PENGEN ngirim cerpen ama artikel ke majalah tapi takut ditolak! Kira-kira dongeng yang bakal saya bikin sama enggak ya ama dongeng punya orang? Terus kira-kira ceritaku menarik gak ya? Uufh... gimana dong? Aduh binguung...
Mmm... kira-kira pernah enggak youngsters ngerasain ketakutan kayak gitu? Kalo iya, wah agaknya mental youngsters perlu digembleng lagi. Soalnya profesi apapun termasuk menulis tetap aja butuh perjalanan panjang, ketekunan dan keyakinan untuk bisa meraih sukses.
Liat aja Joane Kathleen Rowling alias JK Rowling sang penulis tokoh fenomenal Harry Potter. Kalau kini ini Jo, panggilan dekat JK Rowling, bisa kaya ngalahin Ratu Inggris sesudah nulis dongeng Harry Potter awalnya juga musti melewati jalan panjang loh.
Malahan waktu berusia belasan, Jo masih belum berani nunjukin hasil tulisannya pada oranglain meskipun karya yang dihasilkannya sudah banyak. Bayangin aja, penulis sehebat JK Rowling aja pernah ngerasa enggak pede ama tulisannya sendiri.
Bukan itu saja loh, Jo juga berkali-kali nerima penolakan dari perusahaan penerbitan yang nganggap goresan pena Jo perihal Harry Potter yaitu dongeng khayalan yang aneh. Tapi sebab enggak pantang mengalah balasannya Jo sukses dengan dongeng yang selalu diremehkan orang kan?
Nah, berguru dari keuletan dan kesuksesan JK Rowling, gimana kalo youngsters mulai ngasah kemampuan nulis dan bikin sebuah karya. Siapa tahu, nantinya kamu-kamu bakal sesukses dan setenar JK Rowling. Who knows?
Apalagi, dalam dunia tulis menulis bukan talenta yang diharapkan sebagai modal utama tapi lebih pada kemauan, ketekunan dan keuletan untuk mengasah kemampuan. Kalaupun ada faktor bakat, prosentasenya enggak lebih dari 1 persen. (*)
Ide Bisa Datang Darimana SajaIDE kadang jadi kambing hitam dan alasan kenapa orang enggan untuk mulai nulis sebuah karya. "Aduh... lagi enggak ada inspirasi nih.." ato "Wah, ideku udah keduluan ama orang, gimana ya?"
Please deh.... hari gini masih disibukkan ama yang namanya mencari ide. Ide itu ada di mana- mana bahkan ada di sekitar kita. Temen yang lagi ngelamun aja bisa jadi inspirasi yahud untuk dituangkan dalam sebuah dongeng yang menarik.
"Ide itu ibarat air susu ibu atau ASI. Semakin sering diperah, air susu yang keluar akan semakin banyak. Nah, kalau kau pengen punya banyak ide, segera bikin goresan pena yang isinya nggambarin ide-ide yang kau punya,"terang Mbak Nurul F Huda, penulis sekaligus Dosen Bahasa Indonesia Politeknik Batam.
Nah, semoga inspirasi enggak pribadi ilang sesudah melintas dalam benak, kamu-kamu kudu rajin catat inspirasi itu. Misalnya aja dicatat di buku harian atau dalam binder kamu. Curhat harianpun boleh ditulis loh. Mana tahu suatu dikala nanti bisa jadi inspirasi goresan pena yang cemerlang.
Trus kalo ternyata inspirasi kita ternyata sama ama punya orang gimana dong? Kalau sekadar punya inspirasi yang sama sesungguhnya sah-sah saja. Karena insiden yang menelurkan inspirasi itu kadang juga dialami orang. Hanya saja, kalo kamu-kamu terus terpaku ama rasa takut untuk memulai bikin tulisan, kapan dong bisa sukses jadi penulis?
"Sebisa mungkin hilangkan pikiran-pikiran negatif yang hanya akan menghipnotis harapan untuk nulis. Kalau memang ada inspirasi yang sama bisa saja kau modifikasi semoga enggak sama persis. Soalnya yang enggak boleh itu yaitu plagiat alias njiplak karya oranglain,"katanya.
Kalo kau terbiasa mencatat inspirasi dan menuangkan inspirasi itu dalam bentuk tulisan, inspirasi yang kau bilang sulit didapet itu akan tiba dengan sendirinya. Bahkan, dikala melihat insiden di jalan, baca koran, nonton sinetron, atau acara lain yang kadang tidak mungkin mendatangkan inspirasi pun bisa jadi sumber ide. Nggak sulit kan? (*)
Biasakan Bikin Kerangka CeritaSETELAH kamu-kamu nemuin inspirasi untuk jadi tema cerita, ada hal penting yang tak boleh diabaikan untuk dilakukan. Yakni bikin sebuah kerangka cerita. Soalnya, kalo bikin goresan pena enggak berbekal sebuah kerangka, apa yang pengen kau tuangin dalam bentuk dongeng hasilnya bisa jadi kurang maksimal.
Misalnya aja mentok atau habis kata-kata untuk ngelanjutin dongeng yang udah setengah jalan. Sayang banget kan? Apalagi, kalo sesungguhnya inspirasi yang mau kau tuangin itu baiklah banget. Hanya gara-gara malas bikin kerangka karangan jadi bubar deh apa yang pengen ditulis.
"Untuk menciptakan goresan pena apapun baik fiksi maupun non fiksi, penting untuk menciptakan kerangka yang berisi sedikit citra isi cerita. Berbekal kerangka dongeng dan data pendukung, pembuatan dongeng akan lebih praktis mengalir,"terang Mbak Nurul.
Dalam bahasa penulis, proses pembuatan kerangka itu biasa disebut sebagai proses penghamilan. Proses penghamilan itu juga mencakup pengumpulan data yang akan jadi isu pendukung waktu menciptakan sebuah cerita.
Misalnya aja setting yang mau diambil yaitu tempat Padang, Sumatera Barat, harus diketahui dulu apa saja isu perihal Padang yang bakal diharapkan sebagai pendukung untuk menciptakan sebuah cerita.
"Bagi penulis pemula kerangka bisa dituangkan dalam sebuah tulisan. Tapi jikalau nanti sudah terbiasa menulis, kerangka itu cukup disimpan dalam pikiran saja tanpa perlu ditulis,"katanya.
Setelah dongeng selesai ditulis secara keseluruhan, jangan lupa untuk mengedit kembali isi cerita. Bila masih ada kalimat atau kata yang belum pas atau kurang bisa diperbaiki. Proses editing tersebut bisa sekaligus dijadikan media untuk memperbarui kalimat yang dirasa masih kurang.
Melalui proses editing juga akan diketahui apakah dongeng yang dibentuk mempunyai kalimat yang runut dan praktis dipahami oranglain. Sehingga, jangan hingga isi dongeng membingungkan. Kalau kita yang bikin goresan pena aja resah gimana dengan oranglain yang baca? Nah loh... (*)
Tips Ngirim Tulisan ke MediaUntuk Tampilan Fisik1. Pastikan naskah terbungkus dalam sampul yang rapi. Bahkan jikalau memungkinkan gunakan amplop ukuran folio atau kuarto semoga goresan pena enggak lecek waktu sampe redaksi.
2. Jangan abaikan hukum penulisan standar. Misalnya aja margin tulisan, font, spasi dan hukum laennya.
3. Lengkapi dengan sinopsis cerita. Ini penting untuk memudahkan editor dalam proses seleksi tulisan. Berdasarkan sinopsis akan diketahui citra dongeng secara utuh tanpa perlu membaca keseluruhan.
4. Lampirkan biodata atau data diri penulis sekaligus pengalaman dan goresan pena yang pernah dimuat media. Keterangan itu akan jadi tumpuan dan pertimbangan atas tulisan.
Untuk Materi Tulisan1. Pastikan paragraf pertama atau lead serta judul menarik orang untuk membaca goresan pena kita.
2. Selain lead dan judul, isi dongeng sudah niscaya harus menarik dong.
3. Pastikan naskah yang akan dikirimkan emang sesuai ama segmentasi media massa yang dituju. Misalnya aja majalah bakir balig cukup akal yang ingin dituju, otomatis dongeng yang dibikin dongeng perihal bakir balig cukup akal donk...Kalo majalah enggak punya rubrik puisi ato opini, sebaiknya jangan maksain diri kirim naskah ke sana. Karna itu hanya akan jadi kerja sia-sia. (*)