|
foto by internet |
SEBAGAI makhluk sosial, cita-cita bersosialisasi dan bergaul dengan orang lain perlu dilakukan guna menjalin keakraban dengan sesama. Dan tidak jarang proses sosialisasi tersebut memerlukan perekatan melalui keterlibatan seseorang dalam aneka macam aktivitas berbau sosial.
Misalnya saja berpartisipasi menyumbang sejumlah uang untuk membayar iuran RT, menyumbang pembangunan masjid, hingga harus memenuhi undangan tetangga yang sedang mempunyai hajatan. Baik pernikahan, menyambut kelahiran anak atau memenuhi undangan ulang tahun anak tetangga.
Meski sekilas terlihat sepele dan jumlah rupiah yang harus dikeluarkan tidak terlalu fantastis, tapi tanpa disadari akumulasi rupiah tersebut ternyata bisa menjadi angka yang tidak mengecewakan besar. Apalagi bila seseorang menerima banyak undangan karena banyaknya korelasi yang dimiliki.
Lantas, apakah besarnya akumulasi dana yang harus dikeluarkan sebagai "biaya sosial" ini harus diplotkan dalam satu pos anggaran khusus semoga tidak mengganggu anggaran lain?
"Bagi yang mempunyai dana lebih, penyediaan pos yang khusus dipakai untuk biaya sosial sah- sah saja dilakukan. Bahkan, penyediaan pos itu akan sangat memudahkan pengaturan keuangan keluarga," jelas Lusiana, Pengamat Keuangan Keluarga Kota Batam.
Hanya saja, terkadang ada rumah tangga yang mempunyai anggaran mepet dan sangat susah untuk diberikan pos baru. Jangankan untuk menciptakan alokasi khusus dana sosial, biaya untuk kebutuhan sehari-hari saja sudah sangat sulit mengaturnya.
Meski begitu, bukan berarti pemilik anggaran terbatas bisa mengabaikan pengeluaran dana ini. Sebab, bagaimanapun juga dana ini tetap diperlukan semoga kita tidak menjadi orang yang dikucilkan apalagi dianggap sebagai orang yang pelit.
"Alternatif yang bisa diambil untuk mensiasati keterbatasan anggaran ialah dengan memperketat pengeluaran rutin yang sifatnya fleksibel. Sehingga, dana yang tersisa bisa dialokasikan sebagai anggaran sosial," jelas Lusi.
Pengeluaran yang dimaksud ialah pengeluaran rutin yang jumlahnya tidak tetap. Misalnya biaya listrik, air, telepon, uang jajan anak, anggaran dapur, dan sebagainya. Walau anggaran ini merupakan anggaran rutin, tetapi jumlahnya masih bisa dikontrol dengan menekan pemakaian. Misalnya ekonomis memakai listrik, membawakan bekal anak semoga uang jajan bisa dikurangi dan sebagainya.
Dan sisa anggaran yang biasa dikeluarkan tersebut bisa dialihkan sebagai biaya sosial ibarat membeli kado dikala ada undangan, menghadiri reuni dengan teman, dan sebagainya. (*)
Hindari Gengsi yang Menjebol Kantong GENGSI merupakan satu hal yang bisa menciptakan anggaran rumah tangga yang telah disusun menjadi berantakan. Sebab, bermula dari gengsi seseorang sanggup mengeluarkan banyak uang meskipun sebelumnya tidak dianggarkan. Dan kondisi ini bisa juga terjadi pada anggaran sosial.
Misalnya, seseorang merasa akan aib kalau harus menyumbang sedikit alasannya ialah takut dibilang "orang susah" di lingkungannya. Rasa aib tersebut alhasil menciptakan orang bersangkutan rela merogok kocek terlalu dalam dan merelakan anggaran lain hanya alasannya ialah ingin dibilang kaya atau dermawan.
"Untuk urusan gengsi hal itu mutlak kembali pada diri masing-masing orang. Hanya saja, bila memang jumlah yang akan dikeluarkan bisa berdampak pada terganggunya anggaran keluarga, sebaiknya kita membuang jauh-jauh rasa gengsi tersebut. Kalau kemampuan kita hanya pada jumlah x rupiah jangan pernah mengeluarkan lebih dari itu. Apalagi hingga mengganggu anggaran lain," jelas Lusiana.
Sebelum mengeluarkan dana yang sifatnya tidak tetap apalagi tidak masuk dalam anggaran keluarga, ada baiknya mempertimbangkan jumlah yang akan dikeluarkan tersebut. Apakah nantinya akan mengganggu keuangan keluarga atau tidak.
"Penting untuk mempertimbangkan apakah jumlah yang akan dikeluarkan tersebut bisa menggugat kondisi keuangan kita atau tidak. Bila memang menggugat kondisi keuangan, sebaiknya dikurangi dan diadaptasi dengan kemampuan kita. Tak perlu memikirkan gengsi kalau memang jumlahnya tidak terjangkau," terangnya.
Hal lain yang harus diperhatikan dalam pengaturan keuangan ialah penyediaan pos khusus emergency. Sebab, keberadaan pos ini bisa membantu kita dikala membutuhkan dana secara mendadak. Termasuk ketika ada undangan yang harus dihadiri secara mendadak.
Selain itu, terjadinya tragedi alam ibarat kerabat atau orangtua sakit di luar kota sehingga kita harus pergi ke kota tersebut. Kondisi ini akan sangat terbantu dengan keberadaan anggaran emergency. (*)
Perkirakan Jumlahnya Setiap Bulan MESKIPUN jumlah yang harus dikeluarkan sebagai dana sosial selalu saja tidak tetap setiap bulannya, tetapi sebetulnya anggaran ini masih bisa dikendalikan atau bahkan diantisipasi sebelumnya. Yang paling penting, kita mempunyai cara yang pas untuk mengendalikan pengeluaran ini.
Nah, untuk membantu Anda mengendalikan biaya sosial, di bawah ini ada sejumlah tips dari Safir Senduk, pakar perencana keuangan, yang dikutip dari situs perencana keuangan.
1. Perkirakan jumlah kebutuhan biaya sosial
Meski ada beberapa kebutuhan biaya sosial yang sifatnya tak terduga, tetapi sebetulnya ada beberapa jenis biaya yang bisa diperkirakan sebelumnya. Misalnya iuran RT/RW atau arisan ibu- ibu. Karena sifatnya rutin, jumlahnya sudah bisa dihitung sebelumnya.
Begitu juga dengan asumsi jumlah undangan yang bakal diterima setiap bulannya. Perkiraan tersebut akan membantu Anda menyusun besaran dana yang diperlukan untuk masing-masing amplop. Sementara untuk pengeluaran lain yang tidak terduga, bisa disusun dengan asumsi yang mendekati angka yang harus dikeluarkan tiap bulannya.
2. Susun daftar prioritas
Setelah total asumsi dana yang diperlukan sudah di tangan, langkah selanjutnya ialah menetapkan prioritas. Apa saja biaya yang menjadi prioritas penting dan mana yang bisa ditaruh di urutan paling bawah.
Penetapan prioritas ini bisa dilakukan dengan mempertimbangkan hukuman sosial yang bakal diterima kalau anggaran itu tidak dipenuhi. Selanjutnya, tempatkan komponen biaya yang benar-benar tak terduga dalam urutan terakhir di daftar prioritas Anda. Cara ini akan memudahkan Anda dalam menyusun prioritas biaya sosial.
3. Sesuaikan daftar prioritas dengan anggaran
Setelah daftar prioritas tersusun, sesuaikan dengan anggaran tersedia. Caranya, sisihkan sejumlah uang untuk kebutuhan biaya sosial Anda. Kemudian, poskan uang tersebut sesuai urutan prioritas. Jika dana tersedia tidak cukup tentu saja akan ada komponen-komponen biaya sosial yang harus direlakan untuk dicoret dari daftar.
4. Jangan ragu untuk menyampaikan 'Tidak'
Bila Anda telah menyesuaikan daftar prioritas biaya sosial dengan anggaran, maka yang harus Anda lakukan kini ialah mematuhi daftar tersebut. Artinya, sebisa mungkin biaya sosial yang Anda keluarkan setiap bulan jangan hingga menyimpang dari anggaran yang sudah Anda susun sendiri.
Seringkali, sehabis anggaran disusun rapi, selalu ada saja 'godaan' yang muncul, yang pada dasarnya 'memaksa' kita untuk keluar uang lagi demi biaya sosial yang malah di luar anggaran. Tipsnya adalah, kalau memang kebutuhan di luar anggaran tersebut dirasa sangat mendesak dan 'wajib' dipenuhi, Anda sebaiknya tetap mengeluarkan dana untuk keperluan itu.
Konsekuensinya, akan ada pos lain dari anggaran yang harus dipangkas untuk menggantikannya. Tapi, kalau kebutuhan di luar anggaran itu dirasa tidak mendesak, Anda harus bisa menyampaikan 'TIDAK' kepada pihak yang meminta Anda menyumbang, misalnya. Ada banyak seni untuk menolak seruan tersebut supaya pihak yang meminta tidak tersinggung atau marah. Ya, pinter-pinternya Anda-lah. (*)