Di Indonesia burung Nightingale di kenal dengan nama “Sikatan Londo” yang merupakan salah satu burung migrasi yang sesungguhnya berasal dari wilayah utara dan barat Amerika. Migrasi besar-besaran yang terjadi di masa kemudian menciptakan perubahan peta persebaran burung cerewet tersebut sehingga Nightingale tak pernah lagi ditemukan di habitat aslinya dan justru berkembang biak dengan pesat di sejumlah negara Eropa dan Asia Barat Daya.
Pada trend cuek mereka biasanya bermigrasi ke Selatan terutama di Afrika Utara. Disebut
Nightingale karena burung ini selalu bernyanyi tanpa mengenal waktutermasuk pada malam hari. Sekitar 1 jam sebelum matahari terbit, Burung Nightingale membuka hari dengan bernyanyi untuk mempertahankan wilayah teritorialnya.
Burung Nightingale mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Selalu menyertakan siulannya baik dengan nada sedang maupun tinggi.
- Suaranya sangat tajam
- Lagu bervariasi dan merdu
- Ocehannya mempunyai beberapa variasi tembakan dengan speed tinggi dan rapat.
- Tubuh bab atas berwarna coklat kecuali ekornya yang agak kemerahan.
- Tubuh bab bawah berwarna putih sedang bulu dibagian dada berwarna sama ibarat badan bab atas.
Adapun perbedaan jantan dan betina meskipun sulit dibedakan lantaran warna bulu hampir mirip:
Jantan
- Panjang badan jantan cukup umur sekitar 15,5 cm – 16 cm
- Lebih aktif berkicau dengan lagu bervariasi dan bunyi yang lebih keras
Betina
- Panjang badan sedikit lebih kecil
- Jarang berkicau cenderung monoton dan volumenya tak sekeras burung jantan
- Tubuh bab atas coklat dan bab bawah cenderung berwarna putih.
Di alam liar pasangan
burung Nightingale menciptakan sarang di permukaan tanah atau di semak-semak. Perilaku ini sama ibarat sikap burung Branjangan. Oleh alasannya itu jikalau ditangkarkan di Indonesia, tehnik penangkarannya tidak jauh berbeda dengan burung Branjangan. Namun sayangnya hingga sejauh ini, belum ada teman kicaumania di Indonesia yang menangkarkan burung ini. Selain sulit mendapat burung ini juga sulit dikarenakan burung
Nightingale terbiasa hidup di Negara yang mempunyai 4 musim. Sebagai burung Linnet, kicauan merdu burung Nightingale menginspirasi para sastrawan Eropa, bahkan burung ini pernah diabadikan oleh HC Andersen dalam dongeng berjudul “The Nightingale” yang mengisahkan kegemaran kaisar Cina terhadap burung ini.