|
Bisnis keluarga harus dikelola profesional. Grafis by: www.freevector.com |
MENJALANKAN bisnis keluarga tampaknya simpel dan tidak rumit. Sebab, biasanya top managemen diisi oleh anggota keluarga maupun sanak famili. Sehingga, dalam pengelolaannya pun masih memakai sistem kekeluargaan.
Namun, semoga sebuah bisnis keluarga menjadi lebih maju, bahu-membahu bisnis harus mulai dijalankan secara profesional. Termasuk dalam hal pengelolaan finansial. Meskipun dalam prekteknya tak harus kaku dan formal layaknya bisnis profit biasa.
"Untuk menghindari kerancuan serta problem keuangan di masa mendatang, sebaiknya sebuah bisnis keluarga tetap dikelola dengan sistem penggajian. Yakni seluruh anggota keluarga yang terlibat dalam pengelolaan bisnis diberikan upah dengan sistem gaji," ungkap Riginoto Widjaya, pengamat keuangan kota Batam.
Dengan adanya sistem upah, pengelolaan keuangan akan menjadi lebih terarah. Sebab, pemasukan dan pengeluaran akan lebih gampang dikontrol. Sehingga, memperkecil kemungkinan pemakaian uang perusahaan untuk keperluan pribadi.
"Selain mempermudah pengontrolan pengeluaran uang, sistem honor juga akan memperlihatkan kesempatan seluruh anggota keluarga untuk turut serta menyumbangkan pikiran dan tenaga untuk menyebarkan perjuangan bersama. Dan sebagai kompensasi atas kerja kerasnya itu diberikan upah atau gaji," ungkapnya.
Selain sistem pengelolaan keuangan secara profesional, sebuah bisnis keluarga juga harus dibuat dengan dasar komitmen serta janji yang kuat. Sebab, keberadaan komitmen akan membantu menghindari peluang konflik di masa mendatang.
"Meski bisa diselesaikan dengan mufakat, tetapi bisnis keluarga juga rentan dengan konflik. Biasanya alasannya tidak semua pengelola bisnis keluarga siap dengan hukum main yang diberlakukan. Nah, ketika itulah diharapkan satu komitmen bersama terkait tujuan pendirian bisnis bersangkutan," terang Riginoto. (*)
Perluas Bisnis dengan Sistem Saham BERAWAL dari modal kecil dan karyawan yang sedikit, bukan tidak mungkin sebuah bisnis yang semua hanya dikelola anggota keluarga bisa berkembang pesat bahkan menggurita di mana-mana. Namun, untuk bisa mencapai ke arah sana niscaya membutuhkan pengelolaan serta perencanaan matang.
"Saat ingin menyebarkan perjuangan keluarga, sistem saham bisa menjadi pilihan. Dengan begitu, pengembangan perjuangan akan lebih gampang dilakukan alasannya sistem bagi hasilnya niscaya akan lebih jelas," ungkap Riginoto Widjaya, Pengamat Keuangan Kota Batam.
Penerapan sistem saham ini, menurutnya, akan lebih baik dilakukan semenjak dibukanya perjuangan bersama tersebut. Sebab, sistem saham bahu-membahu tak hanya bisa diterapkan untuk perjuangan dalam skala besar saja tetapi bisa juga untuk perjuangan kecil.
Apalagi, selain membantu dalam sistem bagi hasil, keberadaan sistem saham juga akan membantu menekan kemungkinan munculnya konflik dalam badan administrasi perusahaan. Sebab, seiring perkembangan perjuangan biasanya pendapatan yang diperoleh juga akan semakin besar. Sehingga, dengan sistem pembagian yang terperinci tentu kemungkinan konflik akan bisa diminimalkan.
"Sistem saham juga bisa membantu membangkitkan semangat bekerja pengelola usaha. Itu alasannya pembagiannya jelas. Dengan adanya kejelasan pembagian keuntungan, biasanya orang tidak akan bekerja setengah-setengah," ungkapnya. (*)
Bekali Diri dengan Ilmu Keuangan SEBUAH bisnis keluarga yang notabene dikelola oleh anggota keluarga tidak semuanya mempunyai bekal ilmu keuangan memadahi. Bahkan tidak jarang perjuangan tersebut hanya dikelola oleh pegawai yang mempunyai ilmu keuangan yang pas-pasan.
Tetapi minimnya ilmu keuangan tersebut tak berarti akan menciptakan perjuangan tidak berkembang atau kemungkinan terburuknya bangkrut. Sebab, tidak sedikit perjuangan keluarga yang masih bisa tetap bertahan meskipun dikelola secara sederhana pastinya dengan ilmu yang pas- pasan.
"Jika perjuangan ingin berkembang, mau tidak mau pihak administrasi harus mulai memakai tenaga profesional yang handal di bidangnya untuk turut mengelola usaha. Termasuk penyediaan tenaga keuangan. Sebab, bila tetap akan dikelola anggota keluarga, administrasi biasanya akan berhadapan dengan mentoknya kualitas SDM yang kurang memadahi," kara Riginoto Widjaya.
Namun, masih adanya budaya tertutup atau tidak ingin ada "orang luar" ikut mengelola perjuangan keluarga terkadang menyulitkan sebuah perjuangan berkembang secara pesat. Kondisi itu hasilnya menciptakan perjuangan mentok pada titik tertentu atau titik maksimal dari kemampuan yang bisa dilakukan.
Tetapi, coba kita bayangkan, bagaimana hebatnya, kalau perusahaan keluarga juga dibantu dengan dasar konsep keuangan yang baik serta tenaga profesional di bidang keuangan. Tentu hasilnya akan lebih dasyat.
Alternatif yang bisa dipilih, perusahaan keluarga bisa mengambil manfaat dari corporate finance atau financial management, maupun financial planning. Hal itu alasannya perusahaan ini memang mempunyai bisnis yang riil, walaupun dalam skala kecil dan dalam bidang yang sempit (terfokus).
Selain itu, alasannya sifatnya ialah sebuah perusahaan keluarga, atau milik pribadi, banyak hal yang campur aduk. Antara urusan bisnis (perusahaan) dengan urusan eksklusif (keluarga). Tidak ada pemisahan yang jelas. Misalnya, rumah dan kantor termasuk fasilitasnya jadi satu. Kenyataan menyerupai bisa saja menguntungkan maupun merugikan. Tetapi bila problem keuangan dikelola dengan baik kesuksesan tentu hanya tinggal menunggu waktu.
Penerapan ilmu keuangan perusahaan juga penting diterapkan untuk problem permodalan. Misalnya terkait struktur modal perusahaan,seberapa besar utang yang diperlukan, institusi dan produk keuangan apa yang perlu digunakan, dan sebagainya.
Ilmu keuangan juga akan bermanfaat ketika ada cita-cita membeli barang modal, apakah sebaiknya sewa, beli tunai, leasing, atau mengambil kredit dari bank. Contoh lain, ialah ihwal merger & acquisition. Jika ada partner yang ingin bergabung, atau menggabungkan usahanya, bagaimana menghitung nilai atau harga perusahaan (valuation), dan sebagainya.
Perusahaan keluarga juga akan membutuhkan teknik perencanaan keuangan untuk mempersiapkan kebutuhannya atau tujuannya di masa depan, menyerupai investasi. Misalnya pembelian mesin, pembukaan cabang, atau pemekaran usaha. (*)