FACEBOOK kini ini udah jadi penggalan kehidupan sehari-hari. Kalau buka handphone, laptop atau gadget lain yang terkoneksi ke internet tanpa memperbarui status FB rasanya ada yang kurang.
Makanya, nggak heran kalau Facebook menempati peringkat pertama situs paling banyak diakses di Indonesia. Mungkin juga ada pengaruhnya dengan kebiasaan orang Indonesia yang suka berbagi, bergosip atau sekadar ingin say hello aja.
Sayangnya, kadang orang menciptakan status FB suka kebablasan. Kadang, ada hal-hal privat yang semestinya nggak dibagi ke wall tapi dapat dibaca semua orang. Bukan itu aja, ungkapan emosional ibarat umpatan kasar, caci maki, sampai mengumbar kesedihan yang hiperbola juga kerap mengisi status FB.
Padahal, orang dapat menilai pribadi dan huruf orang lain dari status yang dibentuk di jejaring sosial. Tak percaya?
Menurut Evy Rakryani, Psikolog Batam Medical Centre kehadiran jejaring sosial ibarat Facebook dan Twitter memang jadi ajang sosialiasi yang mujarab. Sama ibarat teknologi lainnya kehadiran jejaring sosial juga menciptakan seseorang lebih bebas mengekpresikan diri. "Namun terkadang ungkapan status di jejaring sosial kebablasan dan mengundang kemarahan dari orang lain. Apabila emosi mereka pribadi mengungkapkan dengan kata-kata yang kasar. Akibatnya gambaran negatif yang muncul,"ujar Evy.
Memang nggak salah sih kalau sesekali kita ingin mengungkapkan perasaan kita. Namun tentunya harus lebih elegan jangan mengungkapkan dengan kata-kata kasar. Begitu juga apabila kita mengupdate status di jejaring sosial.
"Kalau kita terus menerus menulis kata-kata bernafsu atau kalimat negatif, orang pun bakal mikir kita sebagai orang yang kasar. Kita dapat saja kehilangan teman-teman gara-gara hal tersebut," ujar Evy.
Menulis status di jejaring sosial yang berisi kata-kata bernafsu akan menggambarkan imej kita sendiri. Dengan cara itu pula orang lain akan menilai diri kita. "Imej yang terbentuk akan negatif pula. Lebih baik mengungkapkan dengan gaya sindiran halus. Hal itu jauh lebih elegan,"ungkapnya.
Untuk meredam emosi yang labil ini diharapkan kesadaran diri dan adanya kesempatan. Sama ibarat adat dalam bersosialisasi, dalam mengungkap status kita di jejaring sosial juga perlu etika. Etika akan menciptakan kita tetap pada rambu-rambu sosial dalam lingkungan. Apabila kita melenceng secara otomatis kita akan dikucilkan.
"Bersosialisasi di jejaring sosial sama dengan kehidupan nyata. Tetap juga diharapkan adanya etika. Atinya, kita harus mempunyai kemauan yang berpengaruh untuk berubah. Apabila tidak dimulai dari diri sendiri hal itu akan menjadi sia-sia. Untuk diharapkan santunan orang lain ibarat sahabat terdekat untuk selalu menjadi pendamping kalau kita merasa telah melenceng. Kesempatan mengikuti kelas ESQ juga cukup membantu," ujar Evy.
Daripada menulis kata-kata bernafsu yang hanya akan menciptakan orang murka kepada kita, mendingan kita menularkan energi positif kita dengan cara menulis status yang bersifat positif, mengingatkan, memotivasi, menghibur atau menulis apa saja yang menciptakan orang bahagia membacanya.
"Jadi, kalau mereka membaca status kita di jejaring sosial, mereka merasa mendapat semangat baru, energi gres dan tentunya mereka akan menciri-cirikan diri kita dengan seseorang yang mempunyai kepribadian yang ok punya," jelasnya. (*)