnya untuk mengisi pulsa handphone. Keren...keren...keren...
Tak hanya gampang diisi, listrik pra bayar ini pastilah nggak bakal kena denda akhir keterlambatan bayar dan juga tak akan terkena pengaruh salah catat petugas meteran. Soalnya, kalau nggak mau isi pulsa, ya siap-siap aja gelap-gelapan.
Tapi sayangnyaaaa.... hingga sekarang PLN masih belum maksimal mengupayakan biar masyarakat beralih dari langganan pasca bayar ke langganan pra bayar. Meskipun PLN membebaskan biaya penggantian langganan dari pasca bayar ke pra bayar namun masih banyak pelanggan yang enggan beralih ke listrik pintar.
Selain alasan takut ribet, tak sedikit yang mengaku tarif listrik pra bayar lebih mahal dibanding pasca bayar, ada biaya pemanis dan sebagainya. Sehingga, pada kesudahannya pelanggan usang menentukan untuk mempertahankan listrik pasca bayar yang notabene lebih susah dikendalikan pemakaiannya.
Saya yaitu salah satu pelanggan yang masih belum berniat untuk beralih ke listrik pra bayar. Waktu saya memperlihatkan pada suami saya, alasan utamanya tentu saja ribet. Harus repot isi pulsa dan sebagainya. Jadilah kami masih menggunakan listrik pasca bayar. Khusus yang satu ini, mungkin PLN juga bisa menjiplak operator selular yakni membebaskan pelanggan menentukan sesuai kebutuhan mereka apakah mau pra bayar atau pasca bayar.
Nah, saya rasa goresan pena saya terlalu panjang dan mudah-mudahan nggak bikin bingung. Semoga apa yang saya tulis ini bisa bermanfaat bagi PLN dan kalau idenya kurang bermutu tolong dimaafkan. Hehehe.... Mudah-mudahan, PLN semakin bersih, profesional, dan tentu saja semakin menerangi nusantara. Aamiin...
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog: