|
Gambar: http://gambardanfoto.com |
MEMBERIKAN yang terbaik untuk pendidikan anak niscaya jadi impian setiap orangtua. Sebab, pendidikan terbaik dibutuhkan bisa membantu anak tumbuh lebih cerdas dan pastinya bisa bersaing dengan sumber daya insan (SDM) dari aneka macam belahan dunia.
Namun terkadang, banyak orangtua yang terjebak opini bahwa yang terbaik hanya bisa didapatkan dengan harga mahal. Begitu juga untuk mendapatkan jalan masuk layanan pendidikan. Sehingga tak mengherankan kalau belakangan ini, biaya pendidikan kian meroket akhir ketatnya persaingan dan impian memperlihatkan acara pendidikan 'paling bagus'.
Termasuk pendidikan anak usia dini (PAUD) yang notabene masih bersifat non formal. Tentunya dengan iming-iming sistem pendidikan bertaraf internasional dan aneka macam akomodasi pelengkap yang 'wah'.
Yang terjadi akhirnya, PAUD non formal justru jadi ajang laga gengsi bagi para pemilik uang. Sebaliknya, bagi yang tidak punya uang cukup, kebanyakan menentukan tidak menyekolahkan anaknya sebab menganggap PAUD belum terlalu penting dan gres akan menyekolahkan anaknya begitu usia sekolah dasar.
"Jangan pernah meremehkan pentingnya PAUD bagi belum dewasa kita. Sebab, pada lima tahun pertama kehidupan anak yang selanjutnya disebut masa golden ages, otak anak berkembang begitu pesat dan butuh stimulasi secara maksimal,"ungkap Evy Rakryani, Psikolog Anak Kota Batam.
Proses stimulasi itu sendiri bisa dilakukan baik melalui PAUD non formal layaknya playgroup, taman penitipan anak, taman bermain, taman balita, klub bermain dan sebagainya maupun PAUD informal. Yakni pendidikan bagi anak usia dini yang dilakukan oleh keluarga. Baik orangtua, keluarga dekat, ataupun juga sahabat bermain.
Artinya, bagi yang mempunyai dana terbatas, bisa menerapkan PAUD informal sebagai alternatif pilihan. Yakni lewat PAUD informal melalui stimulasi yang diberikan orangtua.
Kemampuan orangtua memahami huruf anak, bisa menjadi modal utama orangtua dalam proses stimulasi. Bahkan, bukan mustahil akan jauh lebih baik dibandingkan stimulasi yang diterima melalui PAUD non formal.
Pesatnya perkembangan teknologi informasi belakangan ini, akan membantu orangtua dalam mengakses aneka bahan stimulasi yang dibutuhkan. Sebut saja, kemudahan berburu informasi melalui internet, video compact disc (VCD) edukatif, aneka mainan edukatif dan banyak lagi. Kemudahan-kemudahan itu pastinya akan menciptakan kiprah orangtua makin ringan.
"Proses stimulasi pun tidak harus dilakukan dengan duduk membisu layaknya orang sedang belajar. Sebab, di manapun orangtua dan anak berada, mereka bisa saling berkomunikasi yang diisi dengan aneka stimulasi,"jelas Evy.
Sebut saja ketika ibu sedang memasak, anak diminta menghitung jumlah sayuran yang ada atau bertanya warna baju yang sedang disetrika ibu, dan sebagainya. Meski demikian, sebaiknya orangtua tetap menyiapkan quality time khusus untuk menstimulasi anak. Misalnya setengah jam per hari. (*)
Pelajaran Akhak Harus Dimulai dari Rumah SOSIALISASI yang kerap dijadikan alasan orangtua ketika memasukkan anak ke dalam PAUD non formal bersama-sama juga bisa disiasati melalui PAUD informal. Sebab, lingkungan keluarga yang diramaikan oleh adik, kakak, atau anggota keluarga lainnya menyerupai kakek dan nenek juga bisa menjadi media berguru bagi anak perihal bagaimana cara bersosialisasi dengan baik.
"Lingkungan keluarga bisa dijadikan media orangtua untuk menanamkan budbahasa yang baik pada anak. Bagaimana cara bersikap santun pada orangtua, pada orang sebaya atau bahkan pada anak yang lebih muda menyerupai adik. Anak juga bisa diajari cara meminta tolong yang benar dan sebagainya,"jelas dr Fisher Iwan SpRM, dokter seorang hebat rehabilitasi medik RS Awal Bros Batam.
Dalam lingkungan keluarga tersebut anak juga bisa bagaimana caranya berbagi, menghormati tamu yang berkunjung ke rumah, bagaimana cara menyapa orang remaja yang ditemui di jalan, serta pelajaran sopan santun dan budbahasa mulia lain.
"Keluarga ialah sentra pelajaran yang paling utama untuk membekali anak dengan budbahasa serta budaya sopan santun yang baik,"ungkap Evy Rakryani, Psikolog Anak kota Batam.
Selain pelajaran perihal adab, lingkungan keluarga juga bisa menjadi media berguru efektif cara hidup higienis dan sehat. Membiasakan anak membuang sampah di tempatnya, mencuci tangan sebelum makan dan sesudah beraktivitas, menggosok gigi sesudah sarapan serta sebelum tidur bisa menjadi potongan pelajaran bagi anak.
Jika pemahaman tersebut ditanamkan secara terus menerus tersebut, usang kelamaan akan membentuk mindset anak bagaimana mereka harus hidup secara higienis dan rapi.
"Yang paling penting, orangtua bersama anggota keluarga saling bekerja sama untuk ikut menerapkan hal aktual yang ingin ditanamkan pada anak. Karena bagaimanapun juga pola yang baik ialah cara berguru paling efektif bagi anak,"ungkap Evy.
Jika selama ini, kewajiban mendidik anak serta mengatakan stimulasi pada buah hati kebanyakan masih dibebankan pada ibu, sudah saatnya para ayah ikut terlibat di dalamnya. Apalagi, berdasarkan penelitian, anak yang bersahabat dengan ayah, mempunyai kecenderungan mempunyai otak yang lebih cerdas. (*)
Belajar bisa Dimana Saja dan Kapan Saja ANEKA acara menyenangkan yang diterapkan PAUD nonformal dalam mendidik 'murid' ialah satu poin yang bisa dipetik para orangtua untuk ikut menerapkan hal serupa ketika ingin mendidik anak melalui PAUD informal yakni berbasis keluarga.
Sebab, intinya mendidik anak pra sekolah memang tak bisa dilakukan dengan cara duduk membisu layaknya anak usia sekolah. Bahkan, sebisa mungkin belum dewasa usia pra sekolah menghabiskan waktunya dengan acara bermain yang menyenangkan.
"Orangtua harus terus mengatakan stimulasi pada anak sebagai upaya merangsang kecerdasan otak. Namun penting diingat, proses stimulasi itu harus dilakukan melalui acara bermain dan tanpa paksaan. Sebab, paksaan hanya akan menyisakan stress berat dan keengganan anak untuk belajar. Sebaliknya, acara menyenangkan akan menciptakan anak bahagia mendapatkan stimulasi apapun,"ungkap dr Fisher Iwan SpRM.
Usai dukungan stimulasi pun, orangtua hendaknya tidak menguji anak dan berharap terlalu banyak apalagi hingga menetapkan target. Sebab, hal terpenting dalam pembelajaran ialah proses yang dijalani bukan hasil yang dicapai.
Selanjutnya, keterbatasan waktu yang kerap dijadikan kambing hitam kurangnya perhatian orangtua pada kebutuhan stimulasi anak juga bukan alasan bijak. Itu karena, proses berguru bersama-sama bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja.
Bahkan, ketika anak sedang mandi pun, orangtua bisa melaksanakan stimulasi pada anak. Sebut saja, dengan menanyakan warna kolam mandi, bentuknya, jumlahnya, dan sebagainya. Hal-hal sepele yang kerap terabaikan itu bersama-sama sudah menjadi potongan dari PAUD.
Selain itu, minimnya waktu bersama anak sebab harus bekerja, bisa disiasati dengan menyiapkan media pembelajaran audio visual layaknya VCD edukatif. Dibandingkan menonton tayangan televisi yang tidak jelas, tayangan VCD edukatif pastinya akan jauh lebih bermanfaat.
"Keterbatasan waktu orangtua kadang juga memunculkan perilaku serba instant. Hanya gara-gara tak mau repot dan lama, orangtua menentukan memakaikan sepatu anaknya, membukakan kotak kue, dan aneka macam hal yang bersama-sama bisa menjadi media pembelajaran anak dalam memecahkan problem atau problem solving,"jelas Evy Rakryani.
Akhirnya, anak menjadi tukang perintah dan maunya serba cepat dan instant. Saat mereka punya kemauan tidak sedikit yang rela berguling-guling sebelum keinginannya dipenuhi. Hal-hal kecil menyerupai inilah yang harus mulai diajarkan pada anak semenjak dini dari lingkungan keluarga. (*)
Bekali Diri dengan Banyak Wawasan MENGINGAT pentingnya kiprah orangtua dalam proses stimulasi kecerdasan otak anak, kesiapan orangtua tentunya harus menjadi perhatian tersendiri. Karenanya pembekalan diri dengan aneka macam pengetahuan menjadi hal yang wajib.
Lantas, apa saja bersama-sama yang harus dilakukan orangtua dalam menyiapkan diri sebagai seorang pendidik yang berkualitas bagi belum dewasa mereka? Berikut beberapa tipsnya:
1.Buka wawasan lebih luas perihal aneka macam hal terkait pendidikan anak usia dini. Jangan bosan mengumpulkan informasi dari buku, internet. Informasi tersebut bisa meliputi aneka macam hal. Mulai kreatifitas anak, proses tumbuh kembang anak, metode stimulasi anak, dan sebagainya.
2. Perbanyak obrolan baik itu melalui sharing, mengikuti seminar, sharing dengan teman, tetangga atau orangtua yang mempunyai anak sebaya akan membantu orangtua mempelajari aneka macam cara pandang dari mengembangkan sudut pandang berbeda. Sharing tersebut sekaligus menjadi cara mengumpulkan informasi yang dibutuhkan.
3. Sediakan waktu yang cukup untuk membantu anak merangsang kemampuan otak anak mereka.Siapkan waktu setidaknya setengah jam per hari sebagai quality time dalam menstimulasi kemampuan otak. Selanjutnya, stimulasi bisa dilakukan di sela acara dan waktu luang yang dimiliki. Sebut saja di sela acara memasak, mencuci, menyetrika, berkebun, bermain, menjelang tidur, dan sebagainya.
4. Kerjasama dengan semua anggota keluarga bisa menjadi solusi jitu mengatasi keterbatasan waktu yang bisa dijadikan dikala menstimulasi otak anak. Saat ibu sedang sibuk, ayah bisa menggantikan kiprah sebagai sahabat main anak. Begitu pula sebaliknya. Pengasuh, tante, kakak, maupun anggota keluarga lain hendaknya juga turut terlibat dalam proses stimulasi semoga hasilnya lebih maksimal.
5. Sebagai pendukung proses stimulasi, sediakan banyak media sebagai sarana menstimulasi kinerja otak anak. Sebut saja aneka mainan edukatif, lingkungan yang aman dan sebagainya. Mainan tak harus dibeli dengan harga mahal. Sebab, potongan gambar dari majalah bekas atau kotak sepatu juga bisa disulap menjadi mainan yang mendidik. Semua tergantung kreatifitas orangtua kan? (*)