|
foto by internet |
PINJAM-meminjam uang antar anggota keluarga, teman, tetangga atau bahkan kekerabatan bisnis bukan sesuatu yang aneh. Sebab, kebiasaan tersebut kerap ditemui pada orang terdekat kita atau bahkan kita alami sendiri.
Sebagai makhluk sosial, saling tolong menolong merupakan suatu keharusan. Termasuk menolong orang yang membutuhkan dana dengan meminjamkan sejumlah uang yang kita miliki. Hanya saja, tidak semua orang mempunyai itikat baik untuk mengembalikan uang yang dipinjamnya. Kalaupun dikembalikan, tak jarang pemberi hutang harus menagih dengan susah payah sebelum akibatnya uang kembali.
Sebetulnya masuk akal saja kalau sahabat atau saudara tiba pada kita dan ingin meminjam uang. Hanya saja sebelum terjadi persoalan di kemudian hari, ada baiknya kita melaksanakan antisipasi dengan lebih berhati-hati sebelum memberi hutang pada orang lain.
"Hal penting yang patut diperhatikan ialah kondisi keuangan kita. Bila memang ada uang lebih yang memang bisa dipinjamkan tidak ada salahnya menolong orang lain. Asalkan kita tidak memaksakan diri untuk menolong orang padahal kita sendiri dalam persoalan keuangan," terang Riginoto Widjaya, pengamat keuangan keluarga kota Batam.
Bila uang memang ada, masih ada sejumlah faktor lain yang penting untuk dipertimbangkan. Yakni tujuan orang bersangkutan meminjam uang serta kemampuan untuk mengembalikannya.
"Tidak ada salahnya kita melihat dulu untuk apa uang tersebut akan digunakan. Apakah memang benar-benar darurat ibarat untuk biaya berobat sebab sakit atau justru akan dipakai untuk berbisnis. Jika memang untuk bisnis, pastikan orang tersebut memang benar-benar bisa menjalankan bisnis yang dijalankan memakai modal tersebut," terang Riginoto.
Hal lain yang perlu diperhatikan ialah itikat baik peminjam untuk mengembalikan uang yang dihutangnya. Kondisi ini berlaku bila peminjam ialah orang yang kerap meminjam uang pada kita. Jika memang sering pinjam dan tidak ada persoalan terkait pengembalian tak ada salahnya untuk meminjamkan kembali uang kita.
Lain halnya bila orang yang akan meminjam uang ialah orang yang sulit membayar hutang. Untuk menghindari hilangnya uang kita, sebaiknya dipikirkan dulu apakah akan diberikan pemberian lagi atau tidak.
"Bila kita masih ragu apakah orang yang akan berhutang bakal mengembalikan uang yang dipinjamnya bisa disiasati dengan memperlihatkan separuh dari besar uang yang ingin dipinjamnya. Siasat ini sanggup diterapkan untuk peminjam yang gres pertama pinjam pada kita," jelasnya.
Sebagai panduan untuk menghindari hutang tak tertagih, ada beberapa hal yang bisa dipertimbangkan. Di antaranya siapa dia, apa pekerjaannya, apakah saudara atau teman, apa tujuan pinjam uang, untuk bisnis atau kepentingan hidup, apakah mendesak atau tidak, apakah ada jaminan atau sekadar akad mulut saja, pelajari riwayat pinjam meminjam, dan kapan hutang akan dibayar.
Melalui pertimbangan tersebut, kita akan lebih gampang untuk tetapkan apakah akan memberi pemberian pada orang bersangkutan atau tidak. Sebab, keputusan tetap berada di tangan Anda. (*)
Buat Catatan atau Perjanjian Tertulis MASALAH hutang piutang bukanlah persoalan yang bisa diremehkan. Sebab, berawal dari persoalan ini kekerabatan persaudaraan atau persahabatan bisa saja berakhir. Bahkan, tak jarang hutang piutang akan memicu konflik yang berdampak panjang.
Untuk menghindari kemungkinan terburuk akhir persoalan hutang piutang ada baiknya melaksanakan antisipasi semenjak dini. Salah satunya ialah dengan menciptakan catatan kecil atau bila uang yang dipinjamkan berjumlah besar bisa dibentuk perjanjian tertulis di atas materei.
"Jangan enggan untuk menciptakan catatan terkait uang yang dipinjamkan pada orang lain. Bila jumlahnya tidak terlalu besar, catatan bisa dibentuk dalam bentuk kuitansi. Yang penting ada catatan untuk mengingatkan dikala memasuki masa jatuh tempo," terangnya.
Yang perlu tercantum dalam perjanjian atau kuitansi tersebut ialah siapa yang meminjam, berapa yang dipinjam, untuk apa, dan kapan akan dikembalikan. Dengan adanya catatan yang rapi akan membantu kita dikala akan menagih uang yang dipinjam.
Bila Anda ialah orang yang sudah berkeluarga dengan konsep pengelolaan keuangan bersama, sebaiknya meminta pertimbangan pada pasangan sebelum meminjamkan uang pada oranglain. Termasuk pada keluarga kita sekalipun. Dengan begitu, peluang munculnya konflik pasangan suami istri bisa diperkecil. (*)
Tagih dengan Ramah MESKI dalam hutang piutang telah ditentukan masa jatuh tempo kapan hutang akan dibayar, tapi bukan berarti setiap orang menetapi masa jatuh tempo tersebut untuk melunasi hutang yang dipinjamnya.
Lantas, sebagai orang yang memberi piutang apa yang harus kita lakukan biar hutang bisa terbayar tanpa harus mengejar-ngejar orang yang berhutang? Belum lagi kalau kita ialah tipe orang yang sungkan menagih-nagih hutang. Di sisi lain, kita membutuhkan uang yang dipinjam tersebut.
Satu cara yang bisa dilakukan ialah dengan menagih hutang secara ramah. Sebab, sesuatu yang dimulai dengan senyum biasanya akan berlangsung dengan mulus. Agar terlihat serius hindari penagihan hutang lewat telepon tapi sebaiknya tiba eksklusif ke rumah.
Mulailah dengan ramah, tanyalah bagaimana usahanya, keluarganya dan sebagainya. Baru tagih dengan baik. Dan bila memang ia tidak atau belum bisa membayar, diskusikan dan pertimbangkan lagi apakah Anda perlu memberi dispensasi untuk mencicil ataupun menunda pembayaran.
Cara lain yang bisa ditempuh bila piutang sulit tertagih ialah relakan sebagian. Meski terasa berat tapi mungkin ini jalan terbaik dibanding tidak tertagih sama sekali. Apalagi bila piutang yang akan ditagih jumlahnya tidak seberapa tetapi membutuhkan ongkos yang besar untuk menagih piutang tersebut.
Selain itu, secara psikologis bisa saja Anda jadi pusing keliling sebab memikirkan piutang tak tertagih yang jumlahnya tidak seberapa. Jalan terbaik yang bisa diambil ialah merelakannya saja. (*)