Tumbuhan langka ini dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Kepel Aple. Pada masyarakat beberapa tempat di Indonesia dikenal juga sebagai buah dan pohon kecindul, cindul, simpol, turalak dan Jawa Barat buah kepel ini dinamai burahol yang lalu dicomotmenjadi nama latin tumbuhan ini Stelechocorpus burahol. Orang Jawa menamainya kepel alasannya besarnya sekepal tangan orang dewasa.
Pohon kepel bisa tumbuh mencapai ketinggian hingga 20 meter. Dengan ketinggian ini pohon kepel amat layak dijadikan pohon peneduh.Selain bisa ditemui di keraton-keraton yang ada di Pulau Jawa, pohon kepel masih bisa ditemui di Taman Buah Mekarsari, TMII, Taman Sringanis Bogor, Taman Kyai Langgeng Magelang, Kebun Raya Bogor dan beberapa kebun tumbuhan langka.
|
|
Buahnya dengan 1-13 lembar daun buah bertipe menyerupai buah buni (berrylike ripe carpels), panjang tangkai buahnya mencapai 8 cm; daun buah yang matang hampir bulat bentuknya, berwarna kecoklat-coklatan, diameternya 5-6 cm, perikarpnya berwarna coklat, berisi sari buah, sanggup dimakan. Bijinya berbentuk menjorong, berjumlah 4-6 butir, panjangnya sekitar 3 cm, berat segar 62-105 g, serta bab yang sanggup dimakan sebanyak 49% dan bijinya 27% dari berat buah segar. Buahnya yang matang dimakan dalam keadaan segar. Disebutkan bahwa dagingnya yang berwarna jingga dan mengandung sari buah itu menunjukkan aroma menyerupai bunga mawar bercampur buah sawo pada ekskresi badan (seperti air seni, keringat, dan napas). Dalam pengobatan, daging buahnya berfungsi sebagai peluruh kencing, mencegah radang ginjal dan menjadikan kemandulan (sementara) pada wanita.
|
|
Kupas kulitnya dengan pisau. Mengupasnya harus agak dalam, alasannya kulitnya mengandung rasa pahit. Seperti inilah daging buahnya, juga bijinya. Didalam satu buah kepel terdapat kurang lebih 8 hingga 10biji. Sehingga dikatakan bab yang bisa dimakan hanyalah sekitar 40 %. Bagian yang bisa dimakan ialah daging buahnya yang berwarna kuning dan lapisan yang menyelimuti bijinya yang berwarna kuning transparan. Daging buah buah yang berwarna kuning berasa elok dengan ada adonan rasa pahit. Sedangkan lapisan di sekeliling bijinya, elok tanpa rasa pahit. Cara makannya menyerupai kita makan rambuatan. Namun saat makan bab ini harus hati-hati, alasannya sangat licin, bisa-bisa masuk ke dalam kerongkongan bisa bahaya. Dua bab itu memiliki aroma agak harum.
|
|
Pohonnya tegak, tidak merontokkan daun secara serentak, tingginya mencapai 25 m. Tajuknya teratur berbentuk kubah meruncing ke atas (seperti cemara) dengan percabangan mendatar atau agak mendatar. Diameter batang utamanya mencapai 40cm, berwarna coklat-kelabu renta hingga hitam, yang secara khas tertutup oleh banyak benjolan yang besar-besar. Daunnya berbentuk lonjong-jorong hingga bundar-telur/bentuk lanset, berukuran (12-27)cm × (5-9)cm, berwarna hijau gelap, tidak berbulu, merontal tipis; tangkai daunnya mencapai 1,5 cm panjangnya. Bunganya berkelamin tunggal, mula-mula berwarna hijau lalu bermetamorfosis keputih-putihan, muncul pada tonjolan-tonjolan di batang; bunga jantannya terletak di batang sebelah atas dan di cabang-cabang yang lebih tua, berkumpul sebanyak 8-16 kuntum, diameternya mencapai 1 cm; bunga betinanya hanya berada di pangkal batang, diameternya mencapai 3 cm.