|
foto by internet |
KEWAJIBAN menuntut ilmu tak mempunyai batasan baik umur, jenis kelamin, maupun status seseorang. Tak terkecuali bagi orang yang telah bekerja maupun sudah menikah atau berkeluarga.
Sebab, menuntut ilmu bukan saja terkait penambahan pengetahuan tapi bisa juga menjadi poin dalam meningkatkan karir atau mempertahankan posisi dalam status pekerjaannya.
Sebut saja melalui sejumlah kursus pendidikan ibarat CEO atau meningkatkan gelar kependidikan ibarat strata 2 (S2) atau bahkan gelar doktoral.
Seiring perkembangan waktu, biaya pendidikan yang diharapkan untuk mengikuti kursus atau mendapat gelar dengan strata yang lebih tinggi dari S1 tidak sedikit.
Di Indonesia, untuk mendapat gelar S2 diharapkan biaya sekitar Rp 25 juta sampai 50 juta. Sementara kursus ibarat kursus CEO biaya yang diharapkan antara Rp 3 juta sampai Rp 5 juta untuk sekali kursus.
Bagi orang yang didanai perusahaan atau pemerintah, biaya tentunya bukan persoalan yang besar. Yang diharapkan hanya pengaturan waktu dan konsentrasi saja semoga sukses dalam menempuh pendidikannya.
Lain halnya jikalau seseorang harus menyediakan sendiri anggaran yang diharapkan untuk menempuh pendidikan lanjutan. Mengingat status yang tak lagi lajang pastinya pengaturan anggaran untuk melanjutkan pendidikan harus dikompromikan dengan kebutuhan lain yang juga penting untuk dianggarkan.
"Bila keputusan menempuh pendidikan ke jenjang lebih tinggi memakai dana pribadi, sebaiknya melalui pertimbangan matang terkait alokasi dana yang akan digunakan. Sehingga kedepannya tidak mengganggu anggaran lain,"ungkap Riginoto Widjaya, Pengamat Keuangan Keluarga kota Batam.
Tak hanya itu, penghitungan anggarannya pun harus dipertimbangkan sampai pendidikan selesai. Termasuk kebutuhan pendukung. Misalnya buku dan keperluan lainnya. Dengan begitu, pendidikan bisa final tanpa perlu takut terkendala biaya.
"Jika anggaran tidak disiapkan secara matang dikhawatirkan pendidikan akan terhenti di tengah jalan hanya gara-gara kekurangan biaya. Kondisi tersebut justru mendatangkan kerugian. Sudah habis banyak dana tapi tak sanggup apa-apa,"jelasnya.
Sementara jikalau pendidikan tetap ingin diteruskan dengan keterbatasan anggaran yang ada, dikhawatirkan akan ada pos yang dikorbankan untuk menutup kekurangan dana pendidikan yang dibutuhkan.
Sehingga, cara paling bijak ialah memperhitungkan besarnya dana yang diharapkan sekaligus perencanaan dari mana dana tersebut akan didapatkan. (*)
Rencanakan Lima Tahun Sebelumnya BANYAK cara yang bisa ditempuh untuk mempersiapkan dana anggaran pendidikan lanjutan. Namun yang terpenting hendaknya dana disiapkan atau direncanakan minimal lima tahun sebelumnya.
"Mengingat biaya yang diharapkan tidak sedikit dan harus diambil dari anggaran keluarga, sebaiknya perencanaan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi dipersiapkan jauh-jauh hari,"kata Riginoto Widjaya.
Dengan perencanaan minimal lima tahun sebelumnya, seseorang mempunyai keleluasaan dalam menyisihkan dana yang diharapkan dari anggaran keluarga. Sehingga, ketika akan menempuh pendidikan S2 yang hanya dua tahun bisa dilakukan dengan lebih tenang.
"Dalam proses pengumpulan dana, seseorang bisa memanfaatkan jasa asuransi yang banyak mengatakan asuransi pendidikan," ungkap dosen Universitas Internasional Batam ini.
Selain asuransi pendidikan, asuransi berjangka yang biasa disebut asuransi multiguna juga sanggup dimanfaatkan untuk mempersiapkan dana yang dibutuhkan. Selain sanggup diperhitungkan secara tepat, penggunaan asuransi juga relatif lebih kondusif dari kemungkinan terpakainya anggaran untuk kebutuhan lain.
"Bagi yang ingin menyisihkan anggaran dengan cara menabung sendiri bisa menciptakan pos khusus dalam anggaran keuangan keluarga. Pembentukan pos khusus tersebut memudahkan pengalokasian anggaran yang akan dipakai untuk menempuh pendidikan lanjutan,"ungkapnya. (*)
Siasati dengan Beasiswa MEMILIKI keterbatasan anggaran bukan berarti mematikan peluang melanjutkan pendidikan sesudah bekerja dan berkeluarga. Sebab, ada banyak cara yang bisa ditempuh untuk merealisasikan harapan tersebut.
"Saat ini cukup banyak perusahaan atau kedutaan besar yang mengatakan beasiswa pendidikan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Jika kita berhasil mendapat beasiswa berarti banyak dana yang bisa dihemat untuk meraih impian," terperinci Riginoto.
Untuk mendapat beasiswa tersebut tentu saja diharapkan kualifikasi dan kompetensi yang lebih. Sebab, dalam proses pencapaian beasiswa seseorang harus melewati seleksi dengan sejumlah tes yang wajib dilalui.
"Yang diharapkan untuk mendapat beasiswa tersebut ialah menyiapkan diri untuk kualifikasi. Terutama bagi yang ingin mengambil pendidikan lanjutan dengan bidang yang berbeda dengan pendidikan sebelumnya. Misalnya S1 elektronika ingin memperluas pengetahuan di bidang marketing,"katanya.
Sebab, dalam persaingan dunia kerja ketika ini diharapkan pekerja yang multitalent atau mempunyai kemampuan di banyak bidang. Sehingga memperluas pengetahuan di bidang lain akan menjadi nilai plus sekaligus investasi di masa mendatang.
"Sekarang ini sistem yang dipakai ialah lifetime employability atau selalu mengikuti perubahan yang ada. Dengan kesiapan tersebut seseorang akan selalu siap ditempatkan di bidang apapun termasuk bidang-bidang baru,"jelas Riginoto. (*)