MELIHAT anak tumbuh dengan multi bakat sudah niscaya menjadi keinginan setiap orangtua. Selain membanggakan, anak juga akan lebih gampang bersaing karena mempunyai banyak kelebihan yang sanggup diandalkan. Tetapi, munculnya bakat dalam diri seseorang ternyata harus digali serta dikembangkan semenjak dini.
"Untuk bisa melihat bakat yang dimiliki anak, orangtua harus rajin menawarkan rangsangan serta membuat aneka macam peluang. Dengan begitu, anak bisa bereaksi dan bisa diketahui jadinya secara bersama-sama," ungkap Rostina Tonggo Morito, Psikolog Batam.
Rangsangan dan peluang yang dimaksud yakni dengan memberi kesempatan anak untuk melaksanakan segala sesuatu yang sifatnya positif. Misalnya mengajak anak menyanyi, melukis, menari, main musik, atau kegiatan positif lainnya.
Bila anak memang mempunyai bakat dan kemampuan pada kegiatan tertentu, anak akan melakukannya dengan bahagia hati. Tak hanya itu, anak juga akan melaksanakan kreatifitas atas kegiatan bersangkutan.
Misalnya melukis. Jika pakemnya melukis pemandangan yakni menggambar dua gunung, matahari, sungai dan sawah, bagi anak berbakat ia akan melaksanakan kreatifitas dengan membuat gambar pemandangan yang berbeda.
"Jika anak mulai berkreasi, orangtua harus memantau apakah anak hanya sekadar bereksplorasi yakni mencoba hal gres atau memang tertarik dengan bidang tersebut. Sebab, jikalau memang tertarik, anak akan melaksanakan acara melukis secara rutin. Jika sudah begitu, fasilitasi anak dengan alat-alat melukis dan ciptakan tantangan dengan mengikuti kompetisi lomba melukis," kata Rostina.
Perlunya pemantauan bakat anak karena pada usia tertentu yakni usia dua tahun anak akan cenderung bereksplorasi dengan semua jenis kegiatan. Hal inilah yang terkadang mengecoh orangtua dan menganggap anak berbakat pada satu bidang tertentu. Padahal, anak gotong royong masih tahap coba-coba.
"Diperlukan kepekaan dari orangtua ketika ingin menggali bakat anak. Tak hanya itu, orangtua juga harus membekali diri dengan ilmu pengetahuan yang cukup. Dengan begitu diperlukan ke depannya tak akan ada perbedaan pendapat hanya alasannya kurangnya pengetahuan orangtua perihal bidang yang diminati anaknya," terang Rostina. (*)
Jangan Paksakan Kehendak pada Anak "ADEK harus les piano, les balet, berguru melukis, latihan vokal, berguru modelling... bla..bla... bla..." Terkadang perintah-perintah semacam ini diberikan orangtua pada anaknya. Jika dilihat sepintas keinginan orangtua cukup baik alasannya ingin buah hatinya mempunyai banyak bakat di aneka macam bidang. Hanya saja, jikalau kesempatan les dan privat tersebut bukan atas keinginan anak, bisa berdampak pada perkembangan psikis anak.
"Pemaksaan kehendak pada anak hanya akan menjadikan rasa frustasi. Baik pada anak maupun orangtua. Frustasi pada anak terjadi alasannya anak dipaksa melaksanakan sesuatu yang tak diinginkan. Sementara putus asa pada orangtua terjadi dikarenakan telah mengeluarkan banyak uang tanpa ada hasil," kata Rostina Tonggo Morito, Psikolog Batam.
Munculnya rasa putus asa pada anak akan berakibat pada mandegnya kegiatan yang dilakukan anak. Hal ini biasanya merupakan wujud pemberontakan anak pada keputusan orangtuanya. Sehingga, yang patut dipahami orangtua yakni setiap anak merupakan langsung yang berbeda dengan bakat yang berbeda pula. Sehingga, pemaksaan kehendak dengan cita-cita anak akan mempunyai kemampuan menyerupai anak lain bukan tindakan bijaksana.
"Tidak sedikit orangtua yang latah memasukkan anakknya pada sejumlah kursus bakat alasannya ingin anaknya mempunyai kemampuan yang sama dengan anak temannya atau relasinya. Padahal, setiap anak mempunyai bakat yang berbeda-beda," katanya.
Alasan lain kenapa orangtua membebani anaknya dengan aneka macam jenis kursus yakni alasannya kesibukan orangtua. Berhubung tak ada yang menjaga buah hatinya, terkadang orangtua memutuskan untuk memasukkan anak pada forum kursus atau belajar khusus aneka macam bidang.
"Langkah terbaik menjadikan anak kita anak yang berbakat dan membanggakan yakni membiarkan mereka menentukan sendiri bidang yang ingin digelutinya. Sebab, kiprah orangtua hanyalah membuka peluang dan menawarkan tantangan menyerupai mengikutkan anak pada perlombaan yang diperlukan bisa mengasah kemampuan mereka," terperinci Rostina.
Hal penting lain yang patut diperhatikan yakni kepekaan orangtua dalam mencari bakat anak. Jangan pernah mengalah untuk mencari tahu bakat dan minat anak. Jika sudah ketemu, kembangkan dan bantu anak untuk meraih obsesinya. Misalnya menjadi pelukis handal, balerina, pemain piano hebat, dan sebagainya. (*)