MEMILIKI buah hati niscaya akan membawa kebahagiaan sendiri bagi setiap orangtua. Dan kebahagiaan itulah yang terkadang mendorong orangtua enggan berpisah lama-lama dengan anaknya.
Termasuk ketika harus tidur malam. Karenanya tak mengherankan, bila kebanyakan orangtua di Indonesia lebih menentukan mengajak anaknya untuk tidur bersama di kamar orangtua.
Hanya saja, seiring perkembangan waktu, anak akan tumbuh semakin besar dengan pemikiran yang berkembang pula. Dan di dikala yang sama, orangtua juga membutuhkan privasi untuk sanggup tetap menjaga kehangatan serta keharmonisan kehidupan suami istri.
Sehingga, keputusan yang paling bijak yaitu membiasakan anak tidur terpisah. Tapi, membiasakan anak untuk tidur sendiri bukan perkara mudah. Selain anak yang terkadang sulit berpisah dengan orangtuanya, orangtua juga tidak jarang merasa tidak tega membiarkan buah hatinya tidur sendiri.
Hanya saja, bila anak dibiarkan tidur bersama orangtua sampai usianya beranjak besar, bukan saja privasi orangtua yang akan terganggu tapi anak juga akan semakin sulit dipisahkan dari orangtua. Sehingga tak mengherankan bila kondisi ini menciptakan orangtua kerap mengalami kesulitan meninggalkan anak dalam jangka waktu lama.
"Memang tidak ada rumus yang menjelaskan kapan waktu yang sempurna untuk membiasakan anak tidur sendiri. Hanya saja, semakin cepat semakin baik. Sebab, semakin usang anak diajari tidur sendiri justru akan semakin sulit untuk mewujudkannya," terang Evy Rakryani, Psikolog Anak Batam.
Setelah anak berusia tiga bulan, bergotong-royong anak sudah sanggup dibiasakan untuk tidur terpisah dengan orangtuanya. Sebab, biasanya pada usia ini anak sudah mempunyai contoh tidur yang lebih teratur dibandingkan sebelumnya. Selain itu, pada tiga bulan pertama semenjak kelahirannya, anak masih membutuhkan waktu lebih banyak berdekatan secara fisik dengan orangtua khususnya di malam hari.
Jika orangtua masih belum tega memisahkan anak untuk tidur di kamar berbeda, anak sanggup dibiasakan tidur sendiri di dalam box bayi tetapi masih dalam satu kamar. Setelah usia anak lebih besar, anak gres dilatih untuk tidur di kamar yang berbeda.
"Di awal-awal pengenalan anak untuk tidur bersama, orangtua sanggup membiarkan pintu kamar sedikit terbuka. Sehingga, ketika anak menangis orangtua akan eksklusif mendengarnya. Atau bila memungkinkan anak sanggup ditempatkan di kamar yang bersebelahan dan diberikan pintu penghubung," ungkap Evy.(*)
Anak jadi Terbiasa Mandiri dan Disiplin MEMBIASAKAN anak untuk tidur sendiri ternyata tak hanya membantu orangtua menghadirkan privasi bagi mereka. Sebab, kebiasaan dan keteraturan yang diajarkan pada anak akan mendorong anak mempunyai sifat berdikari serta disiplin yang kuat.
"Bila anak terbiasa tidur sendiri, mereka akan menjadi lebih berdikari dibandingkan anak yang terbiasa tidur bersama orangtuanya. Sehingga, ketika orangtua harus pergi dalam jangka waktu usang atau harus menginap tidak perlu takut akan terasa berat meninggalkan anak-anaknya," ungkap Evy Rakryani.
Kedekatan fisik dengan tidur bersama antara anak dengan orangtua memang perlu. Hanya saja patut diwaspadai bahwa kebiasaan tidur bersama itu akan menciptakan anak tergantung pada orangtuanya. Sehingga, ketika orangtua tidak ada, anak tidak akan sanggup tidur. Dan kondisi ini akan memberatkan baik bagi anak ataupun bagi orangtua itu sendiri.
Lain halnya bila anak sudah terbiasa tidur sendiri, mereka akan lebih gampang melaksanakan segala sesuatu sendiri dan juga lebih gampang menyesuaikan dengan lingkungannya. Dan bila kemandirian itu diajarkan semenjak dini, anak akan lebih gampang menerimanya dibandingkan dikala anak sudah lebih besar.
Semakin besar anak, biasanya mereka sudah mempunyai persepsi wacana sesuatu hal. Misalnya dongeng yang serem-seram atau hal lain yang menakutkan dan menyulitkan anak untuk diajarkan tidur sendiri. Selain itu, semakin besar anak mereka akan semakin cendekia mencari alasan untuk tidak tidur sendiri.
Sementara, pelajaran kedisiplinan yang sanggup dipetik anak dari kebiasaan tidur sendiri yaitu dengan terbangunnya contoh tidur yang dilakukan. Dan tentu saja hal tersebut harus mendapat tunjangan dari orangtua.
"Anak biasanya akan menangkap contoh tidur dari kebiasaan yang dilakukan orangtua. Misalnya kapan ibu tiba untuk menyusui, membangunkan mereka, dan sebagainya. Karena anak belum tahu jam, mereka akan menandainya dari kebiasaan orangtua," kata Evy.
Agar anak tahu kapan mereka harus tidur, orangtua harus mengajarkan hal tersebut pada anak. Misalnya jikalau anak harus tidur jam sembilan malam, maka anak harus masuk ke kamar untuk segera tidur. Jika contoh itu dilakukan secara teratur, anak akan terbiasa dalam menjalani rutinitasnya.
"Walau anak masih belum mengantuk, sebisa mungkin kondisikan anak semoga mengerti bahwa sudah waktunya ia tidur. Misalnya dengan menepuk-nepuk anak semoga segera tidur, menciptakan suasana kamar nyaman untuk tidur menyerupai mengganti lampu dengan yang lebih redup, dan sebagainya," terangnya.
Jika anak terbiasa, maka anak akan memahami bahwa dikala masuk jam tidur, mereka harus masuk kamar dan segera tidur. (*)
Bisa Pengaruhi Psikologi Anak MEMBANGUN kebersamaan dengan mengajak anak tidur bersama dalam satu ruangan memang bukan sesuatu salah. Sebab, keputusan itu mutlak menjadi pilihan orangtua. Apalagi, bila kondisi rumah tidak memungkinkan. Misalnya akhir adanya keterbatasan ruang yang tidak memungkinkan bawah umur tidur sendiri.
Hanya saja, membiarkan anak berlama-lama tidur satu kamar bersama orangtua sanggup menunjukkan imbas yang kurang baik bagi anak. Bukan saja orangtua lebih sulit mengajarkan kemandirian atau kedisiplinan bagi anak, tetapi kebiasaan itu sanggup besar lengan berkuasa pada kondisi psikologi anak.
Efek psikologi itu muncul ketika orangtua harus menjalani kehidupan seksual melalui korelasi intim. Meskipun seorang anak sedang dalam kondisi tidur, tetapi suara-suara yang ditimbulkan dari acara tersebut sanggup terserap oleh anak.
"Anak biasanya lebih gampang menangkap sesuatu dikala tidur. Itu alasannya yaitu yang bekerja yaitu alam bawah sadar mereka. Dan bila anak harus mendengarkan suara-suara yang sebetulnya masih belum layak untuk didengarkan oleh mereka, dikhawatirkan akan berdampak kurang anggun bagi jiwanya," ungkap Evy Rakryani.
Sehingga, membiasakan anak untuk tidur sendiri sedini mungkin menjadi pilihan paling bijak semoga anak sanggup tumbuh dengan lebih baik. Kalaupun ruang tidak memungkinkan, anak sanggup diajarkan untuk membuatkan kamar dengan abang atau saudaranya.
"Yang paling penting sebelum mengajarkan anak tidur sendiri yaitu niat yang kuat dari orangtuanya terutama ibu. Sebab, terkadang orangtua merasa tidak tega membiarkan anaknya tidur sendiri. Padahal, kebiasaan ini nantinya akan menciptakan anak menjadi lebih baik, lebih berdikari dan disiplin," kata Evy. (*)
Wednesday, March 19, 2008